Chapter 2

556 78 8
                                    

                     "Dihukum dan Sahabat"

Laki-laki jangkung itu berjalan terburu-buru menyusuri koridor untuk menuju kelasnya. Masih dengan rambut acak-acakan ia terus berjalan tanpa mempedulikan tatapan aneh orang disekitarnya. Terlihat tangan kanannya menenteng beberapa buku pelajaran yang belum sempat ia masukkan kedalam tas karena terburu-buru. Sesekali laki-laki itu membenarkan posisi tasnya yang merosot kebawah sambil terus berjalan.

Untuk pertama kalinya ia datang terlambat ke kampus. Biasanya ia akan datang setengah jam sebelum mata kuliah akan dimulai. Namun rupanya kali ini berbeda dari hari-hari sebelumnya, didalam hati berkali-kali ia merutuki dirinya sendiri kenapa bisa bangun kesiangan.

Mungkin karena semalam ia begadang dan baru tidur tengah malam membuatnya bangun kesiangan. Jika mahasiswa lain yang terlambat pasti lebih memilih membolos saja daripada masuk kelas yang ujung-ujungnya kena hukumam. Berbanding balik dengan dirinya yang lebih memilih menanggung resiko.

Sampai didepan pintu kelas ia menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Detak jantungnya berdetak cepat seiring tangannya yang bergerak memegang kenop pintu. Entah hukuman apa yang akan ia peroleh nantinya, yang paling penting sekarang adalah masuk kedalam dan menjelaskan pada dosen alasan keterlambatannya.

Sebelum memasuki kelas ia melirik arloji yang melingkar ditangan kirinya, bersyukur karena hanya telat 20 menit. Memejamkan matanya sejenak untuk mengumpulkan keberanian lalu dengan perlahan membuka pintu.

"Permisi pak... "

***

"Sst sst...abang! godain dong!!"

"Anjirr.. Sialan lo" umpatan itu keluar dari mulutnya ketika ia menolehkan kepala kebelakang dan menemukan sahabatnya tengah bersandar pada tembok dengan cengiran tanpa dosanya.

"Neng kesepian nih.. Kurang belaiannn!! "

Sumpah geli banget gue punya temen model dia. Gak tau kenapa orang seganteng gue bisa temenan sama dia. Bayangin aja mukanya abstrak kagak ada bentuknya. Udah penampilan norak, gayanya alay, lenjeh pula.

"Sekali lagi lo ngebacot,gue guyur lo pake air bekas pel"

Ali memelototkan mata kearah Ryan yang saat ini berada dibelakangnya. Tangannya yang semula memegang pel kini beralih memegang ember yang berisi air pel dan dicondongkan ke arah badan Ryan. Seketika itu pula Ryan mundur untuk menghindar.

"Hehehe Piss mas bro.. Lagian nih ye lo goblok apa o'on sih? Udah tau telat masih aja nekat masuk, kalo gue sih mending bolos ehh"

"Gue bukan elo kali... "

"Lahh Emang bukan! Lo kan Aliando Syarief"

jawaban yang sangat tepat! Anjir banget nih bocah, minta disunat lagi apa yaa? Polosnya nglebihin cilok depan kampus noh. Harus ekstra sabar ngadepin kunyuk satu ini. Liat aja sekarang dianya malah nyengir-nyengir kaya kuda. Gue elus dada gue sambil merapalkan do'a pengusir valak yang diajarin engkong gue jaman SD dulu.

"Ehh kunyuk! Bantuin kek..tega lo, liat orang ganteng suruh ngepel gini!" Masa iya orang seganteng gue suruh pegang pel. Mau taro mana muka gue. Pantesan juga si Ryan yang mukanya sebelas duabelas sama iyem pembokat gue dirumah.

"Pantes" Gumamnya gak jelas. Gue lihat si Ryan matanya naik turun liatin gue dari atas ke bawah. Jari telunjuknya diarahkan kedagu sambil dahinya berkerut pertanda sedang berpikir.

"Pantes apaan? " Ali mengerutkan dahi sambil menatap Ryan penuh tanda tanya.

"Jadi ART"

Wah wah parah si kunyuk. Gak ada kaca dirumah kali ya? Gak pernah ngaca! Makanya gak sadar,tuh muka udah kaya Tai aja songong!

Memilih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang