Traumaku Karena kamu

50 6 9
                                    

Karya : lacani01

Pagi yang cerah membangunkanku dari kenyamanan tempat tidur. matahari seakan tersenyum ramah menyambutku. Pagi ini aku disuruh pergi ke supermarket ya seperti biasanya. Aku pulang dari supermarket sekitar jam 10.00 entah berapa lama aku berada diperjalanan tadi. Sesampainya dirumah, rumah ini terasa begitu sepi sepertinya tidak ada orang. Entah kemana semua orang, sangat sepi itu yang kurasakan ketika sampai dirumah. Yasudahlah aku sendiri sudah terbiasa seperti ini. Bingung apa yang harus dilakukan saat ini, hingga akhirnya suara ponselku berdering. Ternyata temenku menelpon.

"Hallo? Ada apa?" tanyaku.

"Kamu tau ga Si B sama siapa sekarang? mendingan kamu langsung  ke perumahan adiasa permai deh, sekarang! " ucap si C.

"Ngapain? males lah ga ada orang dirumah" ujarku.

"Cepetan dih! " tegas si C.

"iya iya " ucapku.

Entah apa yang membuat C bertingkah seperti itu. Aku mengendarai sepeda motor dan menuju ke perumahan adiasa permai. Bertubi tubi pertanyaan melayang layang dibenakku. Sesampainya di tempat tujuan semuanya terasa ingin meledak. Aku marah namun ingin meneteskan air mata. Aku melihat dia ya dia, dia yang selama ini kupikir baik yang kupikir seorang pria yang kalem ternyata pikiranku itu salah! Dia mengecewakanku! Dia berlaga seperti seorang yang sangat baik didepanku namun nyata nya berbeda.

Dia memeluk seorang wanita, dia menciumnya! Aku melihat itu dengan jelas! Air mata ini seakan mendesak untuk keluar. itu jelas! dia melupakan keberadaanku saat bersama dengan gadis itu.

Aku hanya melihat dia dari belakang. Ya tepat dibelakangnya. Sebuah pengkhianatan ada didepanku namun kenapa aku masih terdiam melihat itu. Lagi-lagi air mata ini keluar tanpa henti melihat kelakuan dirinya. Dia berbicara banyak dengan gadis yang tak ku kenal. Namun kata-kata yang ku ingat hanyalah
"Aku sayang kamu, dan hanya kamu."
entah kenapa semua terasa sakit. Sesak yang kurasakan. Namun dia tetap tidak menyadari bahwa aku berada dibelakangnya. Tepat dibelakangnya.
Kata-kata itu membuat semuanya hancur. Dia terlalu jahat menurutku.

Matahari pun seakan menyoraki ku untuk pergi dari tempat itu. Entah kenapa kaki ini terasa tidak ingin pergi. Sampai akhirnya B melihat kearah belakang. Dia terkejut melihatku yang sudah belinang air mata disini. Aku hanya terdiam seakan itu hanya sebuah film bioskop yang ku saksikan. Entah berapa tetes air mata yang kujatuhkan untuk kesekian kalinya. Gadis yang berada di sampingnya melihatku dengan tatapan aneh. Mungkin dia berpikir kenapa aku menangis. Ya mungkin seperti itu.

Hingga pertanyaan spontan keluar dari mulutku, "Siapa dia?" aku hanya menatapnya datar bagaikan orang bodoh yang tetap berada ditempat terkutuk ini.

"Oh oke bye! Aku tau semuanya, maaf aku mengganggu kalian!" aku pergi. Batinku perih bahkan sangat perih. Batinku terlalu sakit melihat dia seperti itu. Namun itu menggangguku mengganggu pikiranku.

"Aku bisa jelasin semua itu, dia itu adik aku" ujarnya mengejarku. Wanita itu juga ikut mengejarnya.

"Adik? Aku adik kamu? Gak! Aku bukan adik dia! Aku pacarnya! Kamu siap?" ucap nya kepadaku.

" semua jelas kan B! Aku sadar ngeliat kamu seperti itu! Ternyata kamu jauh dari
yang aku pikirin! Maaf aku mau pergi!" ucapku sambil mengendarai sepeda motorku. Pikiranku kembali diahlikan dengan kata-kata, "Aku pacarnya." kalimat itu terus mengulang dibenakku. Entah kenapa aku tidak bisa mengatakan putus kepadanya.

Sesampainya dirumah, rumah ini masih sepi. Tangisanku membuyarkan semua kesepian ini. Aku memeluk boneka yang menjadi temanku dirumah. Aku menahan tangis dengan membekap mulutku dengan boneka ku ini. Namun hal hasil tangisanku semakin menjadi jadi. Aku marah namun aku tidak berdaya. Sebuah ketukan pintu menghentikan tangisanku. Namun aku tidak memikirkan penampilanku saat ini rambut yang berantakan mata yang memerah.

"Iya ada apa?" pertanyaanku saat membuka pintu. Namun aku menutupnya kembali. Saat ku tau itu B. Kenapa dia masih berani datang kerumahku, aku membencinya! Sangat membencinya!

"Ras aku bisa jelasin semuanya! Semua gak seperti yang kamu liat! Aku mohon bukakan pintunya, kumohon." ujarnya memohon.

Dengan bodohnya aku membukakan pintu dan membiarkan dia masuk. Dia melihatku aneh. Ya mungkin karna rambut dan mataku ini.

"Silahkan duduk." ucapku datar. Sudut pandang ku pun tak berkaruan. Tatapanku kosong. Kejadian itu masih membuatku syok.

"Ras dia itu adik aku! Kamu harus paham itu!" ujarnya yang berusaha meyakinkanku. Namun aku sudah menerima kenyataannya bahwa dia mengkhianatiku. Dia pengkhianat.
"Adik kamu? Dulu kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak mempunyai adik apa kamu lupa? Kamu berbohong lagi." ucapku datar.

"Oke maafin aku, aku sama dia emang pacaran, maaf aku nyakitin kamu, tapi aku ngelakuin itu demi kamu!" ucapnya seakan akan jujur.

"Haha demi aku? Kamu bahkan buat aku syok untuk saat ini! Kamu yang aku kira jujur kamu yang aku kira baik ternyata kamu lebih jahat! Pikiranku salah kalau kamu baik."

"Maaf! Aku akuin aku salah, tapi kebaikan kamu ngebuat aku kayak gini, tapi aku masih sayang sama kamu, aku janji aku bakal mutusin cewek baru aku itu demi kamu" ujar B memohon.

"Maaf? Mutusin? Haha mending kamu sama dia yah, mending kita udahan, kepercayaan aku kayaknya udah gak ada sama kamu! Sku kecewa bahkan sangat kecewa! Maaf ! Mending kamu pulang sekarang, aku ngantuk mau tidur." ucapku mendorong B keluar dari rumahku. Aku mengunci pintu rumahku. B masih saja mengetuk pintu rumahku.

"Ras bukain! Maafin aku! Maaf!" ucapnya mengetuk pintuku berkali kali.

"Mending kamu pulang deh aku males ngedenger suara kamu! Kamu berhasil ngebuat aku trauma! Kamu hebat buat aku kecewa B." ucapku meneteskan air mata lagi. Aku gak mau udahan sama B namun keadaan memaksaku. Hingga suara ketukan pintu itu pun berhenti. Aku malas ngecek dia masih ada di depan rumahku atau sudah pergi. Itu tidak penting lagi. Aku melirik jam di dinding. Sekarang pukul 14.27. Aku terdiam mengingat kejadian tadi. Aku menelpon C aku menceritakan semua kejadian yang aku lihat tadi. Ternyata C sudah mengetahui itu sejak dulu. Sambungan telpon pun terputus. Ternyara pulsaku sudah habis. Aku sendiri mengutuk B. B membuat ku trauma untuk menyukai seseorang. Trauma yang ku miliki hingga saat ini karna dia. Tapi yasudahlah.
Aku melirik kalender yang berada dikamarku. ternyata sekarang tanggal 1 desember 2014. Aku sedikit terkejut namun ku coba untuk terlihat biasa saja. Aku membencinya. Sangat membencinya. Dia membuat hari ini menjadi hari yang terburuk diulang tahunku sendiri.

2nd ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang