Nayla Saphran.
Malam itu ia duduk di kursi depan meja belajar nya. Mengetuk-ngetuk pulpen nya diatas lembaran diary yang sedang ia tulis tak berarah. Mengutuk diri nya hari itu yang sangat kacau. Perasaan yang seharusnya tak ia miliki namun tersangkut rapih di hati nya. Sepuluh menit kemudian ia mengukir tanda tangan di akhir tulisannya. Jam menunjukan waktu sepuluh malam. Ia tahu apa yang harus segera ia lakukan. Tidur.
Esoknya ia bangun menjalani rutinitas pagi. Berangkat ke sekolah dengan perasaan kacau. Baru duduk di kursi nya ia langsung menangis. Memancing semua orang yang tak sengaja melihatnya menanyakan apa yang terjadi. Namun mungkin hati nya terlalu sakit hingga membuka mulut saja tak sanggup. Kemudian ia berhenti sendiri. Menghapus air mata nya sambil tersenyum. Menertawai apa yang ia lakukan tadi. Menurutnya sudah selesai ia seperti itu dari kemarin.
Pulang sekolah ia bosan harus langsung pulang. Namun seketika temannya mengajak ke rumah untuk kerja kelompok. Ia tak ingin menjadi seorang gadis cantik sendiri di tengah partner kelompoknya yang sisanya adalah laki-laki. Nayla memang dekat dengan siapa saja. Ia tidak pernah memilih akan bermain dengan satu gedung laki-laki atau perempuan semua. Menurut nya sama saja. Ia tetap bisa memadukan diri dengan mereka. Itulah mengapa Tiara, temannya, memintanya untuk menemani. Ia tahu betul Nayla bisa menyatukan suasana disamping sifat Tiara yang sangat pemalu.
"Ke rumah siapa?" Tanya Nayla.
"Davy."
"Lahhh Davy? Rumah nya gue ancurin nih ahahhaha salah lu ngajak gue."
"DAAAAVVVYYYY GUE JOIN YAA GUE BOSEN MAU IKUT KE RUMAH LUUU." Teriak Nayla.Davy Alleansha.
Laki-laki ini duduk tepat didepan Nayla. Saat Nayla bosan ia tak kunjung taubat untuk berlaku jail terhadap nya. Tak pernah sehari pun terlewatkan tanpa Nayla membuat Davy kesal. Davy 'masih' menjadi laki-laki kaku mungkin karena ia masih malas bersosialisasi. Ia jarang sekali berbicara kalau bukan untung hal penting atau teriak saat Nayla membuatnya jengkel. Nayla memiliki kepuasaan tersendiri ketika misi kecil-kecilannya itu berhasil. Padahal seringkali teman sebangku nya menasihatinya untuk berhenti. Namun, Nayla bingung hal lain apa lagi yang bisa membuat ia bahagia. Di rumah ia belum tentu senang. Kalau begitu ia tak akan menyiayiakan kesempatan emas di sekolah.
"Lah apaan sih lu kan bukan kelompok gue." Jawab Davy heran.
"Ihhh gapapa dehhh gw ikut ajaaa numpang makan kek apa kek atau kan tugas nya disuruh pake video, gue ajaaa yayaya fix gue ikut lalala." Balas Nayla tak mau kalah.
"Yayaya terserah."Beberapa menit kemudian setelah semua anggota kelompok siap, mereka semua langsung berangkat menuju rumah Davy yang tak begitu jauh dari sekolah. Maka dari itu mereka memilih untuk jalan kaki. Lebih sehat dan hemat uang saku daripada harus naik mobil yang dipesan online.
Diperjalanan yang sedang tujuh orang kuasai, terasa sangat seru walau kanan kiri terlihat sepi. Canda tawa dari salah satu teman yang pandai melawak pun pecah meramaikan suasana di jalan itu.
"Lalalala gue ngapain yah ntar. Makan trus gabut trus rumah lu gue jual deh Dav lumayan duitnya buat gue beli rumah kucing gue." Nayla begitu hyperactive ia selalu mengatakan apa saja yang ada dipikirannya walaupun itu tak penting. Namun itu membuat Nayla tidak pernah kebahisan topik untuk berbicara dengan siapa saja.
"Bawel lu ish katanya mau videoin awas aja sampe nggak gue usir!" Balas Davy.
"Asyik kalau Nayla yang videoin gue gabut dong Dav?" Balas salah satu teman mereka, Farhan.
"Ya kaga anjir ya kan kita yang ngeragain blablabla awas ya lu pada gabut pulang kagak selamat."Sekitar dua puluh menit kemudian mereka sampai di depan pagar hitam lebar bercat krem kusam. Tanpa menunggu lama Farhan, Reva, dan Bian langsung membuka pagar dan masuk layaknya rumah mereka. Padahal Davy masih tertinggal dibelakang membenarkan tali sepatunya. Berbeda dengan Tiara yang menunggu sang pemilik rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If?
Teen Fiction"Bagaimana kalau seandainya aku tidak pernah memulai untuk menyukaimu?" Semakin hari ia semakin tak sabar. Menunggu kalimat sederhana yang akan ia keluarkan jelas dari mulutnya. Sebentar lagi rangkaian kata itu akan terdengar jelas bahkan oleh ben...