Part 4

32 6 0
                                    

Ari POV

"Huh hari ini pasien banyak sekali" keluhku melihat daftar pasien yang harus kutangani, kebanyakan hanya berkonsultasi tentang penyakitnya dan hanya beberapa orang saja yang harus kemoterapi.

Kulihat ponsel tapi tidak ada notifikasi apapun dari Billa. Sudah pukul 13.20 lebih baik aku telepon dia sekalian mengabarkan bahwa aku pulang telat karena ada pasienku yang mendadak meminta dimajukan jadwal kemoterapinya.

"Hallo assalamualaikum Bil"

"Waalaikumsalam Ar"

"Kamu sudah pergi belanja Bil?"

"Sudah Ar, ini aku lagi di supermarket. Maaf aku lupa kabarin kamu sebelum berangkat, memangnya kenapa?"

Tuh kan benar Billa pasti lupa mengabariku kalo dia akan pergi ke supermarket. "Oh iya bill engga apa-apa, aku cuma mau kasih tahu kalo aku pulang telat karena ada pasien yang harus kemoterapi malam ini. Sebenarnya jadwalnya besok tapi karena pasienku ada halangan jadi waktunya dimajukan menjadi malam ini. Kamu engga apa-apa kan Bil?"

"iya engga apa-apa Ar kamu selesaikan dulu saja pekerjaanmu"

"Makasih Bill. Oh ya sama satu lagi kamu tidak usah masak nanti biar aku pesankan makanan untuk diantar ke apartemen kita"

"Iya sama-sama Ar"

"Yaudah aku tutup teleponnya kamu hati-hati ya. Assalamualaikum"

"Iya Ar waalaikumsalam"

Abilla Nazhara perempuan berusia 23 tahun yang kini tengah mengandung anakku, perempuan yang telah aku rusak karena malam itu hingga aku dan dia menjadi sepasang suami istri.

Sungguh aku sangat menyesal akan malam terkutuk itu, malam dimana luka yang aku berikan pada wanita yang tidak akan terlupakan seumur hidupnya, merubah kehidupannya dan meredupkan harapannya.

Sesak...
Satu kata yang menggambarkan hatiku saat memikirkan Billa akan sikapnya padaku. Terlebih saat aku berharap Billa mau menyetujui permintaanku membuka lembaran baru tapi Billa hanya diam tidak merespon ucapanku, selalu kurapalkan kata 'sabar' dalam hatiku ini

"Dok" ucap suster Vani

aku langsung tersadar saat pundakku di guncang seseorang dan ternyata itu suster Vani. Suster yang telah berkerjasama denganku saat aku mulai bekerja di rumah sakit ini.

"Eh sus ada apa?" Tanyaku

"Engga ada apa-apa dok, cuma saya perhatikan tadi dokter melamun jadinya saya panggil dokter dan saya juga mau mengucapkan happy wedding maaf kemarin tidak bisa kesana" ucap suster Vani

"Hehe ya ampun sus saya kira kenapa, yasudah saya mau lanjutin buat liat data pasien lagi. Iya tidak apa terimakasih sus" jawabku seraya terkekeh

"Sama-sama dok, Baik kalo begitu dok silahkan dilanjutkan pekerjaannya"

"Oh iya sus boleh minta tolong?"

"Boleh dok, minta tolong apa?"

"Tolong pesankan makanan di restoran biasa. Hhmm pesan tumis kangkung dan ayam goreng aja terus nanti suruh langsung antar aja ke apartemen saya dan ini uangnya"

"Oh baiklah saya pesankan ke restoran biasa"

"Terimakasih sus"

Setelah meminta bantuan kepada suster Vani aku melanjutkan mengecek kembali data pasien hari ini yang baru dan beberapa pasien yang sudah aku tangani untuk melihat progres kesehatannya.

Aku begitu konsentrasi memeriksa dokumen hingga tak terasa Adzan Ashar berkumandang aku segera meninggalkan ruang menuju mesjid rumah sakit untuk menunaikan sholat ashar.

Sholat ashar sudah kutunaikan sekarang giliran perutku yang sudah keroncongan, kakiku melangkah menuju kantin rumah sakit lalu aku segera memesan nasi dan sop iga. Aku duduk menunggu pesananku datang sambil melihat akun instagramku. 10 menit kemudian pesananku datang dan aku segera melahapnya.

----
Tok...tok...tok
"Masuk"

"Ada apa sus?"

"Saya mau memberitahu dokter kalo pasien atas nama Rean sudah siap untuk kemoterapi"

"Oh yasudah mari kita ke ruangan kemoterapi"

Aku dan suster Vani segera ke ruang kemoterapi. Kulihat pasienku yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Rean. Anak laki-laki berusia 17 tahun, yang seharusnya sedang asik menikmati masa remaja malah harus berjuang melawan kanker darah stadium 3.

"Hai bro" sapaku pada Rean sambil tersenyum

"Hai brodok"

" brodok mulu dah, bro aja Yan biar engga aneh. Yaudah bagaimana sudah siap untuk kemo?"

"Hehehe siap brodok"

"Baiklah kita mulai"

Aku memberikan obat-obat kemoterapi untuk Rean sesuai dosis melalui infusnya. Setelah semua obat yang kuberikan pada tubuh Rean aku segera keluar sembari menunggu obat itu habis sekitar 2 jam.

-----
Brodok itu bro dokter, maksain banget ya wkwkwk 😂😂😂. Tapi yaudahlah udah terlanjur. Jangan lupa vote and comment.

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang