It's too hurt

50 5 1
                                    

Fanny masih mengaduk minuman coklat panasnya dengan lambat, pandangan kosong kedepan. Kantung mata yang ia pelihara 3 hari ini makin menebal dan membuat matanya terlihat sipit.

Suara akibat adukan pelan nan tegas yang fanny lakukan berdenting keras memecah keheningan pagi itu. Yapp, ini masih sangat pagi, jam 6 pagi dan mereka semua telah berkumpul di rooftop resort yang menyuguhkan pemandangan alam disekitarnya.
Mereka kali ini sedang dipuncak, ada libur panjang yang sedang mereka jalani. Lumayan, kamis - minggu waktu yang tepat untuk melepas penat ria.

"Lo baik-baik aja kan fann? Gue parno liat lo kayak gini" Prita mencoba mengobati rasa penasarannya semenjak kemarin, saat fanny tiba-tiba datang dan mengajak mereka semua kesini.

Bukan jawaban yang prita peroleh namun ekspresi yang sama sebelum prita melontarkan pertanyaannya.

"Eum... Soal Anne" Tisah memberi jeda, ia meminta ijin untuk melanjutkan penjelasannya hingga semua tatapan beralih ke Tisah yang menandakan mereka menanti lanjutan penjelasan Tisah yang terpotong itu "Anne itu rekan kerja gue dikantor yang selisih setahun dibawah gue. Dia emang akhir-akhir ini sering curhat kegue kalau dia lagi bahagia, ya pasti pikiran gue gak jauh dari cowok dan emang bener, ternyata itu penyebabnya" berhenti sejenak lalu menatap Fanny "Tapi yang paling gue gak nyangka, ternyata orang yang selama ini dia bahas adalah pacar dari sahabat gue sendiri" "Seandainya gue tau itu dari dulu, gue udah peringatin dia sejak awal"

"Udahlah sah, gak usah kayak nyesel gitu deh" jelas sekali kelihatan perpaduan antara kesal, marah, pasrah, pusing, bahkan frustasi tercampur apik di wajah Fanny.

Lalu hening, mereka masih menyimak rentetan lontaran perkataan tisah. Mereka masing-masing sibuk dengan minuman penghangat di tengah udara terbuka yang dingin itu.

"Gue pengen putus dari dia"

"Jangan!" kompak mereka menolak keputusan fanny itu.

"Apa lagi yang gue perlu pertahanin? Gak ada"

Semuanya bungkam termasuk Fanny sendiri, hal ini menambah dinginnya hawa dingin yang menyegarkan pagi itu. Tisah dan Prita perlahan memecahkan keheningan dengan menyesap coklat panasnya masing-masing.

"Apa gak ada solusi lain? Hubungan lo ini udah lama, masa hanya karena orang ketiga 'abstrak' yang buat lo terpecah gitu? " Windy masih meyakinkan Fannh dengan wajah harap-harap cemasnya.

"Come on babe! Pikirin mateng mateng sampai superman make kolor didalem! "

Krik

Krik

Krik

Fix! Tisah merusak suasana kali ini, pen ketawa tapi sulit. Please sah! Gak usah maksain gitu-, - Receh tau nggak?

-----Remember-----

September, 2015

Rutinitas khas anak kelas 9, les tambahan dimana mana dan persiapan untuk ujian ini itu juga tentunya. Hal ini menguras tenaga, waktu, serta keceriaan anak anak yang masih belum berpikir jauh masalah Cinta itu.

Hari itu hari spesial. Captain kelas mereka bertambah umur. Hari bersejarah setahun sekali itu tak boleh terlewatkan begitu saja tanpa acara siram siraman, lempar tepung dan tentu saja perang telur, hukumnya sunnah! Terlebih ini harinya sang Captain, mana boleh terlewatkan dengan Flat.

"happy birthday Jaya, si anak Mami!"

"Cieee tambah tua"

"Hahaha umur lo berkurang setahun lagi dah tuu"

RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang