02 : continue

6.2K 892 330
                                    

Peserta kloter terakhir pada ruangan A telah selesai menampilkan talenta yang dimilikinya.

"Bagi peserta untuk nomor urut 273, 287, 288, dan 302 dipersilahkan untuk memisahkan diri dari kloter," Ujar wanita translator itu setelah berdiri dari duduknya. “Untuk yang tidak disebut, dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan. Terima kasih.”

Rane diam, hatinya mencelos.

Aku.. Enggak lolos.

Gadis itu menggigit bibirnya, menyesali kekalahannya. Mimpinya kini sirna.

Dan selamat datang di kehidupan 48 Family, pikirnya.

Ia kembali membenarkan tatanan rambutnya, lalu menarik nafas dalam sebelum mulai melangkahkan kakinya. Namun—

“Kamu, dua ratus delapan delapan. Eh mau kemana?”

Rane tersentak ketika seseorang di belakangnya menahan lengannya. Lelaki yang usianya terlihat tidak jauh darinya itu menaikkan satu alis, menunjukkan ekspresi bingung.

“Itu.. Kan aku harus keluar,” ujar Rane, dengan ekspresi yang tak kalah bingung.

“Lho tadi kata mbaknya kan peserta dua ratus tujuh puluh tujuh sama tujuh puluh delapan disuruh stay dulu. Ya berarti kamu enggak keluar dong?”

Rane mengerjapkan kedua matanya. “Lho aku nomor bera—HAAAH?!”

Pria yang memiliki tinggi badan sedikit lebih besar dari Rane itu tersontak kaget dan langsung mengacungkan jari telunjuknya di hadapan bibir. Ya, beberapa peserta yang hendak keluar tengah memperhatikan mereka saat ini.

“Demi Tuhan? Ini- ini bener? Lho? Bukan prank?” Rane memegang dahinya sendiri. “Ini ngapain? Aku ngapain? Harus ngapain?”

“Hey, hey.. Tahan. Belum ada instruksi lebih lanjut, kita harus tunggu dulu.”

Tepat setelah pria itu menyelesaikan perkataannya, sang wanita translator pun menghampiri para peserta yang ditahan untuk seleksi bagian kedua.

“Sebelumnya, saya mengucapkan selamat kepada kalian karena menjadi peserta terpilih dari kloter ke empat puluh tujuh. Untuk tahap audisi selanjutnya, kalian wajib menunjukkan talenta kalian dalam bidang menari. Kami akan memutarkan sebuah lagu secara random dan kalian dipersilahkan untuk menari secara freestyle. Bisa dipahami?”

“Paham, Miss.” Ujar para peserta dengan serentak.

“Baik, silahkan berdiri kembali di karpet merah. Dan saya mohon kepada tiap-tiap peserta untuk saling memberi jarak yang cukup agar tidak terjadi tabrakan ketika tengah menampilkan performa. Semoga berhasil.”

Keempat peserta mulai mengatur jaraknya masing-masing. Tidak lupa untuk menata kembali penampilan mereka, seperti memperbaiki rambut dan menguatkan diri dengan menghela nafas panjang.

Rani memegang dadanya. Jantungnya berdetak cukup keras. Ia grogi.

Ah, ini mimpiku. Enggak boleh main-main, tunjukkan yang kamu bisa dan lakukan itu dengan semaksimal mungkin. Batinnya.

Sang wanita translator itu mulai mengutak-atik sebuah laptop di depannya. Setelah beberapa detik, tangannya terangkat—mengaba-abakan agar para peserta bersiap untuk menunjukkan talentanya.

Sebuah lagu remix mulai diputar dan berdentum di ruangan.

Rane, dan juga para peserta lain mulai menunjukkan keahliannya dalam mengikuti irama. Menggerakkan badan kesana kemari menyesuaikan lagu hiphop yang menggema.

Ada yang menari popping style ala Park Jisung, ada yang meliukkan badannya ala penari balet, ada yang menirukan tarian poco-poco, dan ada pula yang hanya menggerakan jari jempolnya.

Setiap peserta memiliki keunikan dan kharismanya masing-masing.

Rane berusaha sekuat tenaganya. Untungnya ia sempat menjadi anggota dari salah satu group dance cover di kotanya, sehingga ia tidak kaku jika di tes perihal menari seperti ini.

Yang jadi pertanyaan, apakah ia berhasil lolos kali ini?


HAHAHAHA haaai! Udah lama aku gak memperbaiki cerita ini huhu maaf yaaaa. Ada beberapa rutinitas author yang bikin aplikasi wattpad ini jadi sedikit berdebu. :(
Oh iya! Aku ada story baru lho! 👀❤️ Jangan lupa cek profileku okaaaaay?

[1] If We Can Love Each Other | Jisung, Jaemin - ON REVISIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang