Hei gue author baru di dunia oren ini ckck. Udah bosen nulis di blog dan pengin cari suasana baru nih wkwk. Oke kenalin, gue Dhian Andriani, kerjaan gue adalah ngerjain tugas, tidur, makan (dari tiga hal ini bisa lo tebak status gue apa). Gue jomblo dan gue cupu. Btw di part ini gue coba ngulik sosok Ardani lewat sudut pandang dia. Cukup kalik ya cuap-cuapnya , ok byeeee♡☆
[][][]
"Hai Fris... Apa kabar?"
Aku mengusap ukiran namanya dimakam dengan halus seakan yang aku usap adalah kening seorang Friska yang masih berada disampingku, kening wanita kesayanganku.
"Tadi aku ketemu orang yang mirip kamu. Namanya Samita. Samita adalah wanita kesekian yang di usulkan oleh ibu untuk menggantikan kamu"
Setelah pertemuanku dengan wanita yang mirip dengan Friska kuputuskan untuk mengunjungi makamnya. Juga sudah lama aku tidak kesini karena tidak ingin membuat diriku makin tersiksa dan makin tidak rela melepaskan calon istriku ke surga.
Pertemuan dengan wanita-wanita yang direncanakan oleh Ibu adalah pertemuan rutin tiap bulan. Setiap bulan Ibu akan coba memperkenalkan satu-satu wanita padaku dengan berbagai strategi mulai dari memberi wanita itu uang sampai memberi jabatan khusus seperti yang di berikan pada Samita. Namun, melihat Samita tadi membuatku teringat sosok Friska dan kemudian memutuskan untuk mengunjui makamnya padahal sebelumnya tiap kali bertemu dengan wanita -hasil rekomendasi dari Ibu- aku tidak pernah bereaksi sampai tiba-tiba teringat sosok Friska.
Wanita yang bernama Samita tadi sangat-sangat Mirip dengan Friska. Tidak tahu, Ibu dapat dari mana wanita semirip Friska. Benar-benar membuatku nyaris memeluknya tadi kalau saja aku tidak ingat Friska sudah meninggal.
"Fris.. kok aneh ya ada orang semirip kamu? Apa jangan-jangan kamu punya kembaran? Tapi seingatku kamu cuma punya kakak cowok"
"Fris, apa kamu tidak masalah jika nantinya aku jatuh cinta pada wanita lain?" Pertanyaan itu tiba-tiba terbesit dalam fikiranku. Aku tidak menyangka efek bertemu dengan sosok mirip Friska ternyata dapat mengubah jalan fikiranku sedikit.
Sejak kepergian Friska tidak pernah sedikitpun niatan untuk berpaling dari Friska. Apalagi menikah. Friska tetaplah calon istriku dan masih tetap berkuasa di hatiku.
Dan baru kali ini, setelah 5 bulan aku mulai berfikir untuk hidup kembali. Untuk bangkit dan melupakan kenangan indah yang sempat akan terjalan meskipun pada akhirnya tak jadi kenyataan. Setelah banyak wanita yang di tawarkan oleh Ibu dan setelah melihat sosok mirip mantan calon istriku.
Mata indah itu, entah bagaimana aku masih lekat mengingatnya. Mungkin aku tidak sedang jatuh cinta, tapi mata itu mampu membangunkanku dari mimpi burukku yang kuciptakan sendiri ; membawaku kedalam dunia nyatanya yang ia bawa dengan perasaan ragu. Mata milik Samita sesaat mengingatkanku pada Friska namun beberapa saat menggugahku untuk kembali menatap kedepan.
Saat tadi di cafe, aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Aku menatapnya dalam diam sementara ia menunduk takut. Bagai pisau yang menghujam jantungku, timbul perasaan sakit yang mampu menjalar keseluruh tubuhku. Membuat rasa sakit itu muncul kembali, rasa sakit 5 bulan yang lalu. Kehadiran Samita membawaku kembali kemasa itu, masa di mana ku saksikan calon istriku meninggal di tanganku sendiri.
Namun, beberapa saat kemudian, rasa sakit itu mampu tergantikan oleh rasa yang tak pernah ku rasakan sejak rasa sakit itu kian menjalar selama 5 bulan terakhir ini. Rasa nyaman, tentram dan kenyataan bahwa aku telah tertidur dalam gelapnya malam yang tak kunjung usai. Tatapan mata Samita adalah alarm dari tidur panjangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scent of a Flower
RomanceSamita berasal dari Kutoarjo, niatnya ke Jakarta adalah mencari pekerjaan yang dapat menunjang kehidupannya. Namun, nyatanya Ia telah terjebak di lingkar merah yang di buat Bu Wanda. Ia jatuh cinta kepada seorang Ardani, putra sulung Bu Wanda. ps :...