Betaka 1

199 80 123
                                    

PLAK PLAK

Terdengar suara keras dari tangan yang melayang kepipi,cukup jelas sekali bahwa itu tamparan yang seharusnya tak dilakukan didepanku.

Sungguh ku tak tega melihat dengan mata sendiri atas atraksi yg papa lakukan ke mama. Atas dasar apa ia melakukan hal itu? Sungguh kejam. Apakah semua perempuan harus menikmati tindakan kasar ini?

Aku rasanya ingin sekali menghampiri mama dan ingin memberhentikan kejadian ini yang kesekian kali kulihat. Namun sayangngnya aku tak memberanikan diri untuk mencampakkan diriku didepan mereka. Ku takut papa akan melakukan hal yg sama terhadapku.

Tepat tanggal 27 November yg menandakan bahwa hari ini adalah hari kelahiranku. Ya, seperti biasa orang menyebutkan ulangtahun, yang terjadi setiap sekali setahun. Perasaanku sangat campur aduk terhadap yg kualami sekarang. Bertepatan dengan ulang tahunku, orang tuaku beradu emosi.

Ntah apakah emosi yang terjalin diantara mereka berdua atau hanya sepihak. Namun yang pasti, aku hanya melihat sikap papa yang tak seharusnya dilakukan kepada mama. Sementara mama hanyalah diam terpaku berdiri sambil mengusap pipi yg berjatuhan air mata.

Kulangkah kakiku untuk menghampiri sang mama, sementara papa menjauhi kami lalu kutatap papa secara tajam. Dan tak ada respon atas tindakanku ini.

"Mama kok nangis?" ucapku sambil menatap mama penuh dengan kasian.

"Gapapa kok" jawabnya sambil mengelus rambutku.

"Tapi tadi papa kenapa nampar mama?" tanyaku penuh dengan penasaran.

"Tadi cuma masalah sepele, biasa papa kamu minta dibikinin dasi terus mama bikinnya ga rapi, udah ah jangan dibahas mama mau kekamar dulu ya" jawabnya sambil menunjukkan senyum kepadaku

Mama pun langsung melangkahkan kakinya kearah kamar tanpa menunggu jawaban atas perbincangan yang di lontarkan.

Rasanya nyeri didada saat melihat mereka bertengkar dihari kelahiranku. Seharusnya mereka mengucapkan atau meletakkan kue ulang tahun tepat berada diatas meja yang kulihat saat ini seperti kejadian 2 tahun yang lalu, dimana mereka masih mengingatku.

***FLASHBACK***

Menjelang pukul 24:00 mama berusaha untuk membangunkanku dengan cara mematikan lampu seisi rumah kami kecuali lampu luar. Akupun merasa kepanasan tak hanya itu saja ku merasa gedoran pintu yang mama ketuk begitu keras sehingga membuat kupingku risih dan akhirnya aku pun terbangun.

"Siapa itu?" ucapku sambil memegangi selimut dan menutupkan selimut itu kekepalaku

"Buka aja pintunya" katanya

Suara ini sangat kukenali sekali. Jelas saja ku mengenalinya karena isi rumahku hanya saja mereka yaitu mama papa aku dan dede Clara. Suara itu menandakan suara mama. Tapi apa benar itu suara mama, bagaimana kalau yg lain. Mulailah timbul prasangka buruk yang tak seharusnya ku pikirkan. Akupun segera turun dari tempat tidurku lalu menghampiri mereka untuk membukakan pintunya. Sebelum ia mengambil kunci dari sakunya ternyata pintunya terbuka. Jujur saja aku sangat kaget, bagaimana tidak kaget? Mereka membuka pintu seperti perampok rumahan. Dan ternyata mama dan papa membawakanku kue tart penuh dengan tulisan

"Happy birthday anak mama papa yang paling manja" lalu tertera lilin berukuran sedang dan berdiri yg menunjukkan angka 1&5 yaitu 15 tahun.

"Happy birthday Shasya" sayang ucap sang mama sambil mencium kening ku

Aku pun menatap wajah mama penuh dengan haru. Air matapun mulai berjatuhan dipipiku. Ntah apa yg membuat air mata ini terjatuh secara cepat ke pipiku.

Selamat ulang tahun kami ucapkan nyanyian itu terdengar dari telingak begitu jelas. Diiringi pula suara tepuk tangan dari sang mama.

Lalu dilanjutkan dengan nyanyian "Tiup lilinnya Tiup Lilinnya Tiup lilinnya sekarang juga sekarang juga" dinyanyikan secara bersama sama dengan pandangan ekpresi yg begitu ceria.

"Tiup Lilinnya Shasha" ucap sang mama sambil menunjukkan arah matanya kelilin itu.

Kutiup lilin itu secara kuat yg menempel dikue tersebut. Lalu ayah pun mengucapkan "Make Wish" kepadaku secara pelan. Lalu kututup mataku untuk mengucapkan make wish. Singkat doaku dan kubuka mataku kembali.

Setelah itu kue ini diletakkan kembali kemeja dan kupotong secara rata lalu kuberikan satu suapan pertama ke mama lalu ke papa.

Dan akhirnya, akupun lgsng memeluk kedua orang tuaku. Tak ku sangka mereka akan melakukan hal ini kepadaku, Kukira mereka melupakannya. Kini isakan tangisku mulai meningkat.

"Kok nangis, kan ini hari spesialmu" ucapnya

"Aku terharu ma, makasi buat semuanya pa ma" ucapku sambil melepas pelukan mereka.

"Udh dong jgn nangis, nanti lesung pipinya ilang loh" ucap jail sang papa.

***FLASBACK OFF***

Lamunanku pun terhenti seketika suara ponsel berdering. Kulirik ponselku tertera nomor yang tak kukenal. Saatku menganggkatnya, deringan itu pun berhenti. Siapa yang menelpon ku? Tumben sekali jam segini sudah ada yang menelponku.

Halo, ini awal pertama kali ku coba untuk menalurkan imajinasiku, semoga suka sama ceritaku ya. Tolong bangat, bagi kalian yang udah baca, kasih vomentnya hehe, tapi harus dengan hati yang ikhlas. Hargai mereka yang mencoba untuk menalurkan imajinasinya, sebelum karyamu ingin dihargai :).

Rencananya mau dinext chapternya? Wdyt? Dinext aja atau gmn? Oke, sekian dari aku.

Berlari Tanpa KakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang