ch iv: rencana

1.8K 272 22
                                    

Kamis pagi, setengah jam sebelum kelas pertama Wonho dimulai, Kihyun mengajak mereka semua berkumpul di lorong dekat planetarium. Ada bangku-bangku di sana dan tempat itu juga tidak jauh dari kantin; tempat favorit Jooheon. Wonho sengaja tidak langsung mengirim fotonya berkencan dengan Changkyun ke Kihyun semalam karena ... ingin menjadikannya kejutan? Ah, wajah ceria Kihyun pagi ini saya sudah membuatnya ingin tertawa.

"Bagaimana hasilnya?" Minhyuk yang tiba-tiba membuka suara. Untuk beberapa alasan dia penasaran sekali dengan kelanjutan hubungan Wonho dengan Changkyun. Wonho tidak mengerti kenapa.

"Biar kutebak," Kihyun menimpali. "Tamparan penuh cinta bagian dua?"

Wonho bergeming, tidak berekspresi selama beberapa detik. Teman-temannya sempat berpikir dia sungguh mendapatkan tamparan kedua. Namun, ketika Wonho tersenyum penuh kemenangan seraya menunjukkan layar ponselnya, mereka semua terkejut bukan main dibuatnya. "Aku berhasil," katanya.

"Serius?!" Minhyuk berseru semangat. "Astaga, ini benar-benar Changkyun!"

"Wow!" Jooheon dibuat takjub melihat foto itu. "Hei, aku tidak tahu Changkyun punya lesung pipi. Dia benar-benar manis saat tersenyum."

"Hei, kau tidak boleh tertarik padanya," Wonho menarik ponselnya kembali. "Dia ini milikku, oke?"

Jooheon membuat ekspresi kecewa yang dibuat-buat. "Sok protektif, padahal nanti juga kau akan meninggalkannya. Kau selalu seperti itu Wonho-hyung."

Wonho tertawa hambar. Biasanya jika Jooheon menyindirnya seperti itu, dia tidak keberatan. Tapi jika ini menyangkut soal Changkyun, entah kenapa Wonho tidak bisa menerimanya.

"Aku tidak mengerti apa yang membuat Changkyun mau pergi bersamamu," Kihyun menghela napas panjang. "Tapi, karena aku sudah berjanji, aku akan segera mengirim seratus ribu wonnya ke rekeningmu."

"Bagus," balas Wonho. "Aku mulai percaya diri dengan taruhan ini. Jadi, kalian lihat saja."

"Kau yakin bisa menciumnya di hari Jumat?" tanya Minhyuk, penasaran.

"Itu sedikit berat karena aku tidak tahu bagaimana membuatnya terbawa suasana," jawab Wonho, membuat ekspresi bingung. "Changkyun tidak tertarik pada sesuatu yang romantis, dia juga agak polos. Tapi, aku akan tetap mencoba."

"Baiklah, selamat mencoba." Sepertinya Kihyun masih yakin Wonho tidak akan berhasil, terutama soal hari minggu. Rasanya lucu saja membayangkan laki-laki paling brengsek di kampus berakhir di atas ranjang dengan siswa paling pintar seangkatannya.

"Ngomong-ngomong bagaimana aku membuktikan yang satu ini?" Wonho berujar. "Aku tidak mungkin berkata: Changkyun, karena ini ciuman pertama kita, ayo kita abadikan di dalam foto."

Jooheon tertawa keras, "Kau gila kalau kau benar-benar mengatakan itu."

"Begini saja," Kihyun membuka suara. "Besok, kelas terakhirku ada di lantai tiga. Kau tahu pohon besar di belakang gedung fakultasku?"

Wonho mengangguk.

"Pokoknya ajak Changkyun melakukannya di sekitar sana, pastikan aku bisa melihat kalian, oke?"

"Apa? Curaaaang! Aku juga mau lihat!" Minhyuk memprotes. "Joohoney juga pasti ingin lihat, 'kan?" katanya, disambut dengan anggukan Jooheon.

"Kalian membuatku merasa seperti pemain film roman picisan," Wonho menghela napas. "Kalau terlalu mencurigakan, Changkyun bisa tahu."

"Kami tidak akan terlalu heboh, kok!" Minhyuk mengibas-ibaskan tangannya di hadapan Wonho.

"Baiklah, baiklah."

Taruhan Satu Minggu [WonKyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang