Bab 6

41K 1.8K 6
                                    

Perlahan kesadaran Shinta kembali. Begitu menyadari apa yang telah terjadi Shinta merasa malu dan sangat ketakutan. Dia juga merasakan perih di selangkangannya.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi dan apa yang telah kulakukan." Kata Shinta dalam hati. Samar-samar dia mengingat kejadian yang baru saja menimpa dirinya dengan seorang pria yang tidak dikenalnya sama sekali. Sangkin takutnya akan berjumpa dengan pria yang telah menodainya buru-buru Shinta memakai bajunya yang berserakan tanpa perduli rasa sakit yang dirasakan dari selangkangannya. Diapun segera berlari keluar dari kamar itu sambil menahan tangis yang hampir keluar dari matanya.

Ketika pintu lift terbuka, Shinta melihat sahabatnya Bima di dalam lift tersebut.

"Shinta, sukurlah kau sudah kelihatan sehat. Apakah kepalamu masih pusing?" Tanya Bima.

"Aku baik-baik saja Bima. Ayo cepat pergi dari sini." Jawab Shinta dengan bibir bergetar menahan tangis dan sesak di dadanya.

"Kamu yakin kamu baik-baik saja Shin?" Bima merasa heran melihat keadaan Shinta yang agak berantakan.

Shinta hanya mampu menganggukan kepalanya.
Kemudian lift tertutup menuju ke lantai bawah.

-------------

Ramma keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk putih yang melilit pinggulnya. Anehnya dia merasa sangat bahagia hari ini. Yahh, bahagia dan puas. Masih terbayang-bayang di kepalanya apa yang baru saja dilakukannya dengan gadis itu. Rasanya ia ingin mengulang kembali apa yang telah mereka lakukan. Tapi dia harus sabar karena dia belum tahu bagaimana reaksi gadis itu setelah gadis itu sadar nanti. Dalam hati Ramma sebenarnya merasa sedikit bersalah karena dia telah menyetubuhi seorang gadis dalam keadaan tidak sadar. Ya Tuhan.....bahkan dia belum tahu nama gadis cantik itu dan yang pasti gadis itu masih anak ingusan. Tapi entah mengapa dalam hati kecilnya dia merasa bertanggung jawab terhadap gadis itu apabila gadis itu memintanya. Tiba-tiba Ramma teringat bahwa dia sama sekali tidak memakai pengaman, atau seperti kebiasaannya dia akan membuang spermanya ke mulut teman tidurnya. DAMN!!!
Segera Ramma menuju tempat tidurnya, namun dia terkejut tidak mendapati gadis itu lagi di sana. Ramma pun berlari keluar kamarnya dan mencari gadis itu di seluruh ruangan yang ada di suit nya. Namun dia tetap tidak menemukan gadis itu. Gadis itu pasti sudah pergi.
Segera Ramma memakai kaos dan celana pendek bermaksud mengejar gadis itu keluar. Namun dia tidak melihat siapapun di sepanjang lorong yang ada di lantai itu. Bahkan ketika dia memeriksa lift, ternyata posisi lift itu ada di lantai tempat ia sekarang berada. Akhirnya ia memutuskan kembali ke kamarnya. Dia akan mencari gadis itu besok.

--------------

Keesokan paginya Ramma harus buru-buru ke kantor menemui papinya. Papinya menyuruhnya segera ke kantor untuk meeting mengenai proyek yang sedang dikerjakan di pulau Bali.

Ramma memasuki lobby gedung kantor Aditya's Corp yang megah dengan memakai stelan gelap serba hitam ia berjalan dengan angkuh dan tatapannya yang dingin memasuki lift khusus petinggi di perusahaan itu. Semua mata wanita yang ada di sana terbelalak kagum melihat wajah tampan pria yang baru saja melewati mereka. Bahkan mulut mereka sampai ternganga sehingga lalat pun bisa masuk. Untung saja di gedung itu gak ada lalat hehehehe.

"Pagi Pi." Sapa Ramma kepada papinya. Pria yang masih terlihat tampan dan gagah di usia yang menginjak 50 an itu.

"Pagi nak." Jawab papinya sambil berdiri dari kursi kebesarannya dan memeluk Ramma.

"Wahh....papi terlihat sehat dan tambah gagah. Ramma senang melihatnya pi."

Papinya hanya tertawa mendengar ucapan anaknya. Walaupun jauh dari orangtuanya Ramma selalu perhatian kepada keluarganya dan selalu mengabari mereka.

"Oya nak, kenapa kamu gak tinggal di rumah saja setibanya kamu di sini semalam. Apa kamu tidak merindukan kami? Mami mu terus menanyakan kamu. Datanglah ke rumah, mami mu sangat merindukanmu."

"Baiklah pi, nanti aku akan ke rumah menjenguk mami"

Seseorang mengetuk pintu.

"Masuk"

Seorang wanita yang adalah sekertaris papinya masuk.
"Pak, meeting akan segera di mulai. Klien kita sudah datang."

"Baiklah, kami segera ke sana." Jawab Aditya, nama papinya.

Setelah selesai meeting sekretaris itu mengabari Ramma kalau tadi ada telpon dari perusahaan yang berada di Amerika.
Ramma segera menelpon balik. Ternyata ada masalah di sana yang mengharuskan kehadiran Ramma.

"Papi, aku harus segera kembali ke Amerika. Perusahaan memerlukanku di sana." Kata Ramma.

"Baiklah nak, nanti akan papi sampaikan ke mami mu kalau kau tidak sempat mengunjunginya."

"Terima kasih papi. Ramma janji akan segera kembali begitu urusan di sana selesai." Kata Ramma sambil memeluk papinya. "Ramma berangkat sekarang pi."

"Hati-hati nak. Jangan lupa kabari kami."

Ramma segera ke bandara dan menggunakan pesawat pribadinya menuju Amerika. Ketika pesawat lepas landas dia merasa separuh jiwanya tertinggal. Yahh...Ramma masih memikirkan gadis itu.

----------

Vote n comment pliss



Sang Playboy Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang