Pagi ini langit terlihat sendu. Awannya kelabu. Langitnya tak lagi terlihat biru. Embun menebal, menghidangkan hawa sejuk yang khas. Tak lama, terdengar tetesan air yang turun dari langit. Hujan. Suasana pagi yang sangat menawan bagi para pengangguran seperti Inara.Sekarang hari Senin. Hari yang menakutkan bagi sebagian pelajar. Hari yang sibuk, seharusnya. Tapi ini adalah hari yang menyenangkan baginya. Gadis yang dipanggil Rara oleh keluarganya itu masih bergulat dengan gulingnya. Mimpinya masih terangkai indah dia atas sana. Ya, begitu. Hingga suara melengking khas emak-emak membuyarkan semua mimpinya.
"Raraa!!! Banguunn Raa!!" Suara melengking dari balik pintu kamar Rara tidak membuat satupun mimpinya terganggu.
"Dududuhh!! Adaawww! Maa.. sakit! Aduhh"
"Baru bangun hmm?! Cepet mandi! Udah siang gini! Dibilangin abis shubuhan jangan tidur! Ni anak!"
Dan dengan berat hati, Rara akhirnya pergi mandi. Membasahi tubuhnya dengan air dingin sambil bersenandung kecil.
***
Di lain tempat, terlihat seorang pria yang sedang sibuk dengan berkas berkasnya. Terlihat dia sangat berantakan. Rambut halus di wajahnya tumbuh liar. Rambutnya berantakan. Dua kancing teratas kemejanya terbuka dengan dasi yang dilonggarkan, lengan kemejanya juga sudah dilipat asal sebatas siku. Lengkap dengan jas kerjanya yang tergeletak di sofa membuat kesan berantakan ini lebih jelas. Dia adalah Putra. Altaf Putra Anggara.
Klek
"Put, kamu pulang gih. Ibuk nyariin kamu" Seorang pria bertubuh tegap tiba-tiba masuk ke ruangan Putra.
"Kerjaan Putra belom kelar bang, mung--"
"Abang yang kelarin." Potong pria tersebut. Ekspresinya kini lebih serius dari pada sebelumnya. Hawa di sekitarnya juga berubah. Membuat Putra dengan berat hati meninggalkan pekerjaannya. Dan pergi menemui Ibunya.
Sudah hampir seminggu Putra tidak pulang ke rumahnya. Dia menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Mengabaikan semua panggilan keluarganya. Dan bersembunyi di apartemen kecilnya. Jika kalian pikir Putra bertengkar dengan keluarganya, hm.. kalian salah. Putra hanya kesal karena sebelumnya dia tidak mendapat dukungan dari Ibunya.
Flashback on
Tim Sepak Bola favorit Putra dan Abangnya sedang bertanding. Mereka memuji tim sepak bola favorit mereka. Hingga Ibu ikut menontonnya. Dan ternyata, hasilnya seri. Kini mereka saling adu mulut. Mengatakan tim lawannya sangat jelek dan lain lain. Dan perdebatan itu berujung pada pertanyaan ringan yang ditujukan pada Ibunya.
"Buk, menurut ibu bagus mana? Tim Putra atau timnya abang?" Tanya Putra pada ibunya. Mereka berdua serius menanti jawaban dari Ibunya yang terkekeh melihat kelakuan kedua putranya itu.
"Kalian udah gede, tapi kalo ngumpul masih sering berantem.. hihi" seru ibu seraya tertawa pelan.
"Ayo buk, bagus mana?" Kini Raihan yang bertanya.
"Hmm.. ibuk itu gak ngerti soal bola. Tapi kalo disuruh milih, Ibuk milih tim yang pake baju putih aja deh.." jawab ibu sambil mengetuk ngetuk dagunya dengan jari.
"Cihuyyy! Yes! Raihan sayang banget sama Ibuk.. hahaha. Ibu sayangnya ama abang Put, bukan sama kamu."
Ternyata Ibuknya memilih tim sepak bola Raihan. Putra yang kecewa segera meninggalkan mereka ke kamarnya. Kekanakan memang, tapi begitulah Putra dan keluarganya.
Flashback off
-----
Halo semua, ini cerita pertama saya.. moga kalian suka, vomentnya jangn lupa yah.. terus follow author dong.. ntar kak we follback kalian.
Makasih^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kaku Couple
Storie d'amoreOrang bilang jodoh itu harus saling melengkapi. Lah, kok yang ini nggak? Mereka sama-sama orang yang hemat kata-kata. Bedanya yang satu makhluk kaku, yang satunya lagi makhluk es.