1

70 11 4
                                    

" Dandel! Cepat turun! Kartika udah nunggu di bawah. " teriak seseorang dari lantai dasar.

" Iya ma! Sebentar! "

Dandel mengambil tas sekolahnya yang tergeletak di kasur lalu secepat kilat menuruni tangga, tapi,

Bruk

" ADUH! "
Dandel jatuh dengan posisi dahi yang mendarat sukses di lantai rumahnya, hanya karena sebuah kotak.

Sambil mengusap usap dahinya, Dandel menoleh ke meja makan. Ibunya sedang cekikikan bersama perempuan yang sudah ia kenal sejak lama.

Kartika Ambilis. Perempuan kedua setelah mamanya yang dekat dengan Dandel sejak mereka duduk di sekolah menengah pertama.
Berbeda dengan Dandel yang selalu menguncir kuda rambutnya, Perempuan satu ini selalu menggerai rambutnya kapanpun. Kenapa? Karna rambutnya pendek. Haha. (iya, tau kok ini garing.)

" Gausa ketawa lo Kar, ga ada yang lucu. "

" Yaela, rempong abis dah lo jadi orang. Kek cewe aja. " sahut Kartika santai.

" Gue emang cewek syit. Uda lah, cepet berangkat. " jawab Dandel sambil menarik tangan Kartika menjauh dari meja makan.

" Loh, del, ga makan dulu? " tanya mama Dandel sambil membawa piring kotor ke dapur.

" Engga Ma, Adel makan di sekolah aja. Bye ma! "

-On'B-

" Neng, ini bakso sama es jeruknya. 2 kan ya? "

" Eh, iya mang. Makasih ya. " sahut Dandel sambil mengambil jatah makanannya.
Penjual bakso itu hanya tersenyum menanggapi, lalu pergi meninggalkan meja mereka.

Jam sudah menunjukkan waktu istirahat dan mereka berdua memilih untuk mengisi perut di kantin, tempat yang selalu ramai saat jam istirahat.

Tidak lama setelah penjual bakso itu pergi, Dandel melahap makanan yang ada di hadapannya seperti orang yang sama sekali belum makan seminggu. Miris.

" Del, lo cewek apa singa sih? Ganas banget. "

" Gue singa. Ada masalah? "
Belum sempat Kartika menjawab, ada saja ulah kedua insan yang sampai sampai mengintrupsi obrolan hangat mereka.

" Maksud kamu apa sih? Aku salah apa sama kamu? " Kantin yang awalnya ramai, tergantikan dengan suara bisik bisik setelah mendengar suara perempuan yang terlibat dalam pertengkaran tersebut.

Perempuan itu memiliki paras yang cantik, tapi sayang, paras cantiknya tertutupi oleh makeup yang tebal.

Lelaki yang ditanya hanya diam menanggapi perempuan itu-yang kemungkinan adalah pacarnya.

Perempuan itu masih setia menunggu jawaban dari lelaki itu, tapi tidak ada sedikitpun jawaban yang keluar dari mulut lelaki itu.

Lelah menunggu jawaban, ia langsung tersadar akan situasinya sekarang, perempuan itu bergegas meninggalkan kantin, termasuk meninggalkan kekasihnya.

Mungkin lelaki biasanya akan mengejar perempuan itu, tapi anehnya, lelaki itu dengan santainya memesan makanan tanpa peduli kepada perempuan yang pergi meninggalkannya.

Dandel melirik kesal kearah lelaki tersebut. Kenapa ga sekalian ribut di wc aja si?

" Gue tebak golongan darah mereka sama. " sahut Dandel tiba tiba, lalu melanjutkan makannya yang sempat terintrupsi.
Kantin sudah kembali seperti semula, ada yang tidak peduli dan acuh tak acuh, tapi ada juga yang sangat peduli dan terus saja membicarakan kejadian barusan.

" Maksudnya? "

" Yaa, sesama golongan darah, kecil kemungkinan hubungan mereka bakal bertahan " jelas Dandel dengan wajah seriusnya.

" Lah, hubungannya apa? "

" Hubungannya ya itu.. Aduh aduh, Kar! " jerit Dandel tiba tiba sambil memegang kakinya.

" Kenapa Del? Kaki lo sakit?! " sahut Kartika panik.

" Bukan, kaki gue pusing. " sahut Dandel nyaring bersamaan dengan wajah tololnya.

Seluruh perhatian kantin sekarang jatuh kepada mereka. Ada yang melongo, ada yang menahan tawanya, bahkan ada yang cekikikan karena tidak bisa menahan tawanya.

Kartika sendiri melongo mendengar jawaban dari Dandel. Ah, kenapa dia harus berteman dengan orang seperti Dandel? Jalan berdampingan bersamanya saja sudah terasa memalukan, apalagi sekarang?

" Bego. "

******
Ini cerita pertama kali, jadi maaf kalau masih pendek dan gajelas susunan katanya, hehe.

Thanks for reading!
Vote and comment, ngehe.

O n' BWhere stories live. Discover now