The Jock's friend

1 0 0
                                    

Rasanya, aku tak ingin membuka pintu yang berada di depan mataku itu.
Tapi, aku tak punya pilihan lain.
Dengan enggan, kuraih gagang pintu tersebut, dan menariknya.
Saat pintu terbuka, dapat kulihat semua pasang mata yang ada di kelas melihat kearahku.
Aku tak memperdulikannya.
Aku langsung menutup pintu, dan pergi menuju bangku-ku.
Setelah sampai, aku langsung mengeluarkan sketch book ku, dan mulai menggambar.
Tanpa kusadari, Eileen sudah datang.
Biasanya, dia akan langsung menyapaku duluan. Tetapi, hari ini ia langsung duduk di bangkunya tanpa menoleh ke-arahku.
Entah apa yang terjadi dengannya.
Aku langsung meneruskan gambarku.
Tiba-tiba, aku merasakan mejaku bergetar.
Ternyata, Eileen baru saja menggebrak mejaku.
Hal tersebut membuat satu kelas menatap kearah kami berdua.
Eileen juga sadar akan hal itu. Tetapi, ia malah lanjut berteriak.
"Lu tau ga sih ?si S kemaren ngeselin banget"
S adalah inisial yang di buat Eileen untuk Carlos, gebetannya.
Cerita Eileen pun dimulai lagi.
Tepat saat Eileen sudah menyelesaikan ceritanya, pintu kelas terbuka.
Guru biologi ku masuk ke dalam kelas.
tanpa basa-basi, ia langsung menuliskan beberapa angka di papan Tulis.
Setelah menulis sampai angka 18, ia berjalan ketengah kelas.
"Ibu akan bagikan kelompok untuk kalian. Akan ada 18 kelompok. Berarti, 1 kelompok berisi 2 orang."
Satu kelas menjadi ricuh.
Eileen menghadap kearahku.
"Lu sama gua ya!" ujarnya.
"Tapi kan pasangannya dipilihin Lin"
Ujarku.
"Duh..."
Kulihat kecemasan di wajahnya.
"Sekarang, kalian semua satu persatu maju, dan ambil undian. Jika kalian dapat kertas yang angkanya sama, maka kalian akan menjadi 1 kelompok".
Kami pun maju satu persatu.
tiba giliranku untuk maju.
Aku memilih kertas yang paling besar.
Saat kulihat, tertulis nomor 10 di kertas tersebut.
Guru biologi ku mulai menyalin nama-nama berdasarkan kelompoknya.
"Siapa saja yang dapat nomor 10 ?"
Tanya guru biologi ku.
Dengan malas, aku menunjuk tangan.
"Cathie, dan Carlos"
Tulisnya di papan tulis.
Kulihat wajah Eileen memerah.
Ia terlihat kesal.
Wajar saja sih, dia tak bisa sekelompok denganku, dan gebetannya.
"Lu sekelompok sama siapa Lin?" tanya ku dengan hati-hati.
"Anya" ujarnya dengan ketus.
Aku tak berani membuka mulut untuk berbicara lebih lagi.
"Sekarang kalian kumpul dengan kelompok masing-masing, dan diskusikan percobaan yang akan kalian lakukan. Kalian boleh melakukan percobaan apa aja, pilih dari yang sudah kita kerjakan di lab"
Ujar guru biologi ku.
Aku mengambil kotak pensilku, dan pergi menuju meja Carlos.
"mau bikin apa?" Tanyaku dengan cuek.
Jujur, aku tak ingin berbicara panjang lebar dengannya.
"Yang gampang aja" sahutnya tak kalah cuek.
"Yawdah, kita bikin percobaan makanan aja" ujarku.
"Hn, mau percobaan kapan, dirumah siapa?" Tanya-nya.
"Paling hari sabtu ini aja, dirumah gua" jawabku.
Dia membalasnya dengan anggukan.
Setelah itu, hanya ada kesunyian di antara kita.
Dia memang tak ingin berbicara denganku.
Sejak kapan, orang-orang populer macam dia mau bergaul sama orang sepertiku.
Tiba-tiba, salah satu temannya, Richard datang.
"Weh, lu mau percobaan apa?" Tanyanya pada Carlos.
"Bahan makanan"
"weh mau percobaan bareng ga?" Tanya Richard.
perasaan ku langsung tak enak.
Semoga Carlos gamau.
"Yodah, dirumah lu ye" jawab Carlos, tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu.
Richard melihat kearahku.
"Memang dia mau?" Tanya Richard pada Carlos.
Dasar aneh.
Orangnya ada di depan mata, kenapa ga tanya langsung aja?
"Lu mau 'kan ? Mau ? Oke"
Padahal aku belum sempat menjawab.
Richard melihat dengan iba ke arahku.
"Kasian bego los!" Seru Richard.
"Pokoknya Sabtu ini di rumah lu." Ujar Carlos.
Kulihat Richard menggeleng-gelengkan kepalanya, dan pergi ke mejanya.
Aku menjadi semakin muak dengan tingkah Carlos.
Mungkin memang dia gamau bergaul sama orang kayak aku? Tapi ga begini juga 'kan ?
Jam pelajaran Biologi terasa sangat lama.
Tak satupun kata yang keluar dari mulut kami sampai pelajaran selesai.
Saat guru Biologi ku keluar kelas, aku pun kembali ke tempat duduk-ku.
Terlihat Eileen dengan wajah muramnya.
Dia menatap ke arahku, dan langsung mengalihkan pandangannya.
Kami berdua tak berbicara sedikitpun sampai pulang sekolah.

-to be continued-

Nice To Meet You, Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang