02 Acara Nikahan Teman

545 18 2
                                    

Pletak!

"Wadaww! Apa sih?!"

"Mau kemana?"

"Ke.. anuu.. mm.. ke rumah temen kak" Jawabnya terbata-bata. Setelah mandi dan sarapan, Rara memutuskan untuk ke hangout bareng teman-temannya. Tentu saja teman sesama pengangguran.

"Ke rumah temen pake pakaian kurang bahan gini? Gak malu kamu Ra? Ganti cepet! Kalo masuk angin aja, minta di kerokin ke istri kakak! Emang dia tukang pijet?" Kak Yudha adalah anak sulung di keluarga Rara. Umurnya baru 27 tahun, dan baru menikah 3 bulan yang lalu. Dia membuka toko roti yang cukup terkenal di Jakarta. Dia sering berkunjung ke rumah orang tuanya, hanya sekedar menengok mereka sih. Penampilannya biasa saja, sama seperti Rara. Hingga suatu hari karena kulit coklat tanpa perawatan dan pakaiannya yang terkesan syuperr biazah membuat Rara dijuluki Nona Dekil oleh teman temannya. Tapi ini bukanlah sebuah bentuk pembully-an atau apa. Menurut Rara, julukan itu adalah sebuah Pangkat yang sangat berharga dan harus dipertahankan. Rambut keriting sebahunya selalu diikat asal. Tidak memakai make up dan jarang.. eh.. bahkan hampir tidak pernah ke salon. Outfit nya sehari-hari adalah kaos, jaket, celana training, sandal jepit, dan ransel. Tidak ada yang spesial. Dia hanya gadis biasa yang mencari ehh.. yang menunggu hadirnya pangeran berkuda putih untuk melamarnya.

Kembali ke cerita, kak Yudha menyuruh Rara mengganti pakaiannya yang terkesan kurang bahan itu. Sebenarnya pakaian Rara saat ini adalah pakaian yang lumrah dipakai oleh gadis lainnya. Dress motif bunga selutut tanpa lengan yang dipadu oleh flatshoes (bener gak sih tulisannya?) berwarna senada dan tas selempang kecil. Biasa kan? Tapi jika Rara yang menggunakannya, itu sangat tidak biasa.

Rara mendengus kesal saat kak Yudha menyuruhnya untuk mengganti pakaiannya itu. Pasalnya, yang memberikan pakaian itu tak lain adalah kak Yudha sendiri. Jadi untuk apa diberi pakaian itu jika tidak boleh Rara gunakan? Makhluk aneh.

Jreng.. jreng..

Rara keluar dari kamarnya, kini dia sudah menggunakan pakaian 'kebersarannya'. Sebenarnya Rara juga sedikit risih menggunakan dress yang tadi sempat dipakainya. Tentu saja risih, sejak lulus Sekolah Dasar Rara tidak pernah menggunakan dress lagi. Semua dressnya dia berikan ke panti asuhan, dan rok yang semula memenuhi lemari Rara, berubah wujud menjadi training dan celana panjang lainnya. Dress dan atasan manisnya kini juga berubah bentuk menjadi kaos-kaos oversize berwarna warni. Dan selama itulah dia tidak pernah mengumbar tubuh sexy nya itu pada dunia. Wait, Rara sexy? Ahaha.. nggak lah.

Rara mulai mengendarai sepedanya menyusuri jalanan kota Jakarta yang sedang lengang akibat masih jam kerja, dan hujan yang sedang turun di sana. Rara menggunakan jas hujan. Penampilannya itu sangat aneh, tapi Rara tidak pernah merasa malu pada penampilannya itu. Dia malah bangga, karena dalam otaknya semakin banyak yang bilang aneh maka semakin unik lah dia di mata mereka. Tipe orang yang sangat percaya diri.

Dia akhirnya sampai di sebuah Warung kopi modern. Sebutlah Rose's Cafe. Temannya mengubah tempat ketemuannya. Dia bilang Mall terlalu jauh, dia tidak mau mandi hujan, dia kan tidak punya mobil, dia hanya memiliki motor matic mungil berwarna putih. Maklum, bukan anak orang kaya.

Selesai curhat party, teman Rara itu seperti memberikan sesuatu pada Rara. Undangan. Ya, itu adalah undangan pernikahan temannya itu. Dapat dilihat dengan jelas nama temannya yang terukir indah di atas kertas berwarna putih itu. R&S. Mata Rara seketika membulat. Mulutnya terbuka lebar. Matanya tak henti melirik si pemilik undangan dan undangannya itu secara bergantian.

"Ini sumpah? Demi apa coba?!"

"Iya bener lah Put, masa iya gue  nyetak undangan buat pajangan? Pernikahan gue pake adat Jawa. Maklum, orang tua gue ama calon gue sama-sama orang Jawa. Dan gue sebenernya pengen ngundang lo buat jadi pagar ayu juga. Itu loh yang ngiringin mempelai pas jalan di resepsi. Gue kan gak punya sodara cewek, jadi cuma lo doang yang gue pikirin. Lo bisa kan?" Jelas teman Rara. Namanya Sarah.

"Apapun buat lo Rah, gue bahagia banget buat lo. Sumpah dah! Tapi lo sejak kapan pacaran ama dia? Kok gak bilang gue? Ck.. lo mah.." sungut Rara sambil memanyunkan mulutnya.

"Hahaha.. lo baperan sih Put, dia ama gue dijodohin kali. Kita sebenernya masih sama-sama gak siap. Jadi kita udah buat kontrak, eeh.. semacam perjanjian untuk gak tidur sekamar dulu, sama sama konsisten dalah hubungan, sebisa mungkin gak ada orang ke tiga, dan lainnya. Yagitu deh.." Sarah memanggil Rara dengan nama depannya, Putri.

----

Hari yang ditunggu tiba. Rara menemani Sarah yang sedang dirias di kamarnya. Rara sudah seperti keluarga Sarah. Semua keluargannya mengenal Rara sebagai teman terbaik Sarah. Bahkan tak jarang orang tua Sarah menitipkan anaknya pada Rara untuk dijaga di sekolah.

Saat itu Sarah menggenggam erat tangan Rara. Rara juga akan dirias, tapi menunggu setelah Sarah selesai. Pakaian kebaya Jawa berwarna putih yang sangat anggun di tubuh Sarah, menunjukkan lekuk tubuh Sarah yang sangat bahenol.

"Gue kira suami lo bakal ngelanggar kontrak yang udah kalian sepakatin deh Sar, lo harus siap siap aja." Ucap Rara setelah meneliti penampilan sahabatnya.

Ijab Qabul berjalan lancar. Kini mereka berada di ballroom sebuah Hotel berbintang di Jakarta. Acara resepsi khas jawa terlihat sangat sakral. Alunan musik gamelan mengiringi langkah pengantin menuju singgasananya.

Di sana terlihat Sarah dan suami yang sangat gagah. Wajah suaminya sangat manis. Lebih tinggi dari Sarah, dan kulitnya tentu saja lebih gelap sedikit menambah kesan sexy pada dirinya. Suami temen lo itu Raa.. Jangan lo embat woy! Batin Rara memperingatkan dirinya.

Rara yang dari tadi fokus memperhatikan Sahabatnya itu tidak sadar jika sepasang manik mata selalu memperhatikan gerak geriknya dari tadi.

Ini gue kenapa sih, kok merinding gini. Batin Rara

TBC

___

Hai hai.. chapt yang ini nggak ada Putra yah... tapi tenang guys, dia bakal muncul terus di chapt berikutnyaa^^

The Kaku CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang