Chapter 4

403 72 10
                                    

              "Mama Ali dan Bertemu lagi"

"Li,nanti siang pulang kuliah kamu jemput mama di Butik ya.."

Ali mendongak. Menatap mamanya yang kini duduk diseberang Ali. Gerakan tangannya yang ingin mengambil sepotong roti tawar terhenti seketika.

Yah,kini mereka berdua sedang menikmati sarapan di meja makan. Biasanya Ali akan memilih sarapan di kampus daripada di rumah,namun karena pagi ini sang mama sedang di rumah Ali memutuskan sarapan bersama mamanya. Jarang sekali mereka bisa berkumpul seperti sekarang ini. Sejak sang Ayah meninggal Resi,mama Ali yang meneruskan perusahaan dan Butik. Hingga Resi jarang berada di rumah karena bekerja.

"Tumben minta jemput Ali..mama gak bawa mobil sendiri?"

"Mobil mama kemarin mogok,sekarang masih di bengkel..kata mang Ujang besok baru jadi" jelas Resi mengingat percakapannya kemarin sore dengan supirnya,Ujang.

Ali mengangguk mengerti. Kembali ia mengambil roti tawar yang tersaji di meja,kemudian mengolesi roti tersebut dengan selai coklat kesukaannya.

"Terus sekarang mama berangkat ke Butik naik apa? Ali anterin aja ya!"

Ali memandang mamanya yang kini tengah berdiri,mengambil blazer hitam yang ia sampirkan pada belakang kursi. Memakainya dengan cepat lalu jari-jarinya terulur untuk membenarkan tatanan rambut yang sudah ia sanggul sedemikian rupa agar lebih terlihat rapi.

"Nggak usah...tadi mang Ujang udah pesenin mama taksi,paling bentar lagi taksinya nyampe"

Sebenarnya Ali tidak tega jika harus membiarkan mamanya berangkat ke Butik menggunakan Taksi. Sebagai anak satu-satunya Ali sangatlah menyayangi dan melindungi sang mama. Bukan apa-apa,Ali hanya tidak mau terjadi sesuatu pada mamanya. Apalagi jaman sekarang banyak orang jahat yang berkeliaran disekitar kita. Membiarkan Resi sendirian pergi ke Butik membuatnya dilanda rasa khawatir.

"Beneran gak mau Ali anterin,sekalian Ali berangkat ke kampus"

"Kamu langsung berangkat ke kampus aja. Mama gak mau ngrepotin kamu Li,lagian kan Butik sama kampus kamu gak searah kalo kamu nganterin mama dulu ntar kamu telat. Mama gak mau ahh kamu kena hukum gara-gara nganterin mama"

Iya sih,kalau dipikir-pikir jarak antara Butik dengan kampus lumayan jauh juga. Tapi Ali masih saja khawatir dengan mamanya.

"Serius nih gak mau dianterin? Emang mama berani naik taksi sendirian?"

"Kamu itu aneh ya! Buat apa takut? Mama itu udah tua,bisa jaga diri sendiri"

Resi memandang heran kepada Ali,anak semata wayangnya yang kini sudah tumbuh menjadi seorang pria dewasa. Ali kecil yang dulu cengeng dan penakut kini sudah tumbuh menjadi Ali besar yang penyayang dan bertanggung jawab. Resi bersyukur Tuhan telah menitipkan Ali padanya sebagai anak,sebagai penyemangat ketika ia sedang terpuruk.

Ali menyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya. Mengedikkan bahu,lalu meneruskan sarapannya yang sempat terhenti. Sedangkan Resi bersiap membereskan dan menata file-file yang ada dimeja untuk dimasukkan ke dalam tas jinjingnya untuk dibawa ke Butik.
Dari arah samping mang Ujang datang memberitahukan jika taksi pesanan Resi sudah datang.

"Nyonya,taksinya sudah menunggu di depan..."

"Iya. Sebentar lagi saya keluar,bilangin ke supirnya suruh tunggu sebentar ya mang.."

"Baik Nyonya. Saya permisi keluar dulu"

Selanjutnya pria paruh baya itu menghilang dibalik pintu besar yang menghubungkan antara ruang makan dan ruang keluarga.

Memilih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang