OH God!

57 6 6
                                    

Sial!

Dirinya tidak menyangka hari ini ia benar benar sial. Coba Pikir suatu hal yang menurutmu hal tersial. Ia yakin, yang baru saja alami lebih sial dari yang kalian pikirkan barusan.

"Apakah anda bisa lebih cepat sedikit? Saya ada meeting jam 10 nanti"

Gadis itu mendengus kesal, ia kemudian mempercepat gerakannya membersihkan meja, rak, dan sofa di sekitarnya. Disisi lain, eksekutif muda sedang sibuk dengan dunianya sendiri, dunia kertas, pulpen, dan macbook.

"Yuhuuu!!! Sudahhh" serunya sejam kemudian "pak! Udah nih, saya duluan yah" gadis itu kemudian bergerak membereskan alat alat yang sedari tadi ia genggam, kemoceng, sapu, vacuum cleaner, dan lap.

"Siapa yang membolehkan kamu pulang?"

Seketika langkah kaki gadis itu terhenti, ia kemudian menatap eksekutif muda itu tak percaya.

"Eh pak! Kan lo mau meeting nanti. Daripada elo nganggurin gue disini, bisa-bisa gue jadi ikan kering tau"

"Lagian kan elo mau meeting, meeting itu pasti elo bakalan duduk manis berjam-jam, bahas masalah yang gue gak tau. Bosen tau!!!"

"Apalagi pak! Gue mau hangout entar bareng genk somplak tersayang. Masa gue gak ikut?"

Dirinya mengoceh panjang lebar, mulutnya sudah berbusa, sampai-sampai saliva-nya muncrat kemana-mana. Tapi tolong jangan tanya bagaimana ekspresi lawan bicaranya itu.
.
.
.
Muka serius dengan pandangan fokus ke layar datar didepannya.
.
.
.
Poor!!!
.
.
.
Serasa ngomong sama patung tau nggak?
.
Eh!?
.
Btw? Kalian pernah ngomong sama patung nggak?
.
.
Yang pernah, pasti tau gimana sakitnya.

sekarang, gadis dan eksekutif itu sedang berada di mobil, Berdua.

Jangan tanya, bagaimana perasaan gadis itu kini. Yang jelas perasaannya sekarang, Gondok abis! Meskipun ini pengalaman pertamanya naik mobil super mewah, tapi rasa Gondok, Sebal, kesal, males, dan pasrah lebih menguasainya sekarang.

Pikirannya menari kejadian hari ini. Mulai dari motor kesayangannya yang tiba-tiba bannya bocor, menunggu bis tapi nggak muncul-muncul dan akhirnya dia memilih jalan kaki menuju kantor si eksekutif songong ini dengan jarak lebih dari 15 km. Baru saja dia sampai disitu, dan akhirnya terpaksa menerima penawaran si songong itu hingga disinilah dia sekarang, menjadi asisten pribadi si songong yang tidak jelas itu.

Ingat!

TERPAKSA!

Kalau bukan karena Prita yang mendesaknya mengembalikan kamera. Ia pikir ia lebih baik kerja rodi seminggu daripada menjadi asisten pribadi si eksekutif muda nan songong itu.

"Gue gak usah masuk yah" ucap Julia ketika mereka telah tiba di tujuan, Restoran Dwereville.

"Terus anda mau dimana? Disini?Di mobil menunggu? Tidak boleh!" Tolaknya tegas.

Mau tidak mau, suka tidak suka, Ingat Boss selalu benar! Camkan itu!

"Silahkan..."

Itu barusan suara pak boss, jangan tanya kenapa dia berlangak layaknya pelayan restoran yang melayaniku. Menarikkan kursi pada Julia, mempersilahkannya duduk, memotongkan steak Julia saat ia melihat sulitnya Julia mengirisnya, bahkan sekarang pak boss masih asik menatap Julia intens.

Lagi-lagi jangan tanya kenapa?! Karena setiap julia menanyakan keanehan pak boss nya itu yang iya katakan hanya...

"Jangan banyak bicara! Anda tinggal ikuti apa yang saya katakan!" ucap pak boss setelah menyuapkan irisan steak kedalam mulutnya

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang