"Lambat laun aku percaya, bahwa kamu pasti sadar akan hal ini."a.n: part yang kata-katanya dicetak miring berarti flashback mode on.
Happy reading~
————————————
Matahari masih belum menampakkan wujudnya namun Laina sudah selesai membersihkan rumah sejak tadi. Apa dia bangun kepagian? Hm.... entahlah.
Baru saja Laina merebahkan dirinya di sofa empuk berwarna hitam itu tapi tiba-tiba saja Ota keluar dari kamar dengan menggunakan celana trainning dan kaos oblong berwarna putih polos. Mau kemana dia? Mau olah raga kali?
"Mau kemana ta?" Tanya Laina basa basi.
"Mau mancing!" Jawab Ota sambil mengenakan sepatu nike abu-abunya.
"Ooo...." Laina ber-ooo ria. "Ikut dong!" Pinta Laina sambil berdiri mendekati Ota.
"Gak usah! Kamu di rumah aja, aku gak jadi mancing tapi aku mau jogging!" Ujar Ota sambil berdiri yang ternyata tingginya lebih tinggi Ota ketimbang Laina. Melihat hal itu Laina sedikit tersinggung. Padahal dulu lebih tinggi dirinya ketimbang Ota.
Ini gak boleh dibiarkan! Batin Laina yang tak mau kalah tinggi dengan Ota.
"Pokoknya aku mau ikut! Aku bosen banget nunggu dirumah, mumpung ini hari minggu pokoknya kamu harus nemenin aku jalan-jalan daerah sini!" Pinta Laina yang tidak boleh gugat lagi oleh Ota.
Ota pasrah. Lalu mengangguk.
Tanpa disuruh Laina segera melesat kedalam kamarnya dan segera mengganti baju untuk jogging.
♛♕♛
"Ota stop, stop!!! Aku capek banget!!! Kita istirahat dulu aja ya" pinta Laina. Padahal baru 5 menit mereka jogging. Wajahnya sudah pucat pasi.
Ota hanya menatap datar Laina. Mungkin keputusannya mengizinkan Laina ikut, ternyata salah. Sekarang ia menyesali keputusannya tadi.
Lebih baik tadi aku tinggal saja dia, biar sekalian diculik alien! Dumel Ota tak jelas. Ia benar-benar menyesali keputusannya untuk memperbolehkan Laina ikut jogging bersamanya. Dasar pemalas!
"Kalo mau marah-marah itu jangan dipendem, udah kelihatan jelas tau kalo kamu itu marah sama aku. Sana kamu jogging sendirian aja, aku jadi males jogging ama kamu!" Laina ngambek. Dan itu adalah salah satu hal yang tidak disukai Ota dari Laina. Laina kalau sudah ngambek, walapun udah dibeliin takoyaki 100 biji pun ia bakalan tetep ngambek! Percaya deh.
Ota menghela nafas. Ia bener-bener tidak suka jika sepupu dari Indonesia yang cantiknya bak dewi Athena ini cemberut.
"Duh, Laina maafin Ota deh. Ota janji gak bakalan marah lagi! Sekarang Laina maunya apa?" Tanya Ota sesabar mungkin.
Tapi Laina masih bersikukuh dengan mogok ngomong mode on."Laina plisss jangan marah sama Ota dong, tadi cuman kepanasan kok makanya wajah Ota kayak orang marah.." ujar Ota sekali lagi. Omongan Ota hanya lewat kuping kiri keluar kuping kanan. Tidak dihiraukan Laina sama sekali. Sama sekali tidak.
Laina memiliki tubuh yang terbilang cukup ideal, namun ia termasuk dari sekian orang yang memiliki fisik yang lemah sejak kecil. Wajar saja jika nilai olah raganya selalu yang paling rendah. Boro-boro disuruh lari lapangan 10 menit. Lha dianya aja lari 5 menit aja ngos-ngossannya minta ampun.Laina masih duduk di salah satu kursi panjang yang memang sengaja disediakan di sepanjang trotoar. Mungkin jika kalian pergi ke jalan malioboro pasti kalian akan menemukan keadaan yang tengah dirasakan oleh Laina tapi bedanya ini di Jepang, bukan Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Decision
Teen FictionAku tersenyum ketika negeri matahari terbit itu mulai menyambut diriku. Ketika orang lain menyebutku hanya sebuah arang kau malah menyebutku sebuah berlian. Ketika orang lain mencampakkanku kau malah memperhatikanku. Ketika orang lain memukuliku ka...