"Ma hari ini terakhir Jihan di kota penuh kenangan ini Ma, Jihan diajak tante Ira ke Jakarta untuk tinggal disana ma, setelah perusahaan dan rumah disita oleh pihak perusahaan Jihan memutuskan ikut tante Ira dari pada papa. Tapi Jihan tidak ingin pergi ma, Jihan pengen tinggal disini, Jihan pengen setiap hari temui mama disini ma, Jihan pengen berada didekat mama terus ma."
aku menangis untuk kesekian kalinya dihadapan mamaku yang terbaring tak bernyawa yang ditimbun oleh tanah dan bertabur bunga.
"Sudah sayang, yuk kita pergi."
Tepukan pundak dari tante Ira mampu menyadariku dari lamunan. Mau tak mau aku harus ikut bersama tante Ira ke Jakarta dan menetap disana.
"5 menit Tan, nanti Jihan kesana." Tente Ira hanya mengangguk dengan air muka yang sedih menatapku.
"Ma, Jihan pergi dulu ya ma, Jihan nanti kesini lagi 2 bulan sekali, dan nanti jika Jihan udah sukses Jihan akan kembali ke kota ini lagi dan tinggal disini lagi. Doain Jihan ya ma."
aku mencium batu nisan mamaku dan mulai beranjak pergi menuju parkiran.
---
setelah sampai di Jakarta kami berdua langsung pulang kerumah tante Ira yang kami sudah disambut oleh om Ardi-suami tante Ira yang bertugas di NTB- dan anak lelakinya yang berusia satu tahun diatasku.
"Om Ardi kamu itu baru pulang kemaren dari NTB jadi dia gak bisa ke Bandung dulu dan anak tante gak bisa pergi karena sibuk dengan pelajarannya jadi ya gitu deh mereke sibuk masing-masing." Jelas tante Ira. Aku hanya mengangguk paham dan membuang pandanganku kearah jendela yang padat oleh kendaraan yang saling tak mau kalah.
"kalo kamu disini tante yakin deh, kamu pasti betah disini. Apalagi kalo ketemu sama abang Reno kamu behh kamu pasti bakal ceria lagi deh." Tente Ira terkekeh pelan saat mendengar nama abang Reno.
"Semoga aja tan."
--#
"Selamat datang di home sweet home!" Sambut dari lelaki berumur itu dengan wajah lelah tapi ia tutup saat menyambut kami datang kerumah dan disusul oleh lelaki berjambul menatapku dengan senyuman abang Reno.
"Ini benaran Jihan mi?pi? Kok tambah gembul gini sih?" Canda Reno seraya memelukku dalam pelukanya. Aku membalasnya seraya tersenyum kaku.
"Gembul enek aja." Balasku dengan suara paruh. Awalnya suara riuh terdengar tiba-tiba hening saat mendengar suara paruhku dan semua orang menatapku dengan tatapan kasihan.
"Kalian kenapa?" Tanyaku bingung. Semua hanya menggeleng lalu bang Reno menuntunku menuju kamar untuk bersih-bersih dan akan turun kebawah untuk makan malam.
"Bang Neno kayanya Antha gak bisa turun kebawah deh, Antha campek pengen istirahat dulu." Bang Reno tersenyum penuh arti dan menganggukan kepala.
Fyi, Aku dan bang Reno adalah sepupu yang paling dekat diantara dengan keluarga lain bahkan kami mempunyai panggilan khusus dari kecil. Bang Reno memanggilku dengan sebutan Antha mengambil dari nama belakangku Samantha. Sedangkan aku memanggilnya dengan nama Neno karena aku dulu kecil belum bisa menyebut huruf 'r'.
Aku memasuki kamar yang akan menjadi saksi bisu kepedihan ku.
Soft blue dan Soft pink warna yang mendominasi dinding kamarku. Aku dulu sangat menyukai warna kalem dan cerah tapi entah kenapa setiap aku melihat paduan warna ini aku mengingat seseorang yang pernah mengisi kekosongan hati ini dengan tulus.
Aku langsung berlari menuju kamar mandi dan mulai menyegarkan tubuhku dengan air dingin mendominasi kehangatan ibu kota ini.
---
"Reno Jihannya dimana?" Tanya Papa Reno saat melihat Reno turun tanpa Jihan.
"Jihan kecapean Pi, dia butuh istirahat setelah perjalanan dari Bandung." Papa dan mama Reno hanya bisa menganggukan kepala paham.
"Oh iya Ren, mami mau bilang minggu depan Jihan akan masuk sekolah kamu dan mami pengen kamu harus jagain Jihan." Reno mengangguk patuh dan memakan makanan yang sudah disiapkan.
---

KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Yang Terbayang
Teen FictionAku dahulu adalah orang terbahagia didunia; mempunyai kekayaan, mempunyai kedua orang tuanya lengkap dan mempunyai pacar romantis. Entah mengapa Tuhan merenggut semuanya hanya dalam hitungan detik dan mengubah hidupku yang berwarna cerah menjadi gel...