Part 3

7 0 0
                                    

Pagi-pagi sekali Nayla sudah absen muka kepada satpam sekolah nya. Hari itu sekolahnya mengadakan acara internal. Kemudian beberapa teman kelasnya mulai berdatangan termasuk Davy.

Selesai acara, teman-teman kelas berfoto bersama. Nayla bahkan menjadi tukang foto pribadi bagi kelas nya. Ia tidak keberatan untuk memoto sesuai permintaan banyak orang. Kadang itu membuatnya bersemangat. Saking semangatnya ia bahkan tak sadar walau kamera itu miliknya ia jarang terlihat di hasil-hasil yang tertera.

Saat teman-teman kelas nya asyik berpose, sambil menunggu, Nayla sedikit mengeluh.

"Aduh pengen juga dong foto tapi gatau sama siapa."

Tanpa ia sadari ia mengucap nya kencang. Sampai-sampai sebelahnya mendengar jelas.

"Ayuk foto sam gue." Ajak lelaki berkacamata itu. Davy menaruh bawaan nya di lantai untuk merapihkan pakaiannya.
"Hmmm ayukk!! Eh siapapun tolong fotoin."

Tanpa berfikir panjang Nayla mengambil tawaran tersebut. Seketika lelahnya hilang. Ia langsung senang dan meminta seseorang untuk memoto mereka.

Nayla dan Davy saling berganti pose. Mereka bahkan tak sadar siapa saja yang sedang memandangi mereka. Namun samar-samar seseorang melihat kejadian aneh itu. Sebagian tampak tak percaya dua makhluk yang biasanya tak pernah akur menjadi terlihat sangat serasi untuk difoto. Sebagian lagi meledeki mereka dengan lucu.

Setelah dikira cukup, Nayla langsung melihat hasil-hasil foto tersebut.

"Jelek banget dah lu Nayl komuk gak pernah di kontrol ahahha." Ejek Davy.
"Tolong ya kalau gue jelek lu apa? Buruk rupa?" Balas Nayla terus melihat hasil-hasil foto tersebut.

Beberapa menit kemudian terjadi waktu kekosongan. Nayla dan teman-teman nya kembali ke kelas untuk sekedar istirahat. Nayla yang masuk kelas merasakan surga dunia pendingan ruangan, langsung duduk di bangku nya.

"Nayl temenin ke kantin dong." Tiba-tiba Davy berjalan ke arah Nayla dan mengajak dengan santainya.
"Lah gapunya temen ya lo ngajak gue." Bales Nayla sambil tertawa kecil.
"Dih curut mau gw jajanin juga gausah dah." Davy membalasnya dan berjalan keluar sendiri. Namun tampaknya Nayla segera menggenggam tangannya untuk menahan Davy.
"Eh tunggu bercanda kali hehe."

Mereka berdua keluar dan menuju ke kantin tak jauh dari kelasnya. Sekolahnya yang terbilang kecil membuat siapapun mudah untuk kemana saja tanpa harus mengeluarkan keringat berlebih.

Diperjalanan menuju ke kantin Nayla seketika menjadi tidak fokus. Dia tak sadar menabrak banyak orang. Tangan kanan nya yang tadi menarik tangan Davy masih ada diposisi yang sama. Masih kaku walau sudah lama terlepas. Entahlah, Nayla sering memegang, mengepas, bahkan memukul tangan Davy serta jarinya yang lentik itu. Namun, soal tadi, dia merasa sedikit gugup.

Setelah dirasa terlalu banyak orang yang ia tabrak, Davy tersadar saat sudah berada dikantin karna Nayla hampir mencium tembok besar. Cepat-cepat Davy menarik tangan Nayla agar tetap berada di sampingnya.

"Hah apaan?" Sontak Nayla kaget.
"Lu kenapa heh dari tadi nabrak orang mulu untuk kaga kena tilang."
"Ahahahhahaha dikit lagi Dav."
"Gue beliin lo minum deh lo pucet banget kayak mayat. Putih juga kagak." Davy langsung menuju kulkas salah satu penjual dan mengambil coca-cola.

"Jangan yang itu. Gak suka soda." Nayla cepat-cepat menghalau jaga-jaga jika Davy ingin membelikannya.
"Sejak kapan gasuka? Bukannya dulu setiap pagi bawa fanta?"

Davy memasukan minuman soda itu kembali dan menggantinya dengan minuman air kelapa. Ia menuju ke penjual dan membayarnya.

"Minum jangan disisain." Suruh Davy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What If?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang