Part 10

43 1 0
                                    

Ari POV

Aku dan Billa tiba di rumah sekitar pukul sembilan malam. Kulihat Billa sudah terlelap di tengah perjalanan tadi hingga kini saat kami sudah di basement apartemen. Kulihat wajahnya. Tenang. Walaupun dia hanya memakai dress yang tadi tapi tidak mengurangi rasa tenang dalam tidurnya. Sebelum aku turun dari mobil untuk menggendong Billa aku sampirkan tuxedoku pada kedua bahu Billa agar dia dan calon anak kami tidak sakit. Calon anak kami. Ada letupan kebahagian tersendiri saat aku mengatakan hal itu. Setelah kusampirkan tuxedo itu dan turun dari mobil. Perlahan kubuka pintu mobil lalu dengan hati-hari ku gendong Billa.

Tepat di depan lift ada seseorang juga. Dengan ragu ku tanya "Maaf pak, apakah bapak akan naik lift ini?"

"Iya mas, saya mau naik lift ini. Memangnya kenapa?" Tanyanya. Thanks god. Semoga aku bisa meminta tolong pada bapak ini.

"Jadi begini Pak, saya juga mau naik lift. Kalo boleh saya mau minta tolong nanti di dalem tolong tekankan tombol lantai apartemen saya. Soalnya saya sedang membawa istri saya yang sedang tertidur" ujarku panjang lebar, dan si bapak hanya menganggukkan kepalanya.

"Oh begitu mas. Yasudah memang mas mau ke lantai berapa?"

"Lantai 7 pak"

"Oh kita cuma beda satu lantai. Saya di lantai 6 mas"

"Oh, kalau gitu terimakasih Pak"

"Iya, sama-sama mas."

Tak lama setelah kami selesai mengobrol, pintu lift terbuka. Kami masuk dan bapak itu langsung menekankan lantai tempat apartemenku. Tak lebih dari lima menit pintu lift itu terbuka lagi, sebelum aku keluar dari lift aku mengucapkan terimakasih sekali lagi pada bapak itu.

Aku segera masuk ke dalam apartemen dan membaringkan Billa di tempat tidur. Lalu aku segera mengganti bajuku sebelum aku mengganti baju Billa. Tidak salah kan seorang suami menggantikan pakaian istrinya?. Dengan pelan agar tidak membangunkan Billa aku menggantikan baju Billa dengan piama panjang. Setelah selesai aku segera menyusul Billa ke alam mimpi.

-----

Billa POV

Saat aku mendengar alarm, segera aku bangkit dari alam mimpiku. Kulihat Ari masih tertidur di sebelahku. Aku segera masuk ke kamar mandi. Dan...

"Kok gue udah pake baju tidur, kan semalem gue abis pulang dinner terus gue ketiduran di mobil dan. Tunggu gue juga kok bisa di apartemen sih?" Ucapku bermonolog sambil melihat cerminanku

Sambil terus berpikir, seketika terlintas di pikiranku " Ya jangan-jangan ini kerjaan Ari. Kalo dia menggendongku dari mobil kesini bisa aku percaya. Tapi gimana kalo dia yang gantiin aku pakaian. Harus gue tanyain nanti."

Kulihat Ari belum juga bangun. Dia masih bergelung dibawah selimut, entah mimpi apa yang sedang dimainkan di bawah sana. Sampai adzan subuh saja sepertinya dia tidak dengar.

"Ar, bangun sholat subuh dulu" Inilah jadwalku setiap pagi. Membangunkan dokter ini.

"Bentar Bill, aku masih ngantuk" ucapnya dengan suara khas bangun tidur

"Ar kamu mau aku bangunin baik-baik apa aku teriak di deket telinga kamu" ancamku dan...

"Oke Bill aku bangun" ucapnya dengan mata sayu dan masih setengah sadar

"Yaudah cepet ambil wudhu terus sholat subuh. Aku mau bikin makanan" perintahku dan tanpa perlawanan apapun Ari segera masuk ke kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian, Ari keluar dari kamar dan segera duduk di depan tv. Sedangkan aku masih memasak untuk sarapan hari ini. Hanya nasi goreng kornet.

"Ar sarapan udah siap" panggilku

"Oh iya Bill"

Selama aku dan Ari makan, aku ingin sekali menanyakan tentang hal yang tadi tapi aku engga punya cukup nyali. Malu. Tentu saja aku malu menanyakan hal itu.

"Ada yang mau kamu tanyain Bill?" Telak. Pertanyaan Ari membuatku diam. Bagaimana dia bisa tahu.

"Aku liat dari wajah kamu seperti ada yang ingin kamu tanya kan"

Tuh kan kok dia bisa lagi

"Eh. Emmm gini Ar aku mau tanya kok pas bangun tidur aku udah pake emm..."

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Ari mendahuluiku.

"Baju tidur" dan aku hanya menangguk

"Oh itu, semalem aku yang ganti"

"What"

Jadi benar dia yang menggantikan pakaianku. Segampang itu pula dia ngomong.

"Kenapa Bill, engga salah kan? Aku kan suami kamu. Jadi engga apa-apa. Aku engga mau istri sama calon anak kita engga nyaman tidurnya kalo kamu pake dress"

Tapi sekarang. Blush. Pipi memerah karena omongan Ari. Kenapa aku ini. Hanya ucapan Ari seperti itu aku blushing.

"Pipi kamu kenapa merah Bill?" Tanya Ari polos

Dasar. Masa engga tau cewek kenapa kalo pipinya merah.

"Aku engga apa-apa Ar. Yaudah makasih, lanjut makan lagi Ar." Ucapku dengan nada sedikit jutek. Dan kamipun melanjutkan makan dalam diam.

Hai hai balik lagi sama gue 😂😂. Baru bisa publish lagi. maaf ya guenya sibuk sama tugas-tugas menyebalkan hehe

Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang