Taeil ↭ From Far

13.3K 771 11
                                    

Based on true story, enjoy it.

All POV you.

Aku adalah seorang yang ceria, suka bercanda dengan teman dan sedikit ceroboh.
Aku akan menceritakan seseorang yang sedang ku sukai. Dia adalah Moon Taeil.

Pemuda yang sangat ku sukai semenjak kenaikan kelas 2 SMA. Awalnya aku tidak berani berbicara dengannya namun karena suatu alasan aku bisa berbicara dengannya.

Sewaktu itu kelas kami mendapatkan kelas baru, aku sangat bahagia. Namun, aku juga merasa kecewa karena kelasku berdekatan dengan ruang kesiswaan. Hari ini seperti biasa, seharusnya kami mulai belajar tetapi tidak untuk hari ini. Karena aku dan teman-temanku harus membersihkan kelas.

"Woi, bersihin kelas dulu yok. Kotor nih, banyak debu." ajak salah satu temanku.

Aku hanya mengangguk setuju, lagi pula siapa juga yang mau belajar di tempat sekotor itu. Akhirnya kami membagi tugas membersihkan, aku di bagian menyapu. Semua berjalan dengan lancar sampai dia menghampiriku.

"(Y/n), udah di sapu kan? Aku mau mengambil handphone milikku." ujarnya.

Aku mengiyakan, sebenarnya di situ aku belum mempunyai rasa dengannya. Hanya sebatas teman saja.

Pada pertengahan semester itulah aku mulai menyukainya. Aku hanya bisa memandanginya dari jauh, aku senang karena dia sering berbicara denganku. Ia orang yang lucu dan juga bisa sarkas dalam sekejap, karena itulah aku menyukainya.

Ia sangat pandai dalam bernyanyi. Suaranya sangat merdu membuat siapa saja yang mendengarnya jadi ikut terhanyut. Itu dimana aku mengaguminya.

Saat ini, kami sedang bercanda gurau karena tidak ada guru yang mengajar sedangkan para murid lelaki hanya bermain gitar sambil menyanyi. Sampai ketua kelasku datang memberi tugas, kami semua kecewa termasuk aku. Jadi aku dan teman-temanku memutuskan untuk mengerjakannya.

Di tengah aku mengerjakan ada seseorang yang memanggilku.

"(Y/n)... Psst... (Y/n)."

Aku menoleh ke belakang. Lebih tepatnya ke arahnya yang hanya berjarak 1 meter saja.

"Wae geurae, Taeil-ah?" tanyaku padanya.

"Kau punya correcting pen tidak? Aku tanya ke Yui, dia bilang kau punya." ujarnya.

Aku mengangguk dan mengambil correcting pen milikku.

"Ige."

Aku menyodorkan benda itu padanya.

"Terima kasih." Ia tersenyum.

Aku mengangguk lagi dan cepat-cepat berbalik agar aku bisa mengontrol detak jantungku.

Sial.

Aku sempat mengumpat dalam hati. Dari bulan ke bulan rasa ini terus tumbuh di hatiku. Aku senang melihatnya tersenyum dan tertawa. Kami juga sempat memandang satu sama lain lalu aku memutuskan kontak mata karena merasa malu.

Yang tahu perasaanku ini hanya teman-teman perempuanku, tak jarang mereka meledekku kalau Taeil lewat. Aku sampai harus memukul lengan mereka pelan, aku tidak ingin ia tahu perasaanku dan menjauhiku.

Sebenarnya itu yang ku takutkan. Bulan demi bulan terlewati dan aku sekarang sudah kelas akhir, dan yang ku takutkan terjadi. Tidak tahu mengapa ia di semester akhir kelas 2 berubah. Aku sempat merasakannya.

Aku selalu memanggilnya dengan embel 'Chagiya' karena ia tidak tahu artinya.

Setiap Taeil di sana aku selalu memanggil 'Chagiya' tanpa menoleh ke arahnya.

"Chagiya... Chagiya..." lagi-lagi seperti itu.

Sampai temanku Yui dan Dahyun terus memanggilnya begitu setiap kali Taeil lewat.

Mungkin karena itu ia jarang berbicara denganku. Taeil akan berbicara padaku seperlunya. Teman-temanku hanya bersimpati padaku.

"Sabar ya, (y/n). Sepertinya ia sudah tahu panggilan itu." Yui menepuk pundakku pelan bermaksud bersimpati.

Aku hanya tersenyum lirih dan mengangguk. Setiap ada kesempatan aku ingin berbicara dengannya, seperti sekarang aku bertanya padanya.

"Il... Nomor ini bagaimana?" tunjukku pada buku tulis yang berisi soal matematika.

Tapi lihat, ia bahkan sama sekali tidak menjawab pertanyaanku dan malah sibuk menulis. Memang sih aku sakit hati.

"Il, ini harus di apakan?" tanyaku pada pelajaran seni.

Taeil hanya melirikku dan menjawab.

"Ya, begitu." Lalu sibuk dengan tugasnya.

Jauh di lubuk hatiku, aku sangat sakit melihat perubahan sikapnya padaku. Aku jadi segan untuk dekat dengannya. Dan hanya memandanginya dari kejauhan.

Taeil juga semakin hari semakin dingin. Ia memandangiku dengan tatapan tajamnya.

Sebenarnya apa salahku? Aku tidak ada beruat salah padanya. Aku akan tersenyum kalau ia bahagia.

Sekarang teman satu kelasku tahu tentang rasaku padanya. Dan aku tidak tahu ia tidak mendengar atau pura-pura tuli.

"Il, lihat tuh (y/n) suka padamu." ujar temanku.

Aku tidak mendengar ucapannya.

"Il, kenapa tidak kau terima saja."

"Bukalah hatimu untuknya,il."

100% aku tidak mendengarkan ucapan itu dan aku sibuk mendengarkan jawaban temanku. Aku lalu tahu perkataan itu dari Yui, ia menceritakan semua yang di dengarnya. Setelah itu aku mengumpat dalam hati.

Mengapa mereka bisa mengetahui rahasiaku? Padahal sudah ku tutup rapat-rapat. Apa karena aku terlalu ceroboh?

Kini aku hanya bisa memandangnya jauh, tidak berani menyapanya padahal aku ingin sekali berbicara padanya. Dan terlebih lagi besok adalah hari ulang tahunnya, aku ingin memberi kado tapi takut ia menolak.

"Yui, aku ingin membelikan Taeil kado. Tapi aku takut ia tidak menerimanya."

Ia tersenyum sambil menepuk pundakku.

"Sudah, belikan saja. Ia pasti terima kok. Siapa sih yang menolak hadiah." ujarnya.

Aku menggeleng pelan nerasa pesimis.

"Takut." jujurku.

Aku lebih baik memendam perasaan ini dan melihatnya dari kejauhan. Itu sudah membuatku bahagia dan membuatku tidak terluka.

Satu hal untukmu Taeil-ah.

Aku menyukai— ani... Aku mencintaimu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Owari

Yah akhirnya selesai walaupun bunny ga tau feelnya dapet atau enggak.

Vomment jangan lupa 😄
Bunny with Tiger

NCT ✘ Reader ♔ Imagine ♔ [ DISCONTINUED ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang