Bab 8

33.7K 1.8K 11
                                    

Mendengar kata-kata Bima, Shinta serasa disambar petir, seperti dihempaskan dari ketinggian. Jantungnya serasa diremas. Shinta sangat ketakutan, hancur dan merasa tidak punya masa depan lagi.
Air mata keluar dari kedua mata Shinta.

Bima langsung memeluk sahabatnya itu bermaksud memberi kekuatan kepada sahabatnya. "Shinta, jangan sedih, aku akan menjagamu. Katakan Shin, siapa lelaki itu, yang telah menghamilimu. Katakan Shin!"

Shinta tidak sanggup menjawab pertanyaan Bima. Shinta menangis terisak-isak dalam pelukan Bima.

"Jawab Shin! Akan kuhajar laki-laki itu. Jawab Shin.....jawab.....kamu jangan diam aja!" Seru Bima.

Sambil sesenggukan akhirnya Shinta menjawab, "hiks...hiks....aku....aku...tidak tahu Bima....aku tidak mengenalnya." Tangisan Shinta semakin kencang. Dia bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Membayangkan kedua orangtuanya pasti akan menanggung malu mempunyai anak yang hamil diluar nikah, bahkan dia belum tamat sekolah. Walaupun sebentar lagi dia tamat SMA.
"A...aku... takut Bima, bagaimana kalau ayah dan bunda tahu keadaanku. Mereka pasti sangat marah dan malu punya anak sepertiku....hiks....hiks...."

"Sabar Shin, kita harus tenang untuk mencari jalan keluarnya. Apakah kau benar-benar tidak tahu siapa laki-laki itu?"

Shinta hanya menggelengkan kepalanya.
"Gue tidak ingin membicarakannya lagi Bim....gue gak sanggup...jangan mengungkit hal itu Bima, gue tidak ingin mengingatnya lagi!" Jerit Shinta sambil menangis sesenggukan. "Gue tidak tahan lagi Bima....gue gak kuat menanggungkan ini....hiks...hiks."

Bima semakin erat memeluk Shinta untuk memberi kekuatan kepada sahabatnya. Dia tidak berani menanyakan lebih lanjut, takut Shinta jadi tertekan. Aku harus menolong Shinta.

"Shinta, berhentilah menangis. Gue akan membantu lo. Gue akan menikahi lo."

Shinta mengangkat wajahnya menatap wajah Bima terkejut.
"Tidak Bima, gue gak mau nyusahin lo, melibatkan lo dalam masalah gue."

"Lo gak bermaksud menggugurkan kandungan lo, kan?"

"Tentu saja tidak Bim." Jawab Shinta sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi bagaimana mungkin gue tega sama lo, menghancurkan masa depan lo dengan nikahin gue, Bima." Lanjut Shinta.

Tangan Bima memegang kedua bahu Shinta. "Dengar Shinta, masa depan gue tidak akan hancur karena menikahi lo. Kita akan tetap melanjutkan sekolah kita seperti rencana kita semula dan meraih masa depan kita. Gue sahabat lo. Seorang sahabat sejati akan selalu membantu temannya yang dalam kesusahan. Kita tidak menjadi suami istri beneran. Kita hanya menikah di atas kertas jika itu yang lo takutkan. Kita akan tetap menjadi sahabat Shinta. Gue menyayangi lo seperti adik gue sendiri. Dan kita hanya akan berpisah suatu saat kalau lo telah menemukan pujaan hati lo, Shin. Gue janji."

Shinta tampak berpikir.

"Baiklah Bima. Terima kasih. Tapi apa orangtua lo bakal setuju lo nikahin gue. Bagaimana caranya lo menyampaikan hal ini kepada orang tua lo, Bima?" Ujar Shinta.

"Serahkan semua sama gue, lo gak perlu mengkhawatirkan apa pun. Cukup jaga kandungan lo aja Shinta?" Jawab Bima menenangkan Shinta.

"Baiklah Bima, gue serahkan semua sama lo."

------------

Jangan lupa voment guys

Sang Playboy Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang