Three - Pernyataan

173 12 0
                                    

Three – Pernyataan

"Ginta," panggil Atan sambal mengeluarkan iPod-nya dan mengklik tombol play. Suara ombak terdengar dari speaker.

"Apa?"

Atan terdiam satu menit sebelum bertanya, "Kamu tau lagu ini, nggak?" sambil mengikuti lirik yang dilantunkan penyanyi lelaki dalam lagu.

Dan dengarkan ombak yang datang menerjang kuatmu ...

Dan dengarkan arus yang datang nyatakan lemahmu ...

Ginta termangu, mempersilakan suara Atan memenuhi kedua telinganya dan menghangatkan hatinya. Katanya, "Tau."

"Tau judulnya?" tanya Atan sambal menjeda lagu itu.

"Langit dan Laut," kata Ginta. "Kamu minta aku ikut nyanyi?"

Atan tersenyum dan memainkan lagunya lagi.

Langit dan laut ...

Dan hal-hal yang tak kita bicarakan ...

Langit dan laut ...

Daa hal-hal yang tak kita bicarakan ...

Kepala Ginta terisi penuh oleh pertanyaan-pertanyaan yang muncul bersamaan dengan alunan lagu. Ini salah satu lagu milik duo yang bulan lalu datang ke acara pentas seni di kampus. Makna lagu-lagunya yang dalam menarik Ginta untuk menyukai mereka, tapi ia ingat sekali Atan bilang lagu-lagu mereka membuatnya mengantuk dan Atan tidak suka.

Kenapa sekarang Atan memutarkan salah satu lagunya pada Ginta dari iPod-nya?

Biar jadi rahasia ...

Menyublim ke udara ...

Hirup dan sesakkan jiwa ....

Kedua mata Ginta menerawang selagi alunan music terdengar. Ia memutar otak tentang kenapa tingkah Atan terasa aneh. Tentang kenapa Atan yang cinta pada musik barat masa kini tiba-tiba menyimpan lagu indie Indonesia di iPod-nya.

"Atan," panggil Ginta hati-hati, "kamu sadar nggak, kamu aneh?"

"Setiap hari aku kan, emang aneh, Gin," sahut Atan yang fokusnya pada iPod.

"Hari ini—sore ini—kamu lebih aneh dari setiap hari, Atan," ralat Ginta.

Atan meletakkan iPod-nya di atas pasir dan menatap Ginta. "Apa yang menurut kamu lebih aneh sore ini?" tanyanya.

Langit dan laut ...

Dan hal-hal yang tak kita bicarakan ...

Langit dan laut ...

Dan hal-hal yang tak kita bicarakan ...

Ginta terdiam. Dia bingung apa yang harus dikemukakannya terlebih dahulu. Kepalanya terasa penuh dan nyaris pecah dengan ribuan kalimat pertanyaan dan pernyataan yang ingin ia keluarkan, tapi bibirnya mengatup. Hatinya meminta Ginta untuk mengutarakan semua hal, tapi tidak bisa.

Ginta tidak seberani Atan yang dengan mudah mengajaknya ke pantai. Ginta tidak sesantai Atan yang selalu bisa mengutarakan banyak hal.

Biar jadi rahasia ...

Menyublim ke udara ...

Hirup dan sesakkan jiwa ....

Lagu selesai disusul helaan napas Atan yang terdengar berat. "Aku sendiri nggak paham dengan aku sore ini, Gin. Itu alasan kenapa kamu nggak bisa jawab pertanyaanku."

"Aku tau, Samudera Selatan. Ada yang beda dari kamu sore ini dan aku membacanya. Aku cuma nggak bisa menjabarkannya." Ginta ikut menghela napas dan membuka mulut lagi, "Jadi aku tanya kamu, ada apa?"

Tapi Atan tidak menjawab. Matanya menembus mata Ginta seakan memberi tahu jawaban dari pertanyaan Ginta barusan, tapi gadis itu tentu saja tidak mengerti. Ginta sudah terlalu sesak dalam tanya di kepalanya sendiri hingga tatapan Atan tidak bisa membuatnya menemukan jawaban yang diisyaratkan Atan. Ginta sudah terlalu dalam terbawa lamunannya sendiri hingga Atan mengabur dari pandangannya.

Sekali lagi, Atan menghela napas lalu memutus kontak mata mereka. Sia-sia saja meneruskan kontaknya ketika ternyata Ginta tenggelam dalam lamunan tanpa Atan sadari.

Langit membiru ketika Ginta memutuskan untuk membuka mulut. Entah apa yang ada di pikirannya, tapi ia ingin Atan tahu selama ini dia yang mengisi hati Ginta. Ia ingin Atan tahu sore ini, ketika matahari sudah benar-benar selesai dengan tugasnya, tentang hati Ginta terhadapnya.

"Tan—"

"Gin—"

Tapi mungkin tidak sekarang, Ginta.

"Kamu duluan," kata Ginta cepat.

"Bener?"

Ginta mengangguk tegas. Mungkin Atan akan mengatakan sesuatu yang lebih penting dari sekedar pernyataan hati Ginta. Banyak hal yang lebih penting dari hal yang akan dinyatakannya, kan?

"Besok aku penerbangan pagi ke Jerman."

Tubuh Ginta seketika tegak mendengar berita dari Atan. Belakangan, Atan memang beberapa kali pulang dan pergi Indonesia-Jerman. Kedua orangtuanya ada di sana dan Atan bilang dia punya beberapa urusan yang harus segera diselesaikan. Setiap Atan memberi tahu Ginta tentang keberangkatannya, gadis itu selalu merasa Atan membawa serta sesuatu dalam dirinya. Sesuatu yang dapat membuat Ginta merasa lengkap.

Ginta berdeham kecil, mengembalikan suaranya yang mungkin saja terdengar serak. "Berapa hari?" tanyanya seperti biasa.

Atan terdiam sebentar. Kepalanya menunduk menatap pasir di bawahnya. "Aku ... nggak pulang kali ini."

_____

Langit dan Laut [6/6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang