Part 2

4 1 0
                                    

Keesokan harinya Felitha dan Olivia sudah berada di rumah Felitha, tepatnya di kamar pemilik rumah tersebut.

Setelah mendengar ide konyol yang Olivia sampaikan kemarin di telepon, Felitha sampai memikirkannya berulang-ulang karena menurutnya, ide itu tidak akan mengubah segalanya. Terutama mengubah kehidupannya. Tapi setelah dibujuk oleh Olivia, akhirnya Felitha mau.

"Lo yakin cara ini akan berhasil?" Felitha menatap dirinya sendiri dicermin.

"Ya yakin lah. Kan mereka mandang lo dari fisik aja."

"Sebenarnya gue menyetujui cara lo ini bukan hanya untuk menghindari cowok-cowok itu, melainkan juga supaya gue mendapatkan cinta sejati yang memandang gue bukan hanya dari fisiknya aja, tapi dalam diri gue, dalam hati gue."

"Ceileehh... menghayati banget ngomongnya." Olivia menyenggol bahu Felitha dan menggodanya.

"Apaan sih? Lagian gue benar, kan?"

"Ya... ya... ya... lo benar dahh!"

***

"Liv, sumpah gue malu banget dilihatin kayak gitu! Serasa gue tuh orang gila yang nyasar ke kampus mereka tahu nggak?!" Bisik Felitah pada Olivia.

Setelah lama berkutat di kamar Felitha, akhirnya mereka – Felitha dan Olivia – bergegas ke kampus dengan penampilan Felitha yang... ya... kalau bukan cupu apa lagi namanya? Dengan rambut dikuncir dua, pakai rok panjang, baju yang longgar, kacamata bulat yang gedenya selangit lagi. Gimana Felitha nggak malu coba? Sedangkan ia selalu memakai dress selutut dengan sepatu hak tingginya.

"Ya udah kali Fel, biarin aja! Lagian lo udah sering kan dilihatin kayak gitu?" balas Olivia berusaha mayakinkan sahabatnya.

Mereka dengan langkah perlahan menyusuri koridor kampus.

"Tapi cara mereka ngelihatin gue itu beda, Liv," ucapnya masih berbisik. "Lo nggak lihat? Cara mereka ngelihatin gue saat ini itu seperti orang yang menahan muntah! Kayak yang jijik banget sama gue! Lo kan tahu gue bukan sampah!!!"

"Please deh, Fel! Lo tuh baru beberapa menit masuk ke kampus dengan penampilan kayak gini," sekali lagi Olivia berusaha menenangkan Felitha.

"Ia juga sih..." Felitah menundukkan kepala pasrah.

Tak disangka tiga cewek yang sok ratu di kampus ini datang menghampiri mereka dengan senyum devil-nya.

"Wah... wah... ada Dora di sini. Mana ratu abal-abal lo?" Esther mengejek Olivia dengan sebutan Dora. Karena rambut gadis itu pendek dan mirip dengan tokoh kartun itu.

"Eh My Queen, lihat deh makhluk disebelah si Dora!" Luna – salah satu sahabat Esther berkata seraya menunjuk kepada Felitha.

"Eh iya! Dora, lo dapat makhluk ini dari mana? Jangan-jangan dari MARS lagi, hahahaha....." Esther melirik pada Felitha dengan pandangan jijiknya.

"Hahaha...." Luna dan Anna ikut tertawa melihat bosnya tertawa.

Felitha yang mendengar itu dibuat emosi. Ingin rasanya ia merobek mulut para wanita didepannya itu, dan membuangnya ke tengah laut. Tapi ia harus menahan emosinya, mengingat sekarang ia sedang menyamar menjadi wanita yang sederhana.

"Jangan dengarkan ratu sihir itu!" Bisik Olivia kepada Felitha.

"Apa lo bilang?!" tanya Esther setengah marah.

"Nggak!" Olivia mengajak Felitha pergi, dan meninggalkan ketiga cewek itu.

"Yee... mau kemana lo?" sahut Anna.

***

"Gila ya tuh ratu sihir! Masa gue dibilang Dora? Mentang-mentang rambut gue pendek. Iiiigghh...!!! Fel, pokoknya kita harus kasih pelajaran tuh ratu sihir, supaya dia tuh nggak ngerendahin kita lagi. Iya kan? Lo setuju kan dengan saran gue, Fel?" geram Olivia.

Dengan emosi yang masih memuncak, Olivia bertanya pada Felitha akan saran yang ia ajukan. Tetapi orang yang ditanya malah diam tidak menjawab pertanyaannya itu.

"Fel, lo dengar gue kan?" tanya Olivia.

Felitha tetap diam. Entahlah ia sedang memikirkan apa.

"FELITHAAAA....." Olivia berteriak dengan mendekatkan mulutnya ke telinga Felitha.

Felitha tersentak seraya menutup telinganya. "Iiigghhh... apaan sih, Liv? Sakit nih kuping gue!"

"Lagian lo ditanya malah diam aja. Apa jangan-jangan lo nggak dengerin gue tadi?"

"Kalau nggak kenapa?" tanya Felitha tenang.

"Iiigghh... nyebelin banget sih. Ya udah lo setuju kan dengan saran gue?"

"Tahu ahh..." katanya acuh. Dengan malas Felitha membalikkan badan seraya melangkah pergi meninggalkan Olivia yang bingung melihatnya.

TBC

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang