SATU - ROSALINE

921 95 4
                                    

Nothing Lasts Forever.
Forever is a lie.
All we have what's in between hello and goodbye.

                                               •••

Sembilan tahun yang lalu.

Aku menghembuskan nafasku perlahan. Sesekali kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah dua jam aku menunggu disini, dibangku taman yang terletak tidak jauh dari kompleks rumahku. Menunggu seseorang yang sangat berarti dihidupku. Ini adalah hari istimewa untukku. Hari ini aku tepat berusia 20 tahun. Aku tersenyum menatap langit yang mulai menggelap. Bintang-bintang tanpa malu berhamburan di atas sana. Sungguh indah.

Kami memang berjanji untuk bertemu disini karena ini adalah tempat favorit kami berdua. Tempat bersejarah dimana aku dan dia pertama kali bertemu. Dingin mulai menggerayangi kulitku yang tidak tertutup jaket. Kugosok kedua tanganku kemudian kumasukkan kedalam saku jaketku.

"Kak Mario kemana sih?"

Sekali lagi aku melirik jam tanganku. Ck ... sudah hampir jam 9.

"Hai..."

Suara seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakangku membuatku terlonjak kaget.

"Kamu telat dua jam kak. Darimana aja?" Aku mengerucutkan bibirku sambil pura-pura merajuk. Eh, ngambek beneran sih tapi dikit.

"Maaf aku barusan harus ngurus sesuatu. Eh, selamat ulang tahun, ini kado spesial buat kamu," Kak Mario memberikanku pelukan erat dan sebuah kecupan dikening. Ah ... senangnya.

"Makasih," aku memandang kotak kecil yang ada ditanganku dengan senyuman lebar, "boleh dibuka sekarang?"

Laki-laki itu mengangguk.

Dengan perlahan kubuka bungkusan kecil yang sedang ada ditanganku. Dan saat aku selesai membukanya aku hanya bisa membelalakkan mata.

"Kak, ini beneran buat aku?"

Kak Mario mengangguk yakin, "hanya buat kamu."

Kutatap sebuah kalung dari emas putih dengan liontin hati yang ada ditanganku. Tak terasa air mataku menetes.

"Ini cantik. Tapi berlebihan kak."

"Nggak! Kamu udah 20 tahun. Udah waktunya dapat hadiah kaya gini dari pacar tercinta."

"Kak Mario ...." Aku memeluk pria didepanku ini dengan erat. Sungguh aku bahagia memilikinya. Pria yang lebih tua dua tahun dariku ini benar-benar pria sempurna. Dan aku sangat bahagia karena ia memilihku diantara sekian banyak wanita disekelilingnya.

"Sini aku pakaikan."

Aku mengangguk lalu memutar tubuhku. Benda itu terasa dingin saat menyentuh kulitku. Aku merabanya, memastikan bahwa ini nyata. Dan ya, ini memang nyata.

"Sudah."

Aku berbalik dan kembali menghadap padanya. Kutatap wajah pria yang sangat kucintai itu. Pria yang sudah menemani hari-hariku dan mengisi relung hatiku selama dua tahun. Tak bisa kubayangkan apa yang terjadi padaku jika ia tak ada.

"Aku sayang kak mario."

"Aku lebih menyayangi kamu, Aline."

Sungguh, tak ada yang lebih membahagiakan dari dicintai oleh orang kau cintai. Itu hal yang sangat berharga. Bahkan sebenarnya lebih berharga daripada kalung yang aku pakai.

Tapi sayangnya memang benar, tak ada yang abadi didunia ini.

***
Sungguh aku tak pernah mengira jika aku akan mengalami hal yang sama yang pernah dirasakan oleh semua manusia. Kata orang setiap manusia pasti akan mengalami patah hati, paling tidak sekali seumur hidupnya. Namun sungguh aku tak pernah mempersiapkan diri untuk itu. Aku kira yang aku miliki ini akan selamanya. Aku kira aku takkan pernah merasakan apa yang mereka sebut patah hati. Hingga hari itu tiba.

"Pergi? Maksud kak Mario apa? Maksudnya kakak mau pulang?"

Mario hanya diam sambil memainkan jari jemarinya.

"Aku mau pindah,"

"Kemana?" Aku berbicara dengan nada bergetar.

"Australia. Ikut mama. Setelah perceraian papa dan mama aku memutuskan untuk ikut mama dan suami barunya ke Australia."

"Hah? Kok jauh kak."

Mario hanya diam tidak menjawab pertanyaanku. Perasaanku mulai tidak enak.

"Lalu? Kita bagaimana kak? Kita LDR an dong kak,"

Mario menggelengkan kepalanya, "aku nggak sanggup pisah dari kamu. Dan aku juga nggak bisa menjalani hubungan jarak jauh. Ini terlalu sulit."

"Maksud kakak gimana?" Aku merasakan jantungku seperti ditarik keluar. Aku mencoba menenangkan diriku. Menepis semua pikiran buruk. Kita berdua saling mencintai kan? Pasti ada jalan keluarnya.

"Kita ... sebaiknya menyudahi semuanya sampai disini."

"Kenapa? Kenapa harus pisah? Kan kita bisa tetep komunikasi kak."

Lagi-lagi Mario menggeleng. Dan aku hanya bisa menahan agar air mataku tak jatuh. Tidak boleh.

"Ini akan sulit, Aline. Karena aku tidak tahu apakah aku akan kembali ke Indonesia atau tidak."

Tak ada satu katapun keluar dari mulutku. Bahkan aku tidak menangis saat itu. Dua tahun sudah aku menjalin hubungan dengan pria di depanku ini. Dan hari ini semua selesai.

Tanganku meraba bagian belakang leherku mencari sesuatu. Setelah kutemukan aku membuka pengaitnya dan melepas benda yang sudah sebulan ini menggantung dileherku.

"Ini aku kembalikan," aku mengulurkan tanganku.

"Aline, nggak usah. Itu emang buat kamu. Hanya buat kamu. Kamu simpan ya. Buat kenang-kenangan."

Aku tertawa lirih, "untuk apa? Supaya aku mengingat bagaimana sakitnya kehilangan kak Mario? Iya?"

"Aline ... maaf."

"Ambil kak. Kalau kakak memang mau pergi, aku mohon bawa semuanya bersama kakak. Jangan ada yang tersisa. Kakak tahu, hal tersulit bagi aku adalah melewati hari tanpa kakak. Jadi tolong, bantu aku kak. Bawa semuanya bersama kakak."

Mario mengambil kalung yang ada ditanganku lalu meremasnya. Sungguh aku tidak menangis hanya dadaku saja terasa sesak dan sakit.

"Bolehkah suatu saat kita bertemu lagi?"

Aku tersenyum lalu menggelengkan kepalaku, "buat aku sekali pergi akan tetap pergi. Jangan kembali itu lebih baik. Karena aku yakin jika kakak kembali nanti semua akan berbeda. Aku dan kamu tidak akan pernah sama."

Hening.

Mario melirikku sesekali lalu akhirnya bangkit dari kursinya, "jadi ini akhirnya?"

"Iya ini adalah akhirnya."

Mario mengangguk lalu berjalan pergi meninggalkanku yang masih terpaku ditempat. Saat aku merasa ia sudah menjauh aku menoleh dan kudapati bahwa laki-laki yang merupakan cinta pertamaku itu telah pergi. Dan saat itulah air mataku mengalir tanpa henti. Aku menangis sampai aku tak tahu cara menghentikannya.

Aku kehilangan cinta pertamaku dan itu menyakitkan. Malam itu adalah malam dimana aku tak lagi sama. Malam dimana Aku membunuh diriku sendiri lalu membangkitkannya kembali namun dengan kepribadian yang lain.

•••

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang