ENAM BELAS - ROSALINE

145 22 4
                                    

Bryan Adams - Do I Have to Say a Word ?

***

Pemandangan diluar sangat indah. Rumah ini mengingatkanku pada sesuatu di masa laluku. Mario selalu suka rumah kecil namun memiliki taman yang luas. Mario sama sepertiku, tidak suka rumah berlantai dua, tiga dan seterusnya. Mario dan Aku suka rumah mungil namun memiliki halaman sangat luas. Masih kuingat ketika dulu kami sering bercerita dan berbagi mimpi tentang masa depan.

"Aline, kalau punya rumah maunya seperti apa?"

"Kak Mario mau bikinin emang?"

"Iya kan kamu nanti istriku, aku mau tau rumah idaman kamu seperti apa."

Aku tertawa, "kak Mario mikirnya kejauhan."

"Udah jawab aja berisik!"

Aku menghela nafas sejenak sambil berfikir, "aku nggak suka rumah besar. Kecil aja. Tapi halamannya luas. Kira-kira kalo nyapu halaman itu harus seharian baru kelar. Aku nggak suka pohon tapi aku suka rumput. Mau ada kolam renang di belakang. Terus ada tempat santai sore di belakang khusus buat aku ngeliat matahari terbenam."

"Kenapa harus punya halaman luas?"

"Biar pas kalo aku lagi sedih aku nggak lari jauh-jauh. Aku bakal lari ke belakang rumah, duduk di atas rumput dan sedihku akan hilang!"

"Selera kita sama, Aline."

Aku tersenyum mengingat percakapanku dulu dengan Mario. Pria itu masih tetap sama seperti yang ku ingat. Aku memejamkan mata merasakan semilir angin menerpa wajahku. Bayangan Alex berkelebat ketika aku memejamkan mata.

Alex.

Bagaimana caraku menghadapimu nanti? Apakah kita akan sama seperti dulu? Atau semuanya akan berbeda? Ah, bahkan aku tidak siap bertemu dengannya. Membayangkan tatapan apa yang akan Alex berikan padaku nanti. Iba? Rindu? Atau malah biasa saja?

"Hai."

Sebuah suara lembut dari belakangku memaksaku membuka mata. Aku menoleh lalu tersenyum. Renata berjalan ke arahku sambil membawa kantong kresek yang aku yakin berisi banyak makanan ringan.

"Gue beliin lo makanan. Buat temen ngelamun," aku tertawa. Wanita ini sangat menyenangkan.

"Makasih ya," Renata mengangguk. Aku mengambil satu bungkus wafer kemudian membukanya.

"Lo baik?" Renata bertanya. Aku menoleh lalu mengangguk. Sebenarnya tidak tapi ya sudahlah.

"Lo bisa cerita sama gue kalo lo mau. Ya walau gue nggak bisa kasih saran sebaik Mario sih."

"Aku oke kok, Ren."

Renata menatapku sejenak, ragu namun akhirnya mengangguk.

"Lo tau nggak gue tuh dulu benci banget sama lo. Padahal waktu kita belum ketemu."

"Kenapa?"

"Abisnya ya, dulu waktu pertama ketemu Mario, gue tuh udah suka pada pandangan pertama. Eh dia nya cuek aja. Nah setelah gue deketin ternyata ketauanlah ada cewek nyebelin yang namanya Aline yang nggak bisa keluar dari kepalanya. Setiap kali kita ngobrol pasti ngomongin lo. Aline ini, Aline itu. Gue bosen dan ... cemburu. Hehe. Gue kira ya lo tuh orangnya kaya cewek-cewek yang gue liat suka gelandotan ke Mario gitu. Manja, menye dan berisik."

Aku tertawa mendengar Renata berceloteh riang menceritakan masa lalunya dengan Mario. Ah, cerita masa lalu membuatku terlempar ke masa lalu dimana aku dan Alex masih mencoba saling mengenal.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang