11

1.4K 106 12
                                    

'kenapa dari kemaren gue mikirin dia terus sih'

'apa gue udah bisa buka hati buat dia'

'terus gimana nanti sama orang yang udah lama sayang sama gue'

'gue bingung! Arrggh!'

Gadis itu selalu memikirkan mantan kekasihnya. Mungkin saja dia melupakan kesalahan Ari dimasa lalu.

Pesan chat
"Ri, temuin aku di cafe deket club"

(Namakamu) sengaja mengirim pesan kepada Ari karena memang (Namakamu) kangen dengannya.

Ari tidak membalasnya, dan hanya me-read pesan dari (Namakamu).
(Namakamu) tetap menunggunya walaupun ia tidak tau apakah Ari akan datang atau tidak sebab Ari tidak membalas pesan darinya.

Tidak lama Ari datang dengan gayanya yang cool ia mulai mencari-cari gadis yang mengajaknya bertemu.

Ari kini sudah didepan (Namakamu). Karna (Namakamu) sibuk dengan ponselnya. Ari berdehem kecil.

"Ehem"

(Namakamu) mendongak, "Ari lo dateng!" ucap antusiasnya lalu memeluk Ari.

Ari yang tidak percaya langsung membelalak mata.

(Namakamu) yang sadar akan hal itu mulai melepas pelukannya.

"Eh maaf ri, gue refleks"

Ari hanya mengangguk.
(Namakamu) menatap Ari tak percaya sebab sifat Ari yang begitu berbeda sejak ia menolaknya.

"Ri maaf" ucap (Namakamu) sambil memegang tangan Ari.

Ari mengernyit bingung, "buat?"

"Soal kemaren gue nolak lo.."lirih (Namakamu).

"Oh itu, gapapa.." ucap Ari sembari melepas genggaman (Namakamu).
"Tapi gue janji akan berusaha ngebuka hati gue buat lo" ucap (Namakamu) meyakinkan.

"Udah gausah.. Eh ya gimana lo sama Davino?"tanya Ari membuat (Namakamu) mengalihkan pandangan.

"Gak ri gue yakin perasaan gue cuma buat lo dan please gak usah bahas Davino"

Kini hening.

"Gimana lo sama Yori?" tanya (Namakamu).

"Hm ya gitu" singkat Ari.

"Udah putus mau diapain lagi" lanjutnya disela terkekehnya.

"Trus yang katanya dia ngancem lo?" tanya (Namakamu) hati-hati.

"Oh itu, gue gak terlalu mikirin sih, lagian itu gue pas mabuk, ya gak sadarlah"

(Namakamu) mendengus.

**

Hari demi hari perasaan (Namakamu) kepada Ari bertambah. Ia selalu memikirkan Ari. (Namakamu) sedih karna sifat Ari berbeda dengan yang dulu.

(Namakamu) kini berada diperpustakaan. Tiba-tiba notif sms muncul dari nomor tidak dikenal.

'Temuin gue di belakang sekolah bitcj! Gue mau kasih tau sesuatu'

"Gak jelas" ucap (Namakamu) memasukkan hp kesaku baju.

Ting!

'jangan bego dengan lo gak dateng. Ntar lo nyesel!'

"Apaan dah nih orang, gue temuin sekarang ajadeh"

(Namakamu) berjalan dikoridor sekolah menuju belakang.

Ketika sampai, disana tidak ada siapa-siapa.
(Namakamu) mulai kesal dan segera ancang-ancang meninggalkan tempat itu, tiba-tiba.

"Mau kemana lo?" tanya seseorang.

(Namakamu) mengedarkan seluruh pandangan kebelakang, namun tidak ada siapa-siapa.

"Gue disini" ucap seseorang yang sekarang berada didepan (Namakamu).

"Elo!" ucap (Namakamu)

"Hai (Nam), apakabar?" ucap basa-basi Yori.

"Basi lo tai, cepetan lo mau ngasih tau apaan!" ketus (Namakamu) to the point.

Yori menunjukkan layar ponselnya didepan muka (Namakamu).
Video Ari mencium ganas Yori.

Ciuman panas.

Sekarang hati (Namakamu) lah yang panas.

(Namakamu) membelalakan matanya. Sedangkan Yori tersenyum sinis.

(Namakamu) berusaha sesantai mungkin.
"Gue tau ini dibawah sadarnya Ari"

Ketika Yori membuka mulutnya, (Namakamu) memotong, "Dan gue juga tau, ini pasti akal-akalan lo"

"Mainstream banget sih cara lo" lanjutnya kini dengan senyum sinis tanpa menatap Yori.

Yori melotot. Ia tidak terima dengan perkataan (Namakamu).

"Gue gak pernah ya ngejebak Ari kay--"

"Itu video kenapa gak full pas sebelum Ari nyium lo?" Tanya (Namakamu) dengan muka yang sulit diartikan.

"Oh mungkin lo cuman ngasih tau gue bagian intinya aja biar gue kaget gitu. Dari awal Ari udah ngomong ke gue kalo dia dijebak" lanjut (Namakamu) dengan senyumnya.

Yori terdiam. Dan setelah itu menghentakkan kaki lalu pergi.
(Namakamu) mendengus. Kakinya melemas. Sebenarnya ia tak kuat melihat adegan video tadi. Tapi teringat perkataan Ari kemarin.

"Oh itu, gue gak terlalu mikirin sih, lagian itu gue pas mabuk, ya gak sadarlah"

Hatinya bisa damai, meski (Namakamu) juga masih memikirkan sifat Ari yang sedikit dingin dengannya.

(Namakamu) berjalan dikoridor sekolah dengan lemas lalu perlahan menangis.

Ari yang baru saja selesai latihan basket melihat seorang gadis duduk ditengah koridor, lalu ia menghampirinya.

"Dek? Kenapa? Udah jangan nangis. Jangan duduk disini" ucap Ari lembut. Ia tak sadar kalau gadis itu ternyata (Namakamu).

(Namakamu) menghentikan tangisnya mengusap kasar pipinya dan mendongak kearah Ari.

Ari terkejut, "(Namakamu)? Ngapain lo disini? Kok nangis? Siapa yang bikin lo nangis? Kok belum pulang juga sih? Ayo gue anterin pulang sekarang" ucap Ari sambil menarik tangan (Namakamu). Tapi (Namakamu) menahan tangan Ari sambil tersenyum.

"Aku gak papa.." parau (Namakamu) tersenyum sambil melirik sekilas tangan Ari menggandeng tangannya.

"Ayo gue anterin pulang" ucap Ari dingin.

Senyum (Namakamu) memudar ketika Ari kembali dingin padanya.

"Lo ngapain tadi nangis?" tanya Ari yang masih fokus dengan jalanan.

"Hm--"

"Jangan bilang gapapa! Lo pasti ada apa-apa" potong Ari.

(Namakamu) tersenyum tulus kearah Ari.

"Jangan ngeliatin terus tar jatuh cinta lagi" ucap Ari tanpa menoleh kearah (Namakamu).

"Emang udah.. Gue kangen" ucap (Namakamu) ngawur dan masih tetap tersenyum.

Ari diam saja.

(Namakamu) perlahan mengubah posisi duduknya menghadap jalanan. Ia tidak tersenyum lagi. Ia menyesal berkata seperti itu.

"Gue juga"

Seketika (Namakamu) menoleh kearah Ari.

"Udah sampe, turun gih", (Namakamu) mengangguk.

"Gue pergi dulu ya" ucap Ari dengan senyum tulus, lalu tiba-tiba mengacak rambut (Namakamu).
(Namakamu) terpaku ditempat.

"Daah"

The FEELING 🔥 ARI IRHAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang