Waktu seakan lelah berjalan dan berhenti sesaat, dan aku adalah manusia yang diberkati untuk menyadarinya.
Maaf aku suka mendadak puitis kalo lagi tersentuh.
Tersentuh hatinya loh, bukan yang lain, tuh kan mikirnya aneh-aneh.
Entah mengapa aku merasakan unsur magis dari kalimatnya. Seolah kalimat itu adalah mantra untuk menghentikan waktu. Kukira aku harus menjawabnya supaya waktu kembali berjalan.
"Siapa itu nona teh dan tuan kopi. Bisa aku ketemu mereka?"
Orang itu akhirnya menjauhkan wajahnya dari telingaku. "Lho, kamu nggak ketawa? Semua orang yang mendengar kalimat itu pasti terpingkal dan ujung-ujungnya ngatain gila. Kamu percaya? Aku bahkan nggak percaya kalo kamu percaya. A...."
"Stop! Aku ini orang yang cukup gila untuk percaya ocehan tokek," ucapku asal sambil memotret pola hati dalam gelas itu.
"Ocehan tokek?" Tanyanya heran.
"Ya. Kalo ada tokek lagi ngoceh, pasti aku ajakin ngobrol, misalnya, 'tekeek...' aku sahutin tuh, 'Mas Boy kayaaaak ...' 'tekeek', hahaha aku benar-benar percaya kalo Mas Boy mirip tokek. Tuh buktinya!" Ujarku sambil menunjuk kaos hijau pudar yang melekat di badannya.
"Tinggal dikasih bintik-bintik merah pake spidol snowgirl terus nempel deh di tembok. Mirip banget."
Mas Boy melongo. Waduh, kayaknya aku kelewatan deh ngomongnya.
"Hahaha, lucu banget sih kamu, Rat. Kamu juga mirip Rat."
Sial, dia balas dendam.Kucondongkan gelas berisi cairan berwarna coklat muda itu mendekati mulutku. Asap hasil penguapannya lebih beraroma seperti kopi, harum pekat yang selalu menang dalam pertarungan bau-bauan. Semisal kita masukin bubuk kopi di dalam lemari es, niscaya aroma lain pasti akan terkalahkan. Ya, seperti itulah kira-kira.
Sensasinya mendadak berubah ketika cairan itu tiba di rongga mulut dan diaduk oleh lidah sehingga bercampur dengan saliva. Rasanya bukan lagi seperti kopi yang getirnya hampa, namun getirnya terasa lebih ringan dengan semburat rasa kelat yang biasa dirasakan dalam teh. Tak hanya itu, rasa manis dari susu membuat perpaduan ini semakin menyatu.
Berbeda dengan aroma yang menguar kemudian ditangkap oleh indra penciuman ketika kita menarik napas--yang tadi kubilang aroma pekat kopinya terasa banget--, aroma yang terasa setelah tegukan pertama, ketika kita menghembuskan napas keluar melalui hidung, lebih dominan dengan aroma teh yang ringan, yang bahkan hanya bisa dirasakan ketika kita tidak malas meluangkan sedikit waktu saja untuk mengecapnya.
Betapa sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata. Aku sibuk berpetualang dalam dunia yang diciptakan oleh nona teh dan tuan kopi. Dan satu lagi, adik susu.
Seakan enggan kembali dari dunia antah-berantah, suara Mas Boy lagi-lagi menarikku kembali ke dunia nyata.
"Yuk, aku kenalin sama nona teh dan tuan kopi."
Aku mengangguk antusias. Baru saja hendak beranjak, dua orang pelanggan datang bagaikan petasan prepet yang biasa dipasang di upacara pernikahan adat Betawi.
"Wow! Boy mameen! Keliatan juga lu! Udah lama gue ngidam NKdTK. Buatin cepet!" kata pelanggan pertama.
"Salah bego! Yang bener tuh NTpdKT, semacam ente menjalani pdkt yang tak kunjung usai sama anak pak RT, huahaha" seru pelanggan kedua.
Pelanggan pertama menyikut pelanggan kedua.Mas Boy menimpali dengan tenang, "Salah semua, Bro, yang benar NTdTK, singkatan dari Nona Teh dan Tuan Kopi."
"Hahah, apalah-apalah Boy, yang penting lo buatin satu-satu buat kita-kita!"
Btw orang-orang ini hobi-hobi banget-banget ngulang-ulangin kata-kata.
Mas Boy, cukup dengan mengacungkan jempol tangan kanannya, kedua pelanggan itu langsung menghilang. Jempol itu seperti tongkat sihir saja. Bedanya, benda yang disihir menghilang di balik tenda setelah lewat pintu, bukan tiba-tiba ber-disprate ala Harry Potter.
Mas Boy kembali beraksi. Aku berniat untuk merekam aktivitasnya selama membuat minuman NTdTK yang katanya dan memang benar spesial itu.
"Boleh aku rekam?"
"Boleh aja," jawabnya sambil menuangkan cairan berwarna hitam, sepertinya kopi.
"Nggak takut nanti resep spesialnya nyebar?"
"Nggak. Cuma aku yang bisa bikin NTdTK yang sempurna." Ada sedikit kesombongan dalam nada bicaranya.
"Oh ya? Nggak percaya kalo nggak ada buktinya."
"Kalo gitu, mau coba bikin?" tantangnya. Wajah tengilnya muncul lagi.
"Wow! Boleh juga tuh."
Aku mengangguk girang.Setelah dua minuman spesial itu jadi, ia mengantarkan dua gelas itu ke luar tenda.
Penasaran, aku ikuti dia dari belakang.Ternyata di dunia luar tenda sudah ramai dengan anak-anak muda, sepertinya mahasiswa satu kampus denganku karena wajahnya tidak asing. Mereka duduk lesehan di atas terpal sambil asik menatap layar laptop. Ada yang sendiri, ada juga yang satu laptop berdua.
Kedatangan mas Boy disambut laksana artis Korea. Orang-orang yang bertebaran di atas terpal biru itu mendadak histeris. Bedanya, kalo fangirl nyambut idolanya sambil teriak, "Oppa, saranghae," kalo mas Boy disambut dengan teriakan, "Mas kopi satu," atau "Bro, tehnya dua," atau "Boy, teh nona kopi tuan dua." Gitu. Pemandangan keren ini tak lupa kuabadikan melalui kamera kesayanganku.
Aku sibuk memotret ke sana ke mari. Si Om yang lagi cuci gela dengan kemeja menterengnya, mas Boy yang tengah meracik minuman dan bergaya layaknya barista, juga tak ketinggalan Roy dan Sam alias cecak 2 dan cecak 3 yang sedang syahdu main game online.
Tak kalah dengan kafe bergengsi yang harganya selangit, kafe meonk ini ternyata juga full service. Mushala, deket. Telolet, eh toilet bisa numpang mushala. Musik, bisa request apa aja. WiFi, ada dan tak kalah kencengnya dibandingin WiFi kampus. Pantas saja kafe ini memakan lahan yang luas karena pengunjungnya betah berlama-lama, padahal cuma pesen minum segelas, diminumnya rame-rame lagi.
Kafe masih ramai dan mas Boy terlalu sibuk untuk meladeniku. Di sela lautan manusia, aku berjingkat berusaha menghampiri mas Boy. Tapi apalah daya ku tak kuasa melawan arus dari jiwa-jiwa yang lapar. Bener kata iklan, lo rese kalo lagi baper, eh salah, laper maksudnya.
"Mas Boy," aku berteriak sambil mengangkat tanganku tinggi-tinggi. Ga peduli basket juga.
"Woy, Rat!" Mas boy membalas panggilanku.
Aku bermaksud menghampiri dan membuat janji wawancara lanjutan besok. Tapiii....
"Antri dong mbak!" Omel tante-tante begincu shocking pink. Tak tanggung-tanggung, dia bahkan mengeluarkan jurus sikut maut demi menyomot nasi kucing rasa teriyaki.
Sial. Aku ga mau nyerah!Setelah KO sebentar, aku bangkit dan berjuang untuk melewati cowok-cowok berotot. Mereka ga pake jurus apa-apa sih, tapi dengan menubruk badannya saja aku langsung terpental.
Aku tetap gak akan menyerah
Demi artikel pertama, Ratri semangaaat!Hingga akhirnya,
Bruk!
Tubuhku terkulai lemas, jatuh tak berdaya bagaikan handuk yang lepas dari lilitannya.
Jurus yang satu ini, paling gak bisa kulawan. Jurus ketek busuk. Entah siapa yang mengeluarkan jurus itu.
Aku menyerah.Pulang aja lah.
Balik lagi besok aja.
Da daah babay....***
![](https://img.wattpad.com/cover/95654456-288-k992584.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NTdTK: Menu Spesial Kafe Meonk Gahol
HumorRatri mendapat kesempatan untuk mewawancarai sosok muda inspiratif, yaitu pemilik sebuah kafe dekat kampus. Siapa sangka, Ratri yang mulanya memandang sebelah mata nama kafe tersebut dan bahkan menyalahkan PemRed, menuduhnya salah alamat, justru men...