Part 4

17 1 0
                                    



Kalau kamu berwujud bintang, mungkin kamu adalah alasan klasikku untuk tetap terjaga tiap malam.

Tak terasa, sudah sebulan Zasha bersekolah disini. Waktu terasa sangat cepat. Sejauh ini, ia mulai dapat beradaptasi dengan lingkungan SMA. Banyak yang berkata bahwa masa SMA tidak akan seru bila tidak mempunyai pasangan. Tetapi Zasha tidak mempercayai hal itu.

Menurutnya, mempunyai sahabat lebih seru daripada mempunyai pacar.

Bau aneka jenis kue seakan menusuk indra penciuman, menggoda siapapun yang menciumnya untuk mencicipinya. Sekarang Zasha, Karina, Alysha dan andien sedang berada di salah satu cafe dekat sekolah yang sering didatangi remaja SMA.

Selesai memesan minuman, mereka bercakap cakap mulai dari hal kecil , gosip bahkan sampai hal yang tidak penting.

"Eh, lo ada yang berniat masuk osis ga?"

"Ga ah ndien, nanti keteteran" ucap Karina sambil menyeruput minumannya

" Pengen sih, tp ya lo tau kan gue mager bgt anaknya" seru Alysha

Entahlah aku tak tertarik mengikuti perbincangan ini apalagi kalau mengarah ke OSIS. Aku hanya mengaduk minumanku hingga merasa ada dehaman yang membuatku mendongak. Mereka menatapku seakan menuntut jawaban.

"Lo gimana? Kan lo deket tuh sm ketos"

"Suka cinlok nih" ujar Karina sambil terkikik

Sebelum Alysha membuka mulut, aku membekapnya dan menatap mereka tajam.

"Gue gaakan mau masuk OSIS. Ketosnya aja kayak gitu, bisa bisa gue bunuh diri"

"Emangnya gue kenapa?" Sebentar.. Perasaan daritadi hanya kita berempat yang kumpul dan semuanya perempuan.. Tetapi mengapa ada suara bariton laki laki? Andin dan Karina yang duduknya bersebrangam denganku seperti menatap belakangku tegang.

Aku memutar badanku dan melebarkan mataku saat tau Rajendra -ketos-  berdiri tepat dibelakangku dengan mata menatapku tajam dan menusuk seakan meminta penjelasan.

Aku memutar balik badanku lagi dan menatap teman temanku meminta bantuan. Tapi tiba tiba ada yang menarik tanganku paksa dan membawaku entah kemana.

"Eh kak! Itu Zasha jangan dibawa" teriakan andien membuatku menghela napas lega.

"Gue pinjem sekalian gue yg balikin ke rumahnya" hey apa apaan! Memangnya aku barang apa?! Aku mencoba memberontak tapi itu tidak sebanding dengan tenaganya.

Teman temanku hanya menatapku iba dan bingung harus berbuat apa. Bagus. Aku tidak tahu harus bagaimana.

"Lepasin. Gue udah dijemput" aku menghentakkan tanganku kasar dan kuat dan itu berhasil.

Ia menaikkan alisnya menatapku remeh "siapa? Kakak tercinta lo itu nyuruh gue nganter lo"

Aku tertawa kencang. Brian? Nyuruh ini manusia? Yakali! Aku langsung mengambil handphoneku dan men-dial nomor Brian. Aku jamin senyuman miring sudah tercetak jelas di wajahku.

Sesaat sambungan tersambung, aku langsung memencet tombol pembesar suara agar manusia didepanku ini menunduk malu bahwa ia hanya mengaku ngaku. Bahkan yang tahu aku dan Brian adalah sepasang kakak beradik belom ada!

"Halo?"

"Lo dimana? Temen lo yang bernama Rajendra ini ngaku ngaku bilang lo nyuruh dia untuk ngejemput adek lo ini" aku menjawab seakan kemenangan sudah aku raih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hate? Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang