Kamu

80 6 0
                                    

Keesokan harinya, saya jalan-jalan bersama Laura, menemani Laura mencari kado untuk pacarnya.
Di sepanjang jalan, Laura bercerita tentang kamu.
Dia bercerita bahwa kamu adalah salah satu dari sekian banyak adik kelas yang dikejar-kejar oleh kaka kelas. Saya bingung. Jadi, anak-anak kelas 11 dan 12 pada kenal sama kamu? Kok saya gakenal ya?

"Tapi, Ra kok gue gapernah liat dia ya?" tanya saya pada Laura

"Lah iya lu gapernah liat dia, kerjaan lu kan cuma bertelor dikelas, sekalinya ke kantin cuma beli bakso. Itu jg ganyampe dua puluh menit beli baksonya" saya tergelak mendengar jawaban dari Laura

"Ah, gak selebay itu kali, Ra" kata saya sambil membetulkan poni yang mulai nongol di sela-sela kerudung.

"Serius, Sha. Lu nyadar gak sih? Diemnya lu di kelas tuh, bikin lu gakenal sama siapa-siapa. Adek kelas yang lu kenal juga paling bisa diitung pake jari. Dan itu gajauh dari Tika, Ana, sama Zahra. Yakan?" jawaban Laura membuat saya terdiam berpikir.

Separah itukah efek dari sifat introvert saya?.

"Sha, lu masih kenal Kak Nanda?" tanya Laura. Saya hanya mengangguk

"Ananda Cantika kan?" tanya saya memastikan. Laura mengangguk .

"Iya kenal. Kenapa gitu?" tanya saya.

"Danish, adeknya Kak Nanda" saya membelalakkan mata.

"Demi apa? Kak Nanda yang alumni SMA kita kan? Yang cantik itu?" tanya saya bereaksi heboh.

"Iya, Kak Nanda yang cantik banget itu. Yang kalo liat muka dia tuh rasanya adem banget" kata Laura sambil meng'unlock' handphonenya, karena daritadi handphonenya bergetar tanda ada chat masuk.
Saya hanya tersenyum kecil.

"Ra, kalo gue deket sama Danish, kira-kira pantes gak ya? Kan dari wajah aja cakepan kakanya" Laura tertawa terbahak-bahak.

"Yailah lu kaku aje kaya tali beha yang baru dibeli" jawab Laura masih dengan keadaan tertawa

"Mau kakaknya se-cantik Kristen Stewart, dan se-imut Ariana Grande juga, kalo dia sukanya sama lu, kakanya bisa apa?" kata Laura memberi saya quotes dadakan. Saya hanya mengangguk paham.

"Sha, ada line dari Danish. Dia minta idline lu" sembilan kata dari Laura berhasil membuat senyum saya merekah.

"Iya, kasih aja" jawab saya yang masih tetap tersenyum.

Untukmu, lelakiku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang