"Mak, Juned pulangggg"
"Aming jugaaaaaa"
"Eh, anak-anakku udah pulang."
"Hari ini ngamen dapet berapa?"tanya juju
"Dikit mak. Cuma 5000" Jawab Juned
"Apa akting Aming kurang ya mak. Padahalkan Aming udah buluk ke gini. Kok yang ngasih dikit ya" tambah aming
"Ga papa. Udah gih makan dulu"
"Lauknya Apa mak?" Tanya Aming.
"Nasi dikasih garem pake krupuk, ming."Jawab ajeng datang dari arah dapur
"Itu lagi mak?" Tanya Juned
"Yaudah besok emak masak Nasi dikasih krupuk dipakein garem sama kecap yah"
"Sekarang kalian makan dulu, biar besok semangat ngamennya" Jawab juju.Juned dan Aming pun makan dengan lauk seadanya. Ya beginilah keadaan keluarga Babeh. Setiap Hari mereka hanya makan Nasi+krupuk+kecap+garem. Meskipun hanya ini mak juju punya banyak variasi seperti; Nasi dikasih garem pake krupuk, krupuk dikasih kecap pake Nasi, kecap ditambah krupuk pake Nasi. Ya meskipun rasanya sama tapi kan judulnya beda pikir juju. Rumah berukuran 6x9 meter Itu adalah Rumah mereka untuk bernaung, hanya terdapat satu kamar untuk Babeh, emak dan uji untuk tidur. Sementara 9 ekor anaknya yang lain tidur di kamar mandi---eh salah,maksudnya di ruang depan. Semua anak di keluarga Babeh putus sekolah dan mereka rela bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Ada yang ngamen, mulung disungai amazon dan sungai han, bantu jualan ayam. Mereka berusaha membantu orangtua mereka dengan cara masing-masing.
Sore Itu jam menunjukkan pukul 4 ini adalah tanda kegiatan mereka harus terhenti dan dilanjut esok Hari. Satu persatu anak mak juju dan sang suami pulang.
"Asalamualaikum" seseorang dengan suara lirih mengetuk pintu rumah mereka.
"Mak siapa tuh?"Tanya Juned
"Jangan-jangan orang minta sumbangan."celetuk ajeng
"Ngarang aja, yang Ada tuh kita yang minta sumbangan" Jawab Aming. Mak juju hanya mengangguk
"Maaf ya bang kita gk punya uang buat ngasih sumbangan" teriak Aming
"Woi, bocah sialan ini gue Babeh lu!!"
'Lah, si babeh rupanya'--mak juju
'Mampus lu ming'--juned
'Siap-siap digantung di plapon lu'--- ajeng
'Lah gue kira orang minta sumbangan, kkkk'---aming
"Ada orang gk sih dirumah?"
"Cepet dong bukain pintu!" protes Ochi"Ming,kamu aja yang buka sekalian minta Maaf sana sama Babeh." Perintah mak ju. Aming mengangguk dan bangun untuk membuka pintu.
"Eh Babeh. Udah pulang ya,heheheh"
"Kaga gua masih jualan ayam"
"Ah si babeh gitu aja marah. Mau masuk gk?"
'Dasar kutil anoa. Kaga gua beliin baeklin* baru rasa lu ming'--babeh
*= pemutih baju yang biasa Aming pake buat mutihin kulit.
Tak berapa lama pun Onu,Dadang,Mamat,Enon dan Didin datang dengan tugas mereka masing-masing. Ya, tugas mereka adalah mulung jadi mereka membawa hasil pulungan untuk dijual Setiap dua Hari sekali. Mak ju dan anggota keluarga yang lain menyambut mereka dan setelah Itu mereka makan bersama dengan Nasi dikasih garem pake krupuk. Semua makan dengan lahap sambil menceritakan pengalaman mereka masing-masing.
"Mak, tadi cupang uji yang namanya jong ki menang lawan cupangnya thehun" cocor uji sambil makan, membuat Nasi yang dia makan berhamburan keluar dari mulutnya.
"Najisun lu Ji, makan bececeran gitu" cicit dadang
"Mending nasinya buat ayam gue makan Ji." Kata Ochi. Yang lain hanya diam dan tertawa, sementara Onu masih sibuk menggaruk panu dilehernya yang tak sembuh sembuh setelah 5 tahun terakhir.
Setelah selesai makan merekapun mengambil Posisi untuk tidur.
"Selamat malam Semua, Uji tidur dulu ya sama Babeh sama emak. Dadahhhhhh" Kata Uji
"Ini orang niat tidur apa cuma mau ngeledek kita doang karena tidur bertumpuk di ruang depan"
"Udah sih ming. Anak kecil itu biarin ajalah" Kata Onu.
"Ah. Dasar bantet bandar cupang."
"Tytyd belom tegang aja belagu lu"Kata aming.Mereka Semua akhirnya tidur dengan nyenyak setelah makan dan bersiap untuk esok pagi
Hai. Kritik dan sarannya dong untuk ff ini agar lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN STORY
Historia CortaKisah tentang keluarga Babeh Sekop beserta sang istri mak Juju yang dikaruniai 10 orang anak dan Kisah Om Shua seorang pengusaha minyak antartika kaya raya mantan mak juju yang gamon. Ditambah problema konflik diantara keluarga remon. Seorang pegawa...