Cafe, sore hari, dan weekend.
Saat itulah tempat dan saat terbaik mereka untuk kongkow bersama. Disana, mereka menghabiskan waktu hingga malam menjelang bahkan masih lengkap dengan seragam atau pun baju kampus/kerja mereka.
Mereka tak risih sama sekali, tapi ingat tak boleh membawa pasangan saat mereka berkumpul.
H+3 dari acara surprise mengejutkan dari sultan untuk fanny. Dan sekarang mereka tidak habis habisnya membahas acara tersebut.
"Sumpah gaes, gue itu syok banget pas liat sultan sama cewek itu, yang ternyata itu sepupu nya dia. Kalau disuruh milih, gue lebih milih nikah ama zayn malik ketimbang gue liat sultan ngelamar cewek lain tau nggak" oceh fanny panjang yang di balas toyoran pelan oleh Tisah.
"Itu mah maunya elo! Orang lain itu kalau dikasih opsional yang sangar sangar kek, eh ini malah yang enak enak dasar lo" ujar windy sarkastik
"Oiya, nanti datang yah ke acara lamaran gue yang resminya minggu depan" Fanny mengundang temannya teringat acara lamaran resminya 2 minggu lagi.
"Pastilah gue pergi" ujar windy
"Gue juga" sahut prita
"Inshaa Allah yah" ujar tisah datar. Mereka bertiga hampir berucap bersamaan
"Yah, kok loh Inshaa Allah sih Tis? Menurut survey, kata nggak jadi secara halus orang indonesia itu ya Inshaa Allah " keluh Fanny
"Eh, inget yah. Inshaa allah itu artinya kalau Allah mengizinkan, gue mau apa kalau allah gak ngizinin ? Siapa yang tau hidup gue kedepan ? Bisa aja kan malaikat ngambil nyawa gue beberapa saat lagi? Nggak ada yang bisa jamin gue masih hidup besok, bukan hanya gu lagi. Elo lo semua juga! Inget itu !" Jelasnya panjang kali lebar sambil menunjuk semua orang disekitarnya.
"Ah elah, gitu aja baper lu tis" Fanny memutar bola matanya "gak usah pake urat juga kali" Tisah menarik napas panjang lalu membuangnya kembali kemudian menatap fanny lesu, "Afwan, tadi gue lagi banyak pikiran makanya kek gitu"
Windy yang paling peka diantara mereka menatap Tisah dengan wajah meneduhkannya "gue tau lo lagi ada masalah tisah" tisah yang mendengarnya langsung membulatkan matanya, dan mengelak keras.
Teman temann yang lain tak tinggal diam, menurutnya hal ini sangatlah seru dan langka bagi mereka pasalnya tisah adalah orang yang sangat jarang mengumbar masalah dengan mereka.
Dia sangat tertutup.
Tapi satu sifatnya, ia jengah dipaksa. Sehingga baru 3 menit terus terusan ditodong permintaan menceritakan masalahnya, ia luluh. Tisah kemudian mengatur posisinya bersiap menceritakan masalah yang membuatnya gelisah. Namun sebelum itu, ia menarik napas panjang.
"Heumm.... gini"
"Kira kira kalau kalian....."
Cerita tisah terhenti saat dering handphonya berbunyi lantang. Tisah meraihnya lalu dengan kode, ia meminta ijin untuk sedikit memisahkan diri dari teman temannya yang dipahami baik oleh teman temannya itu. Maklum, tisah jauh dari ibunya dan sejak 6 tahun yang lalu ia adalah anak yatim.
Tak lama garis muka tisah berubah serius. Entah apa yang dibicarakannya. Setelah itu ia menutup teleponnya dan pamit pulang, fanny bahkan belum sempat menahannya namun gadis berjilbab itu telah lebih dulu pergi setelah berkata "gue duluan yah, Assalamualaikum"
-----Remember-----
"Dance lo keren, gak nyangka gue seorang jaya bisa gitu"
Pujian itu terlontar ketika jaya dan 3 orang lainnya memasuki kelas masih dengan busana yang ia kenakan saat pentas tadi, celana jeans hitam, kaus panjang gelap, topi bundar dan yang terpenting topeng 'Anonymous' berbagai ekspersi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember
Teen FictionKalian tak bisa mengelak dari masa lalu karena mereka merupakan para pemeran dalam adegan kehidupan kalian. "Yang lalu biarlah berlalu" "Tapi masa depan tidak mungkin ada tanpa masa lalu"