photo box

72 4 0
                                        

"Sha" kamu menghentikan saya yang berjalan di depan kamu.

"Iya, kenapa?" tanya saya heran.

"Mau kemana?" kamu bertanya balik.

"Pulang kan? Emang mau kemana lagi?" kamu hanya tertawa.

"Yakin, gamau photo box sama cowo ganteng?" kamu menggoda saya. Ah, dasar anak kecil.

"Hahaha. Yaudah, yuk" kata saya mengiyakan ajakan kamu.

Di sepanjang koridor Mall, kamu bercerita. Tentang apa saja. Saya lupa. Yang jelas, kamu bercerita tentang awal kamu belajar beatbox. Dan respon saya hanyalah tertawa waktu itu. Sebab, ekspresi kamu saat bercerita sangatlah lucu.

"Kamu mau lanjut study dimana, Sha?" saya terdiam.

"Dimana ya? Gatau. Bingung" jawab saya seadanya. Ya, memang saya waktu itu masih bingung untuk melanjutkan study dimana.

"Loh, cita-cita kamu emang mau jadi apa?" tanya kamu lagi.

"Gatau" jawab saya mengedikkan bahu.

"Loh, gimana sih kamu. Masa cita-cita sendiri aja gatau" kata kamu gemash pada saya.

"Ya, gimana ya? Aku tuh cita-citanya banyak, Dan. Mau jadi dokter lah, penulis lah, artis lah, dll. Bahkan aku pengen jadi pramugari" jawab saya menjelaskan.

"Ah, kamu. Kalo punya cita-cita tuh biasain digantungin disini" katamu sambil meletakkan jari telunjuk kamu di depan kening. Saya hanya diam memperhatikan.

"Gausah nempel, biarin dia menggantung disitu. Jadi nanti dia bakalan terus menghantui kamu, sampai akhirnya kamu berusaha terus menerus dan kamu akan mencapai cita-cita itu" kamu menjelaskan. Saya terdiam. Saya mengerti maksud kamu. Jadi, saya harus bener-bener mempunyai cita-cita ya?

"Shakaa, ngerti gak sama yang aku jelasin?" kata kamu memecahkan imajinasi saya.
Saya hanya mengangguk.

"Cita-cita aku pengen jadi istrinya Raja minyak Arab Saudi" kata saya. Kamu tertawa terbahak-bahak.

"Yaudah, berarti nanti cita-cita aku, aku ganti jadi Raja Minyak Arab Saudi aja" kata kamu masih dengan tertawa.

"Loh, kok?" tanya saya bingung.

"Kan biar bisa nikah sama kamu" kata kamu pelan. Pelan sekali. Sampai saya harus menggandakan fungsi telinga saya.

"Sha, ih kelewatan photoboxnya" kamu menghentikan langkah saya. Saya tertawa.

"Oiya yaaampun haha" kata saya salah tingkah.

"Dasar, makanya jangan bengong terus" kamu mengacak-acak rambut saya.

"Ih, Dani rambut aku berantakkann" kata saya.

"Sengaja. Biar nanti aku betulin haha" kata kamu sambil membetulkan letak poni saya.

Setelah itu, kamu tertawa. Dan saya sudah pasti ikut tertawa. Kamu merangkul saya, lalu mengajak saya masuk ke ruang photobox. Kita sempat debat, iyakan? Debat karena masalah gaya foto doang sih, sebelum akhirnya kamu menyubit pipi saya, lalu tersenyum manis.

"Yaudah, aku ikut gaya kamu aja" kata kamu akhirnya mengalah. Saya tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untukmu, lelakiku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang