Chapter 1

1K 112 9
                                    

"Semua kata rindumu semakin Membuatku tak berdaya menahan rasa ingin jumpa"
                                    🎵

Hari sudah mulai beranjak malam. Malam ini udara terasa dingin akibat hujan yang melanda kota Jakarta sore tadi. Genangan air hujan masih tersisa dijalan yang berlobang serta daun-daun pohon. Hanya suara jangkrik yang terdengar saling bersautan, menandakan bahwa semua orang sudah terlelap menuju alam mimpi masing-masing. Namun tidak bagi Ali, ia masih setia terjaga didalam kamarnya. Malam yang seharusnya ia gunakan untuk mengistirahatkan badan setelah seharian melakukan kegiatan malah ia gunakan untuk memandangi selembar foto yang mana wajah didalam foto itu adalah gambar wajahnya dengan seorang gadis yang sedang tersenyum menatapnya.

Dengan hanya penerangan lampu tidur yang berada di nakas Ali dapat melihat jelas wajah gadis tersebut. Benaknya melayang, mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat dirinya masih duduk dibangku SMP. Lebih tepatnya pada kejadian saat dimana pertama kali ia bertemu dengan gadis bermata hazel yang merupakan murid pindahan disekolahnya. Ali masih ingat betapa polosnya gadis itu saat memperkenalkan diri didepan kelas.

Rambutnya kecoklatan, lurus sebahu yang hanya dipotong biasa tanpa model. Hidung mancung, bola mata coklat serta bibir yang tipis membuatnya terlihat sempurna. Apalagi wajah polosnya yang hanya terpoles bedak baby dan sedikit lipgloss dibibir membuatnya tampak cantik natural. Berbeda dengan teman perempuan Ali yang kebanyakan dari mereka selalu bermakeup tebal.

Senyumnya, keluguannya, kelembutannya, caranya berbicara, caranya menyapa. Ali masih mengingatnya dengan jelas.

"Hai.. Boleh duduk disini? " tanyanya pada Ali sesaat setelah ia memperkenalkan diri didepan kelas.

"Hmm.. " Ali hanya berdehem sebagai jawaban dan dimengerti oleh gadis itu karena setelahnya ia duduk dibangku sebelah Ali.

Terkadang Ali merasa menyesal karena ia tidak bisa bersikap baik pada orang yang baru dikenalnya. Apalagi jika orang itu seorang perempuan. Tak jarang Ali bersikap cuek dan ketus pada orang-orang disekitarnya.

"Boleh kenalan? Namaku Amelia Latusya...kamu boleh panggil Amel"

Ali hanya diam tak menanggapi ucapan Amel. Ia lebih memilih mencoret-coret buku fisikanya daripada mengobrol dengan Amel. Baginya berkenalan tidaklah penting toh Ali juga sudah tahu nama gadis itu waktu perkenalan didepan kelas.

Sedangkan Amel merasa aneh terhadap sikap Ali. Amel menerka bahwa Ali adalah orang yang cuek terhadap sekitar, nyatanya saja ia tak mau menanggapi salam perkenalan darinya. Namun walau begitu Amel tidak menyerah. Ia mencoba sekali lagi bertanya pada Ali.

"Nama kamu siapa?" tanya Amel dengan perasaan takut jika nantinya Ali menanggapinya dengan kemarahan karena ia banyak bertanya.

Ali mendengus kesal karena sedari tadi Amel menggagu konsentrasinya belajar dengan bertanya-tanya. Ali Sangat menyesal karena tadi ia memberikan izin untuk Amel duduk disebelahnya. Ia sempat berfikir bahwa gadis itu tidak akan berani bertanya atau mengganggunya setelah sifat ketusnya tadi. Namun ternyata perkiraan Ali salah, gadis itu tidak gentar dengan sifat ketus Ali. Dengan berat hati Ali menjawab pertanyaan Amel agar gadis itu diam.

"Ali" Ali menolehkan kepalanya kesamping, menatap Amel sekilas lalu memandang kedepan lagi.

"Ali? Ali siapa? " Amel bertanya lagi seolah ucapan Ali tadi kurang jelas didengar.

"Aliando Syarief" dalam hati Ali terus merapalkan kata sabar untuk menghadapi gadis seperti Amel.

"Setiap hari kamu begitu? " sekali lagi Amel bertanya pada Ali. Amel penasaran terhadap Ali, lidahnya terasa gatal ingin bertanya-tanya mengenai keseharian cowok ketus itu.

Untuk kesekian kalinya Ali menahan kesal terhadap Amel. Jika saja kini mereka tidak sedang pelajaran, sudah pasti Ali akan memarahi Amel karena terlalu cerewet bertanya-tanya. Untung saja Ali masih bisa sabar dan menahan emosinya. Ali menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan untuk menenangkan amarahnya. Sungguh didalam hati Ali merutki Amel. Dengan sangat amat terpaksa Ali menanggapi ucapan Amel.

"Begitu gimana? " tanya ali bingung dengan omongan Amel.

Ali menatap wajah Amel, dan untuk sepersekian detik ia diam sambil terus menatap wajah cantik didepannya. Ali akui Amel memang cantik dengan kepolosan wajahnya. Ali meneliti setiap inci wajah Amel, dari alisnya, matanya, hidungnya semua terlihat Indah. Ali baru tersadar dari lamunan ketika Amel berdehem. Ali malu karena telah ketahuan telah memandang wajah Amel. Untuk pertama kalinya Ali memandang wajah seorang perempuan begitu lama. Hingga ia merasa canggung dan salah tingkah begitu.

"Apa setiap hari sikap kamu ketus begitu ketika ada orang yang mengajakmu berinteraksi? Kalau aku tebak sih iya! Kelihatan banget dari muka kamu! Datar gak pernah senyum! Tembok aja kalah datar sama muka kamu!! "

"Jangan sok tau! Lo anak baru disini, lo gak tau apa-apa tentang gue!! " suaranya sedikit meninggi membentak Amel hingga gadis itu terjengkat kaget. Untung saja guru yang mengajar sedang keluar sebentar dan murid lain asyik mengobrol sendiri hingga tidak mendengar suara Ali. Kalau tidak bisa-bisa semakin heboh.
Rupanya bentakan Ali tak membuat Amel takut malah ia semakin berani.

"Aku tau! Dari pertama lihat kamu aku udah tau kalo kamu itu orangnya cuek, buktinya aja tadi waktu aku perkenalan sedikitpun kamu gak noleh ke aku padahal teman-teman yang lain pada heboh. Dan lagi tadi aku tanya kamu jawabnya ketus"

"Coba deh kamu hilangin sikap ketus kamu dan banyakin senyum pasti semua terasa menyenangkan"

Amel terus saja berbicara sedangkan Ali mendengarkannya dengan rasa kesal.

"sekarang coba kamu senyum! Dikit aja! Nih gini kaya aku... " Amel mencontohkan bagaimana caranya tersenyum dan kedua tangannya ia arahkan kebibir Ali lalu menarik kedua sudutnya hingga kini bibir itu menampilkan senyum yang sangat manis.

Semua sudah berlalu, namun karena hal itulah yang menjadi penyebab perubahan sikap Ali sekarang. Ali yang dulu cuek dan ketus kini berubah menjadi Ali yang ramah dan mudah tersenyum. Berkat gadis bermata coklat pemilik hatinya, Cinta pertamanya.

Kembali kemasa sekarang dimana Ali masih menunggu gadis itu kembali padanya. Disini ia terus memendam kerinduan terhadap sosok itu. Sosok gadis yang memberinya ketenangan. Tak terasa sudah satu jam Ali memandangi foto tersebut hingga tak terasa hari semakin larut malam.

Ali melirik jam dinding disudut kamar yang mana jarum pendek tepat berada diangka 12. Ali bangkit dari rebahannya, kemudian berjalan mendekati meja kecil untuk mengambil kotak tua yang ia gunakan untuk menyimpan foto. Menyimpan kotak tua tersebut dilaci meja setelah semua rapi.

Merasa dirinya sudah mengantuk, Ali merangkak menaiki tempat tidur king size- nya untuk tidur. Menarik selimut tebal bermotif club sepak bola kesayangngannya hingga sebatas dada diikuti matanya yang mulai terpejam. Namun sebelum benar-benar menjelajahi alam mimpi, bibirnya bergumam suatu kalimat yang entah ditujukan untuk siapa.

"I Miss You..... "

Setelah itu Ali benar-benar memejamkan mata untuk tidur.

^^^
Bismillahirrahmanirrahim

Tidak berharap banyak😊saya bersyukur kalau ada yg mau membaca cerita abstrak saya...masih belajar untuk bisa menuangkan ide dalam menulis😄😃

Semoga suka & tidak mengecewakan😂
Minta vote & commentnya biar semangat💪awas typo bertebaran!

Salam peluk
NS

Memilih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang