[2]

3.6K 417 13
                                    

++++


"Jadi. Apa sudah ada tanda-tanda kalian akan menjadi orang tua...?"

"Uhuk...uhuk..." Kalian berdua terkejut akan pertanyaan yang dilontarkan wanita paruh baya itu.

Kau meneguk cepat air yang berada didepanmu. "Okaa-san apa maksudnya?"

"Kenapa? Apa pertanyaan Okaa-san tadi mengejutkan kalian?" Tanya ibumu.

"Belum ada Okaa-san." Jawab mu yang membuat ibumu mendesah lesu. Keinginannya mendapatkan cucu masih belum bisa terealisasikan dengan cepat.

"Apa hubungan kalian baik-baik saja?"

"Kami baik-baik saja Okaa-san, kami hanya belum ingin mempunyai anak." Terang Akashi menyakinkan sang mertua agar tidak curiga antara hubungannya denganmu yang tidak berjalan baik.

"Kalian ini, padahal semua orang menantikan seorang anak dari kalian."


.

.

.


Akashi memasukkan beberapa pasang bajunya ke dalam sebuah koper berwarna merah marun. Tepat saat ia menutup zipper kopernya, seseorang membuka pintu kamarnya. Oh, itu sangat tidak sopan. Masuk ke dalam kamar orang lain tanpa mengetuk pintu.

"Kau mau pergi?" Tanyamu sambil bersender pada pintu.

"Tentu saja. Kau pikir aku betah tinggal di sini bersamamu walaupun ini adalah rumahku sendiri." Ucap Akashi yang terdengar ketus.

"Kau mau pergi kemana?" Tanyamu lagi yang mulai kesal akan sikap Akashi.

Akashi menghela napas lalu menolehkan kepalanya. Ia berdiri tegak dan memandangmu. Manik Heterokromnya memandang manik mu tajam. "Bukan urusanmu." Ucapnya seraya melangkah menjauh.


.

.

.


Sudah lima hari Akashi tidak kembali kerumah dan hal itu membuatmu penasaran. 'Ini tidak benar, pasti ada sesuatu yang dia rencanakan' Pikirmu dan akhirnya kau memutuskan untuk menelepon Reo yang merupakan manager diperusahaan Akashi corp.

"Moshi moshi"

"Reo-nii apa Seijuro sedang berada di kantor?"

"Tidak [Your name]-chan, Sei-chan sedang pergi."

"Kalau begitu Seijuro pergi kemana?"

"Aku tidak tahu."

"Aish Reo-nii tidak usah berbohong kau pasti tau Seijuro berada dimana. Ayolah beritahu aku."

"Gomen [Your name]-chan aku tidak bisa memberitahumu."

"Kumohon Reo-nii beritahu aku."

"Gomen tapi aku tidak bisa."

"Reo-nii kumohon."

"[Your name]-chan aku masih ada pekerjaan, jaa nee."

"T-tungg—"

"Reo-nii."

Kau melempar ponselmu asal, kesal akan sikap kakak kelasmu dulu saat di Rakuzan, dan memikirkan keberadaan Akashi yang kau tidak tahu dimana.

"Ah aku tau harus bertanya kesiapa." Ujarmu girang seraya menjentikkan jari kala mendapat ide agar menemukan keberadaan Akashi.


.

.

.


"[Your name] ada apa kau berkunjung kemari?" Tanya pria paruh baya yang merupakan ayah dari Akashi Seijuro.

"Otou-san aku hanya ingin memastikan keadaan Otou-san saja."

"Kau begitu baik dan cantik, Seijuro beruntung mendapatkanmu."
Perkataan pria paruh baya tadi membuatmu tertawa kecil mendengarnya.

"Otou-san, apa tou-san tau dimana Seijuro berada? Sudah lima hari ini Seijuro tidak pulang kerumah."

"Eh memangnya kau tidak diberitahu Seijuro bahwa ia akan pergi ke Tokyo untuk menjalani kerjasama dengan perusahaan besar disana."

Dirimu mengernyit mendengar ucapan mertuamu. "Tokyo? Kerjasama? Aku tidak diberitahu apapun olehnya."

"Otou-san menyuruhnya untuk menjalin kontrak kerjasama dengan perusahaan besar di Tokyo dengan syarat ia juga harus mengikutsertakan perusahaanmu, tapi tou-san tak menyangka Seijuro akan meninggalkanmu pergi."

Kau kembali mengernyit memikirkan sesuatu. 'Jadi kau ingin berbuat curang Seijuro' Batinmu setelah menyimpulkan perkataan yang dilontarkan oleh mertuamu.

"Ah mungkin Seijuro hanya tidak ingin menggangu pekerjaanku, saat itu aku sedang banyak client mungkin ia tidak enak jika memintaku menemaninya ke Tokyo." Ujarmu berusaha bersikap manis didepan sang mertua.

"Ah souka."

"Hai Otou-san, kalau begitu aku akan menyusul Seijuro ke Tokyo."


.

.

.


Akashi menarik kursi dan duduk di hadapan gadis bersurai ungu. Di atas meja tersebut hanya ada sebuah map hitam dengan pulpen bertinta tebal.

"Baiklah kita mulai kerjasamanya." Akashi membuka map tersebut lalu menyodorkan sebuah kertas kepada gadis bersurai ungu tadi. "Silakan tanda tangani Kisaragi-san."

"Tunggu, bukankah kita menjalin kerjasama dengan satu perusahaan lagi? Kalau tidak salah perusahaan [Your name] corp?" Tanya gadis bersurai ungu tadi yang ternyata bernama Aika Kisaragi.

"Ah mungkin perusahaan tersebut telah membatalkannya." Ucap Akashi berbohong.

"Begitu, baiklah aku akan tanda tangan." Ucap Aika kala tangan mengambil pulpen dan hendak menandatangani sesuatu disana. Manik Akashi mengamati tangan gadis itu yang akan menandatangi kontrak kerjasama dengan perusahaannya.

'[Your name] sebentar lagi kau akan mengakui kekalahanmu dan perusahaankulah yang akan menjadi nomor satu di Jepang' Batinnya disertai seringaian.

"Aku merindukanmu Sei, sudah lima hari kau tak pulang kerumah."


++++

-To be continued-

Marriage and Obsession [Akashi Seijuro x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang