Chapter 1

303 22 6
                                    


Bagaimana ini? Aku sangat sebal. Aku tak menemukan hadiah yang cocok untuk Alenn, kekasihku. Apa yang harus aku berikan? Alenn telah memiliki segalanya, aku sungguh tak mengerti!

Apa aku harus memberikan kejutan? Bodoh, aku langsung menghapus pikiran bodohku itu. Kejutan? Alenn berasal dari keluarga kaya, sudah pasti akan ada pesta besar-besaran untuk Alenn dari orang tuanya.

Aku sungguh beruntung memiliki Alenn, tapi sepertinya ia tak beruntung memiliki aku. Aku dari keluarga sederhana, sungguh sederhana. Aku mungkin tak kekurangan apapun, tapi tetap saja aku tak bisa selalu meminta lebih. Aku bahkan harus bekerja paruh waktu agar bisa berbelanja untuk memenuhi keinginanku yang kadang tak terbendung. Meminta pada Alenn? Tentu saja dia akan memberikannya dengan hitungan beberapa jam. Tapi tetap saja, aku tak ingin dicap sebagai perempuan materialistis karena meminta segalanya pada Alenn.

Ah, sudahlah. Mungkin besok aku akan bertanya pada Fella dan Elva, kataku dalam hati. Aku pun langsung pergi ke alam mimpi.

Keesokkan harinya,
Aku sedang bersiap-siap, Alenn sebentar lagi akan menjemputku. Kami akan menghabiskan waktu weekend, bersama. Aku mengenakan dress tanpa lengan yang berwarna biru malam dan memakai blazer jeans agar terlihat lebih sopan. Bagaimanapun, Alenn tidak suka melihatku memakai pakaian yang membuat laki-laki lain memandangiku tanpa berkedip. He is my possesive prince!

Alenn sudah menungguku di ruang tamu, dia tersenyum lembut. Ah, senyum itu selalu membuatku hampir gila dibuatnya.

"Kamu udah siap?" tanyanya dengan lembut. Aku jadi gugup karenanya.

"I-iya kok." aku menjawabnya dengan gugup, walaupun kami telah berpacaran selama 1 tahun lamanya tetap saja aku masih gugup melihat senyum Alenn yang indah.

"Ayo, berangkat." ajak Alenn. Ia langsung menggenggam tanganku dan kami pun pergi usai berpamitan pada kedua orangtua ku.

Beberapa waktu kemudian, kami sudah sampai ke tempat tujuan yang kami inginkan. Iya, kami sedang ada di Dufan. Aku ingin mencoba beberapa wahana di sini.

Setelah mencoba beberapa wahana, aku dan Allen memutuskan untuk menonton film. Aku ingin menonton film, sunshine becomes you. Aku sangat menyukainya karena diangkat dari novel favorite ku, karya Ilana Tan. Walaupun tak terbesit sedikitpun keinginan untuk menjadi seorang penulis, tapi tetap saja aku sangat suka membaca novel.

Tak terasa, hari sudah sore. Kami harus pulang, Alenn hanya bisa menuruti keinginanku.

Sesampainya di rumahku, aku mengajak Alenn masuk dan menyiapkan teh, minuman kesukaannya.

"Capek?" tanyaku sambil membawa nampan berisi teko dan cangkir untuk minum teh.

Alenn menggeleng, padahal wajahnya menggambarkan jika dia kelelahan karena aku mengajaknya kesana kemari seharian ini.

"Tapi mukamu kelihatan capek lho, Al." sambungku.

"Gak kok sayang, aku seneng banget bisa ngabisin waktu sama kamu." katanya sambil tersenyum. Aku tahu benar, Alenn sedang lelah. Dia berbohong.

"Yaudah terserah, nih tehnya." Aku memberikan secangkir teh hangat padanya, ia pun menerimanya dengan tersenyum.

"Uhh, tehmu selalu terasa enak ya," Alenn memujiku, lebih tepatnya teh buatanku. Pipiku memerah karenanya.

"Aku muji tehnya aja lho, ngapain kamu nge-blushing kayak gitu?" dia tertawa. Aku mendengus kesal.

"Jangan ngambek ah, entar cantiknya ilang lho." ucap Alenn sambil menyesap tehnya sesekali.

"Gak kok, ngapain ngambek." sanggahku.

"Kamu tahu gak, perempuan tercantik yang kedua dalam hidup aku?" tanyanya dengan tatapan serius.

"Gak tahu, mungkin saudara kamu. Kalo kamu punya saudara cewek."

"Kamu adalah perempuan tercantik buat aku, setelah ibuku." Kalimat singkat Alenn membuat pipiku terasa panas, ah pasti wajahku memerah layaknya kepiting rebus.

"Apaan si, gombal! Dah sanah pulang, tehnya udah habiskan? Pulang sana, istirahat!" kataku salah tingkah.

"Hahaha, yaudah aku pulang ya, angel." pamitnya.

Setelah mengantarkan Alenn keluar rumah, aku buru-buru mengambil ponselku untuk mengajak Fella dan Elva ketemuan malam ini. Aku langsung mengirim pesan dalam group chat kami.

Me : Eh kalian berdua, temuin aku di tempat biasa. Pukul 7, kalo enggak ngambek. Elva jangan telat!
*read*

Me : eh, jangan dikacangin woy.

Fella : ngapain si malem2, malesin

Elva : mau ngapain sih dilsya?

Me : pokoknya dateng aja!

Percakapan itu benar-benar membuatku kesal, aku pun langsung memutuskan untuk mandi, menyegarkan tubuhku yang terasa lengket.

Pukul 6.30 pm,
Aku bersiap-siap memakai baju yang pantas, membaluri wajahku yang putih nan mulus dengan bedak bayi. Dan aku pun langsung berangkat dengan taksi.

Sesampainya di cafe tempat biasanya kami bertemu, aku melihat Elva sedang menungguku. Tapi dimana Fella sang Putri On time?

"Hai, Va! Tumben nggak telat?" tanyaku.

"Aku nggak pernah telat kok, cuma nggak tepat waktu aja, kadang-kadang." sahut Elva tak terima.

"Oke, dimana Fella?" tanyaku.

Beberapa detik setelah aku menyelesaikan kalimatku, gadis itu datang dengan menggunakan celana jeans, kaos putih, dan tak lupa sweeter yang terdapat dua kantong di depannya untuk menambahkan kesan cuek pada Fella. Ia juga memakai topi, dan headset yang ia kalungkan di leher.

"Sorry, aku telat." ucap Fella. Ia langsung duduk di samping Elva.

"Oke, berhubung kita udah ngumpul. Aku mau minta saran kalian." jelasku.

"Saran?" tanya Fella singkat.

"Saran buat apa, Dil?" Elva menambahkan.

"Begini, bentar lagi Alenn ulang tahun. Apa hadiah yang paling tepat buat dia? Aku bingung nih."

"APA?!!" ujar Fella dan Elva bersamaan.

To Be Continued

Hai, ini first ceritaku😁di akun ini! Kritik saran selalu diterima dengan tangan terbuka~ 😀 jan lupa voment ya! 😁See you~

The Most Beautiful Gift Of God [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang