Danger - Beginning

3K 275 35
                                    

Jas putih yang terpakai di tubuh Eunbi kini sudah tergantung di kaitan gantungan baju berdiri yang ada di dalam ruangan. Ia menarik name tag yang terkalung di leher jenjangnya, menggulung talinya keseliling benda berbentuk persegi panjang itu lalu memasukannya ke dalam tas selempang hitam miliknya.



Hwang Eunbi merapikan kertas dan barang yang memenuhi meja kerjanya, menata sesuai letak yang dikehendaki gadis itu, akhirnya tampilan meja kerja yang semula tak beraturan kini terlihat enak dipandang. 



Eunbi menghembuskan nafas melalui mulutnya. Akhirnya ia bisa pulang, tidak sabar ingin segera berlabuh dalam mimpi, merindukan tempat tidurnya yang empuk itu. 





Seharian ini dia melakukan rapat penting pertemuan tentang penyakit salah satu pasien karena akan dilaksanakan operasi skala besar yang membutuhkan empat dokter ahli bedah sekaligus. Apalagi ia berhadapan dengan salah satu dokter kolot -sialnya salah satu dokter yang harus bekerja sama dengannya, Jung Hyemi selalu memojokkan Eunbi dalam setiap gadis itu menjelaskan langkah-langkah operasi yang akan dilaksanakan. 



Entah itu arteri dalam yang pecah, kekurangan pasokan oksigen, dan lain-lainnya membuat Eunbi pusing mendengar ocehan wanita itu, sudah Eunbi perhitungkan resiko apa yang terjadi nantinya, jadi dirinya percaya diri bisa menjalani operasi dengan baik. Dokter lain pun tadi hanya menggeleng ketika Hyemi berusaha membuat Eunbi down, seluruh pegawai di rumah sakit mengenal hubungan mereka yang kurang baik. 



Kepala Eunbi menggeleng kuat, mengusir pikiran kembali beberapa jam yang lalu -perdebatan dalam rapat dengan Jung Hyemi. Mengingat hal tersebut hanya membuatnya pusing, menambah rasa lelahnya saja. Ia pun menengok kearah Dahyun, teman satu kantornya, yang sibuk mengetik laporan di sebelah mejanya. 



"Dahyun-ah aku pulang dulu"





Dahyun menoleh ke asal suara, belum lama ia sudah kembali lagi menatap layar, "Eoh.. hati-hati Sinb-a ini sudah larut malam" Eunbi pun mengangguk pelan menanggapinya, mengerti sepertinya Dahyun dikejar deadline hingga membuat gadis imut itu lembur. 



Baru Eunbi berbalik Dahyun kembali memanggilnya.



"Apa perlu kupesankan taksi? Ini sudah pukul satu malam, jalanan juga sepi" ekspresi khawatir tampak di wajah Dahyun.





Dahyun sudah mencari-cari kontak taksi langganannya namun dihentikan oleh Eunbi, "Tidak usah lagipula apartemenku dekat"



"Baiklah, telfon aku jika terjadi sesuatu" 



Eunbi menggumam tidak jelas membalas ucapan Dahyun. Langkah gadis itu kembali berlanjut keluar rumah sakit. Walaupun hari sudah tengah malam keadaan rumah sakit masih menunjukan tanda-tanda manusia terjaga namun tidak terlalu ramai seperti siang hari. 





Benar saja apa yang dikatakan Dahyun, jalanan depan rumah sakit tempat Eunbi bekerja sangat sepi begitupula dengan trotoar sekitar. Eunbi tak ambil pusing, ia segera berjalan menuju apartemennya berada, yang ada dipikirannya saat ini hanyalah tempat tidur.



Setelah berjalan cukup jauh dari rumah sakit, tiba-tiba langkah kaki Eunbi terhenti.



Sayup-sayup sebuah suara rintihan pelan memasuki indra pendengaran Eunbi. Bulu kuduk di sekitar lehernya pun otomatis berdiri. Matanya menyapu seluruh penjuru jalan. Diantara kesunyian malam suara itu masih terdengar. Pandangan Eunbi terhenti pada sumber asal suara. Gang sempit di sebelah kanannya.



Dengan takut-takut Eunbi menoleh, mencari objek yang tersembunyi di gang dengan penerangan redup itu. Mengambil langkah per langkah dengan penuh kehati-hatian, dia juga menyiapkan semprotan cabai dari dalam tasnya. Berbekal keberanian seadanya Eunbi terus memasuki lebih dalam. 



Semakin lama rintihan itu terdengar jelas seiring memajukan tubuhnya.



Betapa terkejutnya ia menemukan seorang pria berlumuran darah duduk bersandar lemah di tembok.



"Astaga!" Eunbi menjatuhkan tas secara spontan, menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua telapak tangannya. 



Kemeja hitam yang dikenakan pria tersebut sudah basah dengan resapan darah yang keluar. Bibirnya pucat. Bau anyir pula menguar di udara. Eunbi menyejajarkan pandangannya dengan pria tersebut, mengecek apakah mata pria itu masih terbuka sadar bersamaan dengan jari telunjuk dan tengahnya menyentuh kulit bawah telinga untuk mencari tanda-tanda denyut nadi. Untungnya Eunbi melihat kedipan lemah pria tak dikenalnya, ia hampir menahan nafas merasakan denyutan di balik kulit yang mulai terasa dingin itu. 



"Dia masih hidup" Eunbi berbicara dengan dirinya sendiri. Hati nurani seorang dokter untuk menyelamatkan hidup manusia Eunbi tergerak. Sepenuhnya yakin bila ia masih dapat menyelamatkan nyawa pria dihadapannya ini. Ia paling tidak menyukai sebuah kematian, karena hanya menimbulkan kesedihan, ia tau perasaan tersebut. Oleh karena itu Eunbi berusaha semaksimal mungkin mempertahankan jantung pasiennya untuk tetap berdetak.



"Tuan apa kau masih bisa mendengarku? Aku harus membawamu ke rumah sakit sesegera mungkin-"



"Jangan" tolak pria dihadapannya dengan nafas tersenggal-senggal.



Eunbi berupaya mengangkat tubuh pria tersebut, sedikit kesusahan membuatnya berdiri karena perbandingan tubuh mereka yang sangat ketara, tubuh pria itu sangat berat. Namun dengan penuh perjuangan Eunbi berhasil memapahnya. 



Pria dalam papahannya ini menunduk lemah, sebelah tangan menahan nyeri di perutnya dan satunya terkalung di pundak Eunbi. 



Dilihatnya Eunbi merogoh sesuatu dalam tas. Gadis itu mencari ponselnya, ia harus menghubungi Dahyun secepatnya. 



"Kumohon jangan bawa aku ke rumah sakit" Eunbi menoleh pada pria disampingnya ini, memandangnya heran, kenapa disaat hidupnya sekarat malah tidak ingin hidupnya selamat.





Dengan tenaga yang tersisa pria tersebut memandang Eunbi, "Kumohon"



Disaat pandangan mereka bertemu Eunbi tersentak. Melihat tatapan sendu pria yang bahkan tidak ia kenal jantungnya berdetak kuat. Pancaran sinar mata berasal dari pria tersebut memberi efek pada Eunbi, tubuh gadis itu serasa ringan sejenak, seperti lelah yang sedari awal terbeban pada tubuhnya kini hilang. 



Eunbi pun masih memakukan pandangannya. Menimang-nimang keputusan mana yang harus ia ambil.



"Aish.. baiklah" akhirnya Eunbi mengalah, memutus panggilan yang sudah diterima Daehyun secara sepihak. Eunbi harus cepat-cepat mengambil tindakan sebelum pria ini kehabisan darah.



Sekuat tenaga Eunbi pun memapah pria ini menuju apartemennya dengan berjalan terseok-seok.





TBC

Hello~ New ff dari author

Mendadak pengen banget bikin action walaupun ga yakin karena scene action itu susah buatnya. Pengalaman ff dengan pairing lain tiga tahun yang lalu gagal, stuck di tengah jalan karena ga tau harus gimana lagi buat alur kelanjutannya. Action juga susah buat dibayangkan readers jadi harus bener-bener diperhatikan kata per katanya supaya bisa direalisasikan para readers dalam imajinasi mereka. Dan maafkeun jika kalian yang ada dari jurusan kedokteran ff author ada ketidak masuk akalan scene berhubungan kedokteran dan blabla sebagainya mohon maklumi karena cuma berbekal materi biologi sewaktu SMA dan lucunya author dari jurusan hukum Lol😂🔫
Oh ya FF ini mungkin sering update setelah FF Love Hurts selesai -dan kaga tau kapan tuh ff selesainya soalnya belum masuk konflik wkwk

Mohon supportnya guys Love ya💕

DANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang