When I was Your Man

908 62 8
                                    

Disclaimer :

This story belong to me

J.K Rowling - Harry Potter

DraMione (Draco & Hermione)

Romance, Angst

Italic : Flashback/Past

I do not own this characters. I own this story. Crack pair!

Angin musim dingin berhembus menelusuri sebuah manor di kediaman Malfoy. Draco Malfoy, penyihir berdarah murni menghela nafas panjang mendengar percakapan orang tuanya Lucius dan Narcissa Malfoy yang sangat membosankan. Seharusnya liburan musim dingin ini ia habiskan bersama kekasihnya. Lebih tepat 'mantan kekasihnya'.

"Father, Aku permisi untuk istirahat", ucapnya tanpa menunggu jawaban dari Lucius. Seraya memasuki kamarnya, Draco merebahkan diri di kasur king-sizenya seorang diri. Pemuda bersurai platina itu tak pernah sekusut ini. Kantung hitam tercetak jelas dibawah matanya menandakan ia sudah lama tak tidur. Beberapa minggu sebelumnya ia tak sendiri, ia selalu bersama mantan kekasihnya bahkan saat di kamarnya meski hanya untuk melepas rindu. Tapi, saat ini ia sendiri. Menyesap sisa kehangatan yang ditinggalkan mantan kekasihnnya.

Flashback

"Mione!! Tunggu! Aku bi-"

"Cukup Malfoy! Aku muak, Malfoy!", Hermione Granger-kekasih Draco Malfoy menghempaskan tangan Draco yang berusaha menggapainya.

"M-Mione.. Dengarkan aku, kumohon ?", pintanya kepada kekasih hatinya. Hermione, gadis berusia sembilan belas tahun, berambut coklat mendengus perih.

"APA LAGI MALFOY! KAU MENGINGKARI JANJIU MALFOY! KA-", Draco mendekapnya erat namun Hermione mendorongnya kasar. Wajahnya merah padam menahan tangis, mungkin dalam sepersekian detik bulir kristal itu akan jatuh.

"Kumohon, love. Dengarkan aku. Biarkan aku menjelaskan, love", lirih Draco. Ia tak dapat lagi menahan tangisnya, bulir air mata membasahi wajah tampan pemuda itu. Pandangan Hermione melembut saat melihat Draco serapuh ini. Sesaat sebelumnya ia marah besar dan kecewa terhadap pemuda itu, namun melihat keadaan seperti ini mau tak mau membuat amarahnya melunak. Melihat pemuda yang ia cintai terisak sambil meminta maaf kepadanya.

"Draco, kumohon.. Kita sudah berakhir.. Aku tak perlu mendengar penjelasanmu lagi", ucapnya sambil menahan getaran yang bergejolak dihatinya. Hati gadis itu memberontak, ia tak ingin hubungan mereka berakhir. Draco menatap Hermione sendu, air mata masih mengalir di pipinya.

"Mione, kali ini saja. Berikan aku kesempatan. Aku tau aku salah. Aku tak seharusnya menduakanmu. Aku tak seharusnya bersama Astoria. Aku tak seharusnya jatuh ke tangan Astoria", ucapnya kepada Hermione.

"K-kenapa Draco ? Kenapa kau menghianatiku ? Mana janji-janji yang selalu kau bisikkan kepadaku ?", ia menghempas tangan Draco saat tangan pemuda itu ingin mengelus pipi gadis itu.

"I-itu.. Love, maafkan aku, oke ?", pemuda itu tak tau harus berkata apa. Rambut pemuda itu terlihat acak-acakan dan lusuh, bahkan air matanya pun tak kurun berhenti.

"Tck! Ayolah Draco. Jangan MUNAFIK! Tidak semudah itu bagiku untuk memaafkanmu, Draco. Tidak atas apa yang telah kau perbuat! Apa kau mencintaiku, Draco ?", tanyannya sambil tertawa hambar, berusaha menyembunyikan kesedihannya. Meskipun ia tahu, ia tak dapat menyembunyikannya dengan baik. Apalagi di hadapan Draco Malfoy, pemuda yang sangat ia cintai. Sedangkan Draco tersentak, rasa bersalah menyelimuti pemuda itu, nyeri merayapi dadanya.

"Mione.. Love.. Kumohon, jangan bahas hal itu lagi. Love, aku mencintaimu, mione. Kumohon, percayalah", ucapannya terpotong saat Hermione menyelanya tajam.

When I Was Your Man - Dramione Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang