[5]

2.9K 367 4
                                    

++++


"Apa kau mulai jatuh cinta padaku?"

Pertanyaan yang terlontar dari bibirmu sukses membuat Akashi diam mematung di ambang pintu. Jatuh cinta padamu? Bagaimana mungkin? Tapi kenapa ia merasa bersalah dan peduli padamu saat melihat luka yang ada didahimu? Semua pertanyaan itu muncul dipikiran Akashi, tapi ia menyimpulkan bahwa ia hanya merasa bersalah padamu dan tidak akan mungkin jatuh cinta padamu. Itulah yang ia simpulkan berkebalikan dengan hatinya.

"Apa maksudmu? Jatuh cinta pada perempuan tidak bemartabat sepertimu? Itu tidak mungkin."

"Apa yang kau kata—"

"Diam dan tidurlah atau kau ingin aku melakukan hal yang lebih dari kemarin kepadamu."

Kau yang mendengar kalimat ancaman dari Akashi segera tidur dan menyembunyikan seluruh tubuhmu pada selimut.


.

.

.


Akashi duduk santai di meja kerjanya. Mengamati tumpukkan dokumen yang sudah menanti, namun tak kunjung disentuh olehnya. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam, waktu yang seharusnya dipakai untuk beristirahat. Tapi tidak dengan Akashi, ia berniat untuk lembur dalam pekerjaannya, namun bayangan dirimu membuat fokus Akashi pada pekerjaannya hilang. Ia menyeruput kopinya, lalu memutar kursi kerjanya menghadap jendela, suramnya malam dan beberapa gedung pencakar langit terlihat jelas dari balik dinding kaca kamarnya.
Kembali tergiang di otaknya pertanyaan bodoh yang terlontar darimu. Pertanyaan yang membuat Akashi gagal fokus, dan pertanyaan yang entah kenapa terus mengusiknya.

'Apa kau mulai jatuh cinta padaku?' pertanyaan itu entah kenapa dapat membuat Akashi terus memikirkannya.

Akashi menghela napas, lalu menyenderkan kepala pada kursi putarnya. Maniknya menatap ribuan bintang yang menghiasi malam.

"Okaa-san, apa benar aku mulai jatuh cinta padanya, tapi mana mungkin aku mencintainya, dia adalah musuhku sedari SMA, dan aku menikah dengannya hanya karna paksaan Tou-san. Dan bagaimana dengan Yui, kurasa aku menyukainya. Tapi kenapa setiap aku berada didekatnya rasanya biasa-biasa saja, berbeda dengan saat aku berada didekat [Your name]. Okaa-san aku tidak mengerti pada perasaanku sekarang." Ucapnya entah pada siapa.

Akashi kembali menghela napas, lalu memutuskan untuk melupakan dokumen-dokumen yang menumpuk itu, dan memilih tidur untuk menetralkan pikirannya yang bercampur aduk.


.

.

.


Akashi menikmati sarapan paginya seorang diri, sesekali matanya menatap kamarmu yang masih tertutup. Suara derap langkah kaki menghentikan acara sarapan Akashi, ia mengalihkan pandangannya dan mendapati dirimu yang tengah berjalan menuruni anak tangga. Dirimu sudah siap dengan setelan kerja. Kau terus berjalan melewati Akashi yang kini tengah memandangmu.

"[Your name]-sama apa kau tidak ingin sarapan dulu?" Pertanyaan salah satu pelayan dirumah itu membuatmu menghentikan langkahmu.

"Ahh tidak usah, masih banyak dokumen yang harus aku kerjakan, aku bisa sarapan di perusahaan." Ucapmu tak sekalipun berniat membalas tatapan Akashi yang tak lepas menatapmu.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Ucapmu lagi dan berlalu pergi, meninggalkan Akashi yang kini telah menggerutkan keningnya.

'Apa dia menghindariku.' Pikirnya


.

.

.


Kau membuka pintu rumah kau dan Akashi. Kosong. Itulah kata yang dapat mendeskripsikan keadaan rumah sekarang. Kau berjalan menuju kamarmu, lalu melepas penatmu dengan berendam pada bathup didalam kamar mandimu.

Setelah selesai berendam dan memakai piyama tidurmu, kau pergi menuju tempat tidur guna mengistirahatkan tubuh penatmu setelah seharian bekerja. Namun suara mesin mobil membuatmu kembali berdiri dan berjalan menuju jendela. 'Itu pasti Seijuro' Pikirmu dan benar saja dugaanmu, kau melihat Akashi dibawah sana keluar dari mobilnya setelah selesai memakirkan mobilnya pada halaman rumah. Kau menghela napas, lalu kembali ke tempat tidurmu dan memejamkan mata.


.

.

.


Kau menggeliat dalam tidurmu dan membalikkan badan kesamping, membuka matamu perlahan tapi sedetik kemudian matamu terbuka sepenuhnya saat menyadari orang yang kau kenal tengah tertidur disampingmu. Kau ingin berteriak namun kau urungkan kala manikmu menatap wajah damai Akashi yang tengah tertidur. Kau memandang seorang pria yang berstatus sebagai suamimu itu dalam diam, baru kali ini kau menatap wajah Akashi dari jarak sedekat ini. Manik heterokrom yang biasanya memancarkan tatapan tajam itu kini tengah tertutup, bibirnya yang selalu melontarkan kata-kata sakartis pun kini tengah terkatup, sungguh Akashi yang kini sedang tertidur berbanding terbalik dengan Akashi yang sudah memiliki kesadaran sepenuhnya. Entah dorongan darimana tanganmu bergerak hendak mengelus surai crimson Akashi, namun gerakanmu terhenti kala mendengar suara seseorang.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Kau yang terkejut melihat Akashi telah terbangun pun segera mengalihkan pandangan dan menjauhkan tanganmu.

"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau tidur dikamarku?" Tanyamu sambil berusaha menetralkan detak jantungmu yang entah sejak kapan berdetak sangat cepat.

"Ada Okaa-san."

"Heh Okaa-san?"

"Hmmm, kemarin malam saat kau sudah tertidur Okaa-sanmu datang dan bilang akan menginap disini selama beberapa hari. Tidak mungkin kita berbeda kamar, itu akan membuatnya curiga."

"Kalau begitu kenapa kau tidak tidur disofa?"

"Aku tidak mau mengambil resiko badanku pegal-pegal karena tidur disofa."

Setelah mengatakan itu Akashi pun pergi menuju kamar mandi dilantai bawah. Meninggalkan dirimu yang masih terdiam diatas tempat tidur.


++++

-To be continued-

Marriage and Obsession [Akashi Seijuro x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang