Please

20 2 0
                                    

Fiola terus menonton pertandingan mereka tanpa terlepas dari Ferdi.
Matanya terus tertuju pada Ferdi.
Ia ingat bagaimana dulu Ferdi pernah mengajarkan nya cara bermain basket, Ia ingat dulu saat Ferdi mengakui perasaannya di tengah lapangan basket,  ia ingat dulu saat Ferdi memohon padanya agar mau menonton pertandingan basket nya. Fiola ingat semua tentang itu,  semuanya masih sangat jelas terlukis di hati dan ingatannya. 
Tak kuat mengingat kenangan nya,  Fiola memegang tepat dimana jantung nya berada.  Ia mencoba menahan sakit dan rindu yang datang bersamaan.
Fiola tidak kuat jika terus menatap Ferdi seperti ini,  akhirnya Fiola pun beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan lapangan.

Ferdi yang tanpa sengaja melihat Fiola berjalan keluar lapangan dengan setengah berlari,  hanya menatap punggungnya yang semakin jauh sampai tak terlihat lagi.

Fiola berjalan ke arah pohon besar di pinggir taman dengan terhuyung huyung.

Kenangan nya terus berputar tanpa henti di otak nya,  hati nya kini bergejolak meminta kepastian tentang perasaannya,  matanya bening dengan air mata seakan mulutnya tidak bisa berkata apa-apa.

"Gue tau ini gak bener,  seharusnya gue lupain dia dari dulu,  bener kata Riseu,  dia gak mungkin masih inget sama gue" ungkapnya dengan suara lirih sambil terduduk di bawah pohon. Ia masih menundukan kepalanya,  tak ingin orang yang lalu lalang melihat wajah kusut nya.

"Lo lagi ngapain di sini?" tanya seseorang itu,  suaranya terdengar tepat berada di depan Fiola.
Fiola mengangkat kepalanya , matanya seketika membelalak melihat sosok tersebut. Matanya menatap sosok itu lekat .

"Ferdi.. " ucap Fiola tanpa sadar saat melihat sosok di hadapannya itu.

Ferdi berdiri tepat berada di depan Fiola,  ia membawa bola basket di tangannya.
Ferdi menatap Fiola dingin.
Lama mereka saling menatap tiba-tiba Ferdi maju selangkah semakin dekat dengan Fiola

"Lo abis nangis? " tanyanya pada Fiola tanpa ekspresi.

Fiola yang sadar jika Ferdi sedang menatap nya,  langsung memalingkan wajahnya ke samping.

"Bukan urusan lo" jawab Fiola tak kalah datar, sebenarnya Fiola tidak ingin bersikap seperti itu pada Ferdi,  tapi setelah melihat bagaimana Ferdi bertanya tadi tanpa ekspresi membuat Fiola semakin sedih.

Ferdi terdiam saat mendengar jawaban Fiola.

"Kalo nangis jangan di tempat umum" Ferdi berkata lalu pergi meninggal kan Fiola yang masih memalingkan wajahnya.

Fiola tidak menyangka Ferdi akan mengatakan hal seperti itu,  apa dia tidak penasaran kalasan kenapa dirinya menangis,  jika sekali saja Ferdi bertanya "kenapa menangis? " maka Fiola akan menjawab "itu karna kamu Fer". Tapi sayang Ferdi tidak ingin tahu sama sekali.

………

Ferdi berjalan ke dalam kelas masih dengan membawa bola basket,  siswa perempuan terus memandngnya takjub,  di tambah lagi wajahnya yang menetes jaringan semakin membuat Ferdi cool.

Ferdi duduk di kursinya dengan wajah dingin. 
Viko yang melihat wajah kesal Ferdi langsung bertanya.

"Lo kenapa? "

Ferdi enggan menjawab pertanyaan Viko.

"Fer lo sakit? " tanya Nino santai

"Gak" jawab Ferdi singkat padat dan jelas, saking jelasnya Viko dan Nino jadi pengen nonjok Ferdi.

"Judes banget?" oceh Nino saat mendengar jawaban Ferdi.

"Mungkin dia lelah" kata Viko menambahkan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang