00

167 36 37
                                    

  Izumi Murakami memperbaiki posisi duduknya, jalanan di balik dinding kaca koridor sekolah itu di penuhi pendaran sinar matahari, sambil menatap langit-langit dengan bola mata hitamnya ia menggerakkan tangan mengambil yakisoba dari dalam plastik.

   Pikiranya masih belum dapat berpikir jernih setelah Azuki Narumi menolaknya kemarin sore, angin musim gugur berhembus lembut dan membuat mata Izumi murakami beralih menatap sebuah buku diatas lantai marmer yang tengah terbuka tak beraturan karena hembusan angin.

  Sambil tetap memakan yakisoba dengan tangan kanan Izumi murakami berdiri mendekati buku diary itu sebelum tangan kirinya yang putih halus telulur mengambilnya.

  "Hmm...ada saja orang yang teledor...kemarin dompet Asahina-sensei..sekarang apa?" perasaan malas yang terlihat di wajah Izumi seketika berubah kaget saat bola mata hitamnya terseret membaca nama yang tertera di balik sampul buku itu.

       *Sensei biasa digunakan untuk panggilan hormat pada guru, komikus atau seseorang dengan kedudukan tinggi di suatu bidang.

   "Azuki!...Narumi!?~"tanpa sadar ia terpekik dan membuat seseorang yang sedang terenggah-enggah di sisinya mendongak kaget, dia...gadis yang baru saja berhenti di sisi Izumi Murakami adalah Azuki Narumi.

   "Izumi...ba...barusan kau?"

Izumi menyodorkan buku hitam itu gugup saat menyadari kehadiran Azuki, Azuki malah menatap buku itu bingung dengan bola matanya yang hitam lebar.

   "A...apa Narumi sedang mencari sebuah buku?" Azuki Narumi memalingkan wajahnya...tatapanya berubah sendu sebelum berdiri dan mulai beranjak pergi.

   "Kau kejam Izumi..kau bicara padaku seformal itu...bahkan kau memanggilku dengan margaku..." Izumi menggerakkan tangan untuk menahan Azuki Narumi, namun saat jari telunjuknya hampir menyentuh ujung baju Azuki gerakanya terhenti karena Azuki menghentikan langkahnya.

   "Tapi...Izumi, dari mana kau tau aku sedang mencari sebuah buku!?" dengan cepat Azuki Narumi menolehkan wajah paniknya, Izumi menyudut gugup, buku hitam itu masih terangkat di tangan kiri saat ia berusaha memberikan penghabisan pada sisa yakisoba di tangan kanan.

   "Ja...jangan bilang kau menemukan...dan...me..membacanya!?" Izumi tetap terdiam, saat ia baru hendak menggerakkan bibir untuk menjawab seseorang memanggil Azuki Narumi dari kejauhan.

   Wajah Azuki terlihat lega melihat buku putih di tangan orang itu sebelum menoleh ke arah Izumi Murakami, mengucapkan suatu kata sebelum tersenyum dan berlalu pergi.
  
      "Kalau kau sebegitu inginya aku membaca buku itu...tak perlu risau..."

       "Sebagai teman baikmu aku akan membacanya...sebanyak apapun itu..Izumi"

        'Apa-apaan senyumu itu...kau baru saja menolakku!'

                          ***

MIRROR DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang