02

3.4K 404 46
                                    

"Jimin-ssi kumohon jangan membunuhku!aku berjanji akan merahasiakan ini dari siapapun aku bersumpah! Kumohon Jim biarkan aku hidup!" teriak Eunha takut

Jimin hanya memasang wajah datar melihat pengakuan Eunha yang tanpa harus ia perintah. Rencananya terjalan,dan sekarang ia mulai melakukan 'aksi' nya. Ya,sekarang.

Bukan menjawab pernyataan Eunha,Jimin kini melenggang keluar dan menuju kamar perlengkapan untuk menuntaskan emosi dan nafsunya. Pisau dapur,revolver,silet,pisau lipat,alcohol 50%,kursi,dan tali. Itu peralatan yang cukup untuk melakukan hal kejinya.

Eunga tersentak kaget melihat Jimin membawa benda tajam di tangannya memasuki kamarnya. Bulir - bulir keringat berhasil keluar dan mengalir di pelipis Eunha. Apakah ini hari terakhir ia bernapas?apakah ini hari terakhir ia hidup? Oh god please save me now!

Mencoba untuk menyelaikan dengan kepala dingin,Eunha mencoba untuk mengaku yang kedua kalinya. Ia tak tahan dengan atmosfir yang begitu menegangkan ini.

"Jimin-ssi apa yang kau lakukan?!" kaget Eunha karna tersadar dari lamunannya. Ia telah terikat tali yang berdasar bahan kasar dan duduk di kursi kayu.

"Sahabatmu kurang memuaskan Sweetheart bagaimana...jika kau penggantinya hm?" ujar Jimin dalam

"Kumohon Jimin ini semua bukan kemauanku untuk melakukannya!" teriam Eunha takut

"I don't care and never want to know baby,your'e late!" jawab Jimin dingin

"Semua ini perintah dari-- akhh!" Eunha terkejut saat Jimin mengeluh paha dan menuju betisnya yang tak tertutup sehelai kain pun karena Eunha memakai rok mini spandex khas pakaian kantor. Jimin mengelus bagian betis Eunha yang seputih susu itu.

"Bagaimana jika kaki indahmu ini kuberi tanda hm?" Ucap Jimin pelan

Diambilnya silet disebelahnya,ia mengelus kembali betis Eunha dengan silet itu. Jimin mengupas kulit kaki Eunha yang membuat pemiliknya menangis tertahan. Dikupasnya kulit Eunha seperti mengupas buah apel.

"ARKHHHHHH!!" teriak Eunha kesakitan ketika daging merahnya disiram oleh alcohol yang dibawa Jimin tadi. Pedih menjalar keseluruh tubuh Eunha. Penderitaannya dimulai sudah.

Jimin memotong jari Eunha dengan pisau dapur seperti memotong wortel untuk sup nya. Kemudian menyayat kulit leher Eunha hingga beberapa saraf Eunha terputus. Ia belum puas,Jimin masih melakukan dengan pembukaan. Jimin melebarkan mata Eunha kemudian mencungkilnya dengan pisau lipat. Satu bola mata Eunha menggelinding jatuh kebawah. Satu nya lagi? Jimin menusuknya sehingga mengeluarkan cairan merah yang dikenali sebagai darah. Jimin menghirup aroma amis itu,baginya aroma itu seperti nikotin memabukkan dan membuat Jimin melayang. Segala beban dan penatnya hilang sudah. Terima kasihlah kepada Eunha karena Jimin tidak perlu mencari mangsa karena Eunha sendiri lah yang datang dan mencari masalah kepada Jimin.

"Jimin kumohon hentikan aku mohon ampun! Jimin tolonglah aku!" Eunha berucap pelan dan tersendat karena ia menangis dan tersiksa karena luka yang Jimin buat.

Jimin memandangnya jijik dan berhenti sejenak melakukan aksinya. Biarkan Eunha bernapas dulu untuk terakhir kalinya,batin Jimin.

Merasa tak di ubris Eunha mengulang katanya tadi.

"Jimin kumohon ini bukan aku yang mau! Aku diperintah oleh seseorang! Hentikan semua ini Jimin-ssi kumohon aku akan melakukan apapun untuk menebus maafk--" Eunha tergeletak tak berdaya. Pisau dapur tertancap dalam di dahinya. Jimin lah pelakunya,ia tak mau mendengar ocehan jalang tersebut.

Diambil pisau itu dari dahi Eunha,Jimin mengoyak ubun - ubun Eunha dengan kejinya. Ditusuknya tulang tengkorak Eunha dan memperlihatkan otak milik Eunha.

"Cih,pantas saja ia pintar begini otaknya saja besar"

Jimin menghentikan aksinya karena mendapat satu panggilan.

"Ibu?"


TBC


Psycho Area [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang