Part 3

2.6K 190 2
                                    

Keadaan di ruang tamu cukup parah, dengan pintu utama yang sudah hancur berantakan, meja serta kursi terlempar kemana-mana. Alat pendeteksi musuh yang terpasang di masing-masing sisi sudah tak tampak lagi, penyerangan itu sangat terencana secara rapi.

Allea berlari menuju mobilnya, beruntung ia memarkirkan mobilnya agak jauh. Ia membawa mobilnya tepat di depan rumah, lalu mengangkut seluruh barang berharga ke bagasi mobilnya, Rod ikut serta mengangkat barang-barang yang nantinya akan mereka butuhkan termasuk sisa senjata milik musuh mereka. Allea melesatkan mobilnya menuju 'Kantor Pusat' sembari mengganti nomor plat mobilnya dengan otomatis.

Tab nya memberikan pengarahan petunjuk jalan, Rod mengambilnya lalu membuka salah satu file yang terkunci dengan kata sandi rumit.

"Elle, email masuk," ujar Rod sambil menatap kerutan tipis alis Allea.

"Dari siapa? bacakan, tolong."

"Baiklah, dari Nicholas. Al, kau menerima sebuah paket dari Bandung."

"Bandung?" tanya Allea memperdalam kerutan alisnya.

Allea menatap jalanan yang cukup lenggang siang itu, teriknya panas matahari memantul ke kaca spion mobilnya sehingga ia harus menyipitkan matanya sambil terus memfokuskan dirinya untuk mengendalikan kemudi. Allea berhenti tepat disamping sebuah gudang tua dengan dinding serta atap yang hampir roboh, ia turun dari mobilnya lalu membuka kap mobilnya memotong salah satu kabel berwarna biru. Allea membuka pintu gudang tersebut lalu memindahkan seluruh barang dari dalam mobil, dengan dibantu Rod tentunya.

Rod tak mengetahui apa tujuan Allea melakukan ini semua, ia hanya menuruti kata Allea, ia tahu ada rencana besar yang Allea buat. Rod terus mengikuti perintah Allea sambil sesekali bertanya apa tujuannya, namun Allea memilih untuk tetap bungkam. Allea melepas kaosnya lalu menggunting bagian bawahnya sehingga bra sport yang ia kenakan terlihat dan menampakkan lekukan pinggangnya yang ramping, ia membawa sisa potongan kain kaos bersamanya.

"Paman, aku minta kau tetap berada disini, aku akan pergi sebentar lalu kembali lagi. Fahri dan Herman sudah kuhubungi, mereka sedang dalam perjalanan kesini," cerocos Allea sambil mengenakan heels booth hitamnya. Ia mengenakan kaos yang sudah dipangkas menjadi crop tee tadi lalu mengenakan outer panjang berwarna hitam, celana pendeknya tetap melekat di paha jenjang milknya. "Hubungi aku bila terjadi sesuatu, aku sudah menaruh beberapa kamera pengintai kecil di masing-masing sudut ruangan. Tetaplah berada disini sampai aku ataupun Fahri datang, jangan buka pintu untuk siapapun. Fahri akan masuk melalui ijin perangkat yang kubawa, kuberi kau communicator kecil yang tersambung antara kau, aku, Fahri, dan Herman," jelas Allea sambil memberikan sebuah alat kecil pada Rod.

"Elle, tunggu," Rod menahan lengan Allea sambil menatap matanya tajam. "Apa yang kau rencanakan?" tanya Rod.

"Aku?" ujar Allea sambil menatap lurus mata Rod seakan menghipnotisnya, Rod yang mengetahui tatapan Allea langsung melepaskan tangannya dari lengan Allea.

Allea berjalan keluar melalui pintu belakang, ia menuju ke salah satu rumah warga yang terletak sekitar beberapa meter dari gudang tua. Handphone yang ia letakkan didalam saku outer hitamnya bergetar, tertulis nama Nicholas di layarnya dengan sebuah pesan singkat.

Nicholas
Aku bersamamu.

Allea berhenti, mengerutkan alisnya sebentar lau menoleh ke sekelilingnya. Benda tersebut kembali bergetar lagi.

Nicholas
Arah jarum jam 3, dekat kamar mandi umum.

Allea menoleh perlahan ke arah yang diberikan oleh Nicholas, dan seketika suara tembakan beruntun dari arah jarum jam 1 menuju ke tempatnya, salah satu peluru tepat mengenai kaki kirinya. Allea menahan teriakannya sambil memegangi betisnya erat, ia berlari perlahan mencari perlindungan. Dibalik pohon yang cukup besar, ia menyenderkan punggungnya sambil terus menekan betisnya mencegah agar tak banyak darah yang keluar.

Nicholas berlari secepat mungkin ke arah Allea, ia memberikan Allea operasi kecil. Communicator yang dikenakan Allea menyala berwarna biru, "Apa terjadi sesuatu? Elle katakan sesuatu," Rod berteriak pelan, ia mendengar erangan pelan dari Allea.

Allea menahan napasnya sebentar, membuangnya kasar, "Aku tak apa paman, tak usah khawatir."

Allea mengeluarkan kain sisa potongan kaosnya, merobeknya lagi menjadi 2 bagian, mengikatnya erat pada betis kirinya. Nicholas berhasil mengadakan operasi kecil, ia mengeluarkan peluru kecil yang menembus betis Allea. Nicholas sendiri merupakan dokter bedah, ia pernah menjadi relawan dokter di perang antar 2 kubu Korea, ia juga pernah menjadi relawan doker pada saat perang di Amerika, dan relawan dokter di Jepang saat terjadi gempa. Nicholas sendiri pernah tertembus timah panas saat membantu salah satu korban tembakan di Amerika, dan ia mengobati lukanya sendiri sesudah memberikan pertolongan pada korbannya.

Allea menguncir rambutnya asal, lalu melepas sepatunya. Ia berjalan jongkok perlahan ke pohon yang berada didepannya, ia mencabut pistolnya, memasangkan peredam suara, lalu membidik ke tiang listrik di sebrang jalan. Suasana jalanan siang itu benar-benar sepi, beberapa rumah warga seketika terkunci rapat setelah terdengar tembakan beruntun. Allea melesatkan pelurunya, memantul dan tepat mengenai sasaran. Lawannya mengerang cukup keras, ia kesal atas pembalasan Allea dan membuatnya menembak ke arah Allea secara membabi-buta.

"Keluar kau Elleor!" teriakan kasar tersebut menggema di sepanjang jalan,  terdengar suara sirine mobil polisi sekitar 5 meter dari tempat mereka bergelut.

Allea memasang masker hitamnya, memasang kacamata hitamnya, lalu meminum beberapa pil obat pereda nyeri. Darah di kakinya sudah berhenti semenjak 3 menit yang lalu. Ia keluar dari persembunyiannya lalu memandang tajam pada pria di hadapannya, raut wajahnya marah sambil memegang perutnya. Allea menebak, peluru yang ia kirim mengenai tepat di area vital, wajah pria tersebut mulai pucat, darahnya menetes sampai mengenai jalanan. Allea berjalan mendekati pria tersebut perlahan, kakinya merasa terbakar aspal jalanan dan terik matahari.

Suara sirine polisi semakin terdengar jelas, Allea tidak bisa menoleh ke belakang walaupun ia tahu ada Nicholas di belakangnya yang akan melindungi dirinya. Ia menghitung mundur selagi kakinya melangkah mendekati lawan, "5, 4, 3, 2, ...," Allea mendekap lawannya lalu mematahkan tulang lehernya dalam sekejap.

Nicholas tersenyum miring lalu menarik Allea pergi setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, ia berlari ke mobil box miliknya dan membiarkan Allea duduk di dalam kotak besar tersebut.

"Kau tak apa, bukan?" tanya Nicholas setelah menjalankan mobilnya.

"Ya, aku perlu mengganti bajuku sebentar."

Nicholas yang mengerti arti kata tersebut langsung menutup jendela kecil penghubung komunikasi mereka, ia memfokuskan kembali dirinya pada jalanan didhadapannya.

Revisi,
30 September 2018

Baiklah, maafkan akuu karena sudah lama tidak update :"
Percayalah saya sedang dilanda gegana :'v
Maaf juga cuman update sedikit, kalau susah dipahami dibaca lagi agar paham huehehe.
Terima kasih karena sudah memaafkan :v

Dangerous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang