Seharusnya tak ada hujan di Desember
saat kenang tentangmu berdesakan
di udara, beradu dengan gerutu hujan
dan cacian pejalan yang kelabakan
mencari atap-atap untuk disinggahi,
tubuh-tubuh untuk didekapi, gelisah
bibir untuk diruapi gairah bertubi-tubi.
"Kita adalah bait-bait hujan yang kelelahan,"
katamu dahulu, di tengah gumaman senja
yang kehilangan warna kesumba, ketika
rapat gerimis begitu sengit menguasai langit.
Kita ada di bawah derainya. Kau dikuyupi duka,
aku dihujani luka. Dan tak satu pun dari kita
menepi, berteduh dari tangis kita sendiri.
Seharusnya tak ada hujan di Desember
bila pada akhirnya segenapku disesaki
ingatan tentang seorang engkau, yang
berhenti menggoreskan jejak langkah
di atas sajak-sajak kita yang sakit parah.
Tangsel, 27 Desember 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAK-SAJAK HUJAN
PoetryDi atas kertas, tintaku gemetar mendekap sajak-sajak basah sehabis tertikam hujan seharian. Kata-kata gigil, terbata mengeja aksara yang kadung beku membiru. Lalu, satu dua huruf bertanggalan terlalu lama kedinginan. "Siapa nanti yang akan membaca k...