Putra mengernyitkan dahi nya. Kedua alis tebalnya hampir beradu. Ini cewek gak tahu malu yang suka ngelirik suami temennya. Iya kan? Yakin gue. Batin Putra saat melihat gadis di depannya itu.
"Hai, Saya Putra." Kenal Putra seraya mengulurkan tangannya ke depan Putri.
"Putri Inara. Panggil Putri saja." Balas Rara sambil menyalami Putra. Anjirr.. Subhanallah! Engkau ciptakan makhluk se indah ini ya Allah. Moga suamiku cowok model ginian. Aamiin. Batin Rara setelah melepaskan genggaman Putra.
"Dia single lho Putri, kamu mau nggak sama dia?" Suara Ibuk Sari membuyarkan pikiran Rara.
"Hah?"
"Hahaha.... tante bisa aja"
Putra yang mendengar perkataan ibuk nya segera pergi ke meja makan meninggalkan para wanita dengan berbagai status itu. Dia mendengus kesal karena Ibuknya selalu berusaha menjodohkan Putra dengan setiap gadis yang ditemuinya.
Punya Ibu satu kok gini amat sih. Batin Putra di meja makan.
Sarah dan Sari berdiskusi masalah hal hal berbau rumah tangga yang tidak dimengerti oleh Putra dan Rara sembari menyantap makanan mereka. Rara tiba tiba berasa seperti makhluk transparan yang tidak terlihat. Ini gue masih hidup gak sih? Kok kayak ga di anggep ada gini. Batin Rara kesal.
"Putra sudah selesai Buk. Pamit mau balik ke ruangan Putra dulu yah." Suara berat itu mengintrupsi 3 wanita di ruangan itu.
"Eh.. udah selesai? Mau ke kantor yang mana Put?" Tanya Ibuk.
"Putra ke Kantor Ayah buk, ada masalah yang harus di kelarin. Kemaren gak sempet, soalnya ngurus masalah Mall ini." Jawab Putra.
"Oke deh, kalo gitu sekalian anter Putri ya. Sarah sama ibuk mau ngurus sesuatu nih."
"Eh.. nggak usah tante, saya bisa pulang sendiri. Lagipula saya masih mau keliling dulu. Biar kak Putra langsung ke kantor saja. Saya bisa nghubungi supir saya." Elak Rara. Dia memang tidak begitu baik dalam berkomunikasi bersama lawan jenisnya. Alasannya satu 'takut teransang terus keasikan dan ga mau nolak' ya gitu lah.
"Nggak Ra, lo sama Putra aja, gue gak enak kalo lo pulang sendiri sementara yg ngajak keluar lo itu gue. Please sama Putra aja yah." Pinta Sarah yang merasa tidak enak dengan Rara.
"Gak apa Sar, lagian gue belom puas keliling nya. Masih mau make over body gue. Haha"
"Sudah, Sarah alamatnya di mana? Nanti ibuk telfonin pak tejo buat anter kamu pulang. Biar nanti Sarah yang nyetir pake mobilnya Sarah." Kata Ibu menengahi.
"Duh, gak usah tante. Ini saya kok jadi ngerepotin gini."
Perdebatan masih berlangsung, dan belum ada titik tengahnya. Hingga suara berat khas lelaki ikut berbicara.
"Ibuk sama Sarah pergi aja sama pak tejo. Biar Putri sama Putra saja." Jelasnya.
"Oke, kalo gitu Ibuk sama Sarah berangkat." Pamitnya pada Putra dan Rara.
"Mau saya temani berkeliling, atau mau saya tunggu di sini?" Sambungnya beralih pada Putri.
"Hmm... Tidak perlu kak. Saya akan pulang dengan supir saya." Tolak Putri.
"Lagi pula, kak Putra masih ada hal penting kan? Lebih baik kak Putra seger--" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tiba tiba Putra memotong.
"Saya akan antar kamu pulang dulu. Kamu ini diberi Hati minta Paha. Sudah untung saya mau antar." Omel Putra.
"Yasudah saya mau, langsung pulang kak. Eh, PAK!." Jawab Putri seraya melangkah pergi meninggalkan Putra. Apaan sih! Nyolot banget jadi cowok. Luntur dah cakepnya. Batin Rara.
Kini keduanya berada dalam mobil mewah berwarna hitam mengkilat milik Putra. Hening. Sepi. Hampa tanpa suara. Bahkan radio dalam mobil pun tidak bersuara. Putra malas membuka obrolan. Rara takut memulai obrolan. Jadilah mereka saling diam dalam jalan.
Mobil itu berhenti di sebuah rumah berlantai dua yang tidak terlalu mewah. Rumah yang terkesan sederhana dan minimalis, tapi sangat Rapi dan Anggun. Loh? Iya anggun, karena di halaman depannya penuh oleh taman bunga yang indah.
"Makasih Pak. Sampai jumpa." Katanya sebelum keluar dari mobil mewah itu.
Cewek sialan. Dia pikir Aku supirnya apa? Apa wajahku terlihat se tua itu? Ganteng gini di panggil Pak. Dasar. Batin Putra kesal.
Setelah mengantarkan Rara, Putra segera menuju Kantor Ayah nya. Yah, walaupun sekarang telah menjadi hak milik Putra juga.
Drtt... Line...
Suara handphone tidak dikenal mengagetkan konsentrasinya. Putra menoleh kesumber suara. Itu apa? HP? Punya siapa?
Sarah : Ra, lo udah nyampe blom?
Satu pesan masuk dari Sarah. Pasti ini handphone milik cewek itu.
Putra menyimpan Handphone itu ke dalam salah satu saku di jas hitamnya. Biar ntar kalo masalah kantor kelas, aku balikin. Batinnya.
18.47 WIB
Putra sedang dalam perjalanan untuk mengembalikan Handphone Rara yang tertinggal.
Tok tok tok..
"Assalamualaikum"
Beberapa saat kemudian pintu kayu berukiran khas Jawa terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang Putra yakin adalah Mama Rara.
"Waalaikumsalam, nak Putra yah? Ada apa ke sini? Tumben. Hayuk mari masuk dulu, nak." Mama Rara menyambut Putra dengan ramah. Mereka sudah berkenalan di acara resepsi pernikahan Abangnya.
"Tidak perlu tante, saya hanya ingin mengembalikan ini" Putra memberikan Handphone Rara.
"Itu punya siapa?" Tanya Mama Sarah Ragu.
"Eh.. ini bukannya milik Inara Ya tan?"
"Tante Dewi gak tahu juga sih, Rara HP nya gonta ganti terus. Bentar deh tante panggil anaknya dulu. Kamu hayuk masuk dulu saja." Putra pasrah, akhirnya dia duduk di Sofa panjang yang ada di ruang tamu. Sembari menunggu Rara dan tante Dewi mamanya Rara, Mata Putra berkeliaran menjelajahi setiap pigura yang dipajang di ruangan tersebut.
Dia jeleknya dari kapan? Ini pas kecil cantik banget deh.. batin Putra menatap foto seorang gadis kecil yang duduk di bangku taman dengan balutan dress soft pink di tubuhnya.
"Assalamualaikum, kak. Ada apa lagi?" Sebuah suara lembut khas perempuan yang sangat lirih menyadarkan lamunan Putra. Dilihatnya gadis di depannya itu dari atas ke bawah. Kayaknya bukan dia, pasti sepupunya. Dia jelek banget. Batin Putra.
"Ini handphone kamu?" Katanya Datar.
"Iya. Kok ada di pak Putra?" Balas Rara tak kalah datar.
"Tadi tertinggal di mobil saya. Ya sudah saya langsung pulang." Jelasnya setelah meletakkan hp Rara di atas meja.
"Baiklah, terimakasih pak Putra. Mari saya antar." Rara menemati Putra hingga ke depan pagar.
"Salam untuk tante Dewi, Assalamualaikum." Pamit Putra dari dalam mobil.
"Iya, Waalaikumsalam. Hati hati di jalan pak." Balas Rara.
Itu cewek gak tahu diuntung manggil pake pak pak-an segala. Awas aja sih, Pak Putra tampan mu akan membalas setiap perbuatan ridak sopanmu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kaku Couple
RomansaOrang bilang jodoh itu harus saling melengkapi. Lah, kok yang ini nggak? Mereka sama-sama orang yang hemat kata-kata. Bedanya yang satu makhluk kaku, yang satunya lagi makhluk es.