Part 4

2 1 1
                                    

Felitha memasuki gerbang kampus dengan sangat-sangat tidak bersemangat. Pasalnya akibat kejadian tadi pagi di meja makan sama orangtuanya. Padahal sebelum ia keluar kamar, ia sangat bersemangat sekali.

Setelah beberapa menit berlalu, di sinilah Felitha sekarang. Di tempat yang mungkin bisa menenangkan hatinya. Semilir angin menerpa wajahnya yang mulus dan menerbangkan sebagian anak rambutnya yang dikuncir ekor kuda saat ini. Hatinya sangat kacau, bagaimana ia menggagalkan perjodohan dan pertunangan itu?

"Hai... ngelamun aja. Mikirin apa sih?" Olivia menepuk pundak Felitha pelan. Felitha tersentak sejenak. "Eh, Livia." Hanya itu yang terlontar dibibir manis Felitha.

"Fel, lo kenapa sih? Nggak biasanya lo ngelamun sendirian kayak gini. Lo ada masalah ya?" Olivia merasa heran dengan jawaban yang Felitha lontarkan. Dari raut wajahnya saja Olivia bisa menebak kalau sahabatnya itu memiliki masalah.

Hening. Felitha tidak menjawab pertanyaan Olivia. Ia bingung untuk menceritakan masalahnya atau tidak. Tapi setelah dipikir-pikir, Olivia adalah sahabatnya, hanya gadis itu yang selalu ada buat Felitha.

"Gue udah tunangan, Liv!"

DAARRR!!!

Serasa ada petir yang menyambar Olivia sekarang. Tunangan? Kenapa dia nggak tahu?

"What? Tunangan? Kok bisa? Kapan? Kenapa lo nggak kasih tahu gue? Jahat banget sih lo! Kita kan udah sahabatan lama, Felitha!" kata Olivia histeris.

Felitha langsung berdiri dari tempat duduknya. "Tunangan? Iya gue memang udah tunangan. Lo tanya kenapa bisa, ya gue nggak tahu. Lo tanya kapan, gue juga nggak tahu, yang pasti sejak gue lahir. Dan kenapa gue nggak kasih tahu lo, ya mana gue bisa? Kan gue masih bayi..." Felitha menghela nafas. "Dan kalau lo bilang gue jahat, lo salah besar. Karena bukan gue yang jahat, tapi mereka yang jahat. Dan gue tahu kita udah sahabat lama, tapi nggak sejak dari bayi juga, kan?"

Olivia yang mendegar itu sampai menganga selebar-lebarnya saking terkejutnya.

"Lo bilang apa tadi? Lo... ditunangin dari lo lahir? Dari lo masih orok? Dari lo masih oeekk oeekk... AMAZING juga ya... terus mereka yang jahat itu siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan Mom dan Dad?!"

Olivia hanya menganggukkan kepala prihatin. "Terus siapa calon suami lo?" tanya Olivia penasaran.

Belum sempat Felitha menjawab bahwa ia juga tidak tahu, tiba-tiba dari arah belakang ada yang menabrak tubuhnya sampai terjungkit ke depan. Bukannya minta maaf, cowok itu malah marah-marah nggak jelas. Harusnya kan Felitha yang marah.

"Eh, kalau berdiri jangan ditengah jalan dong! Kayak patung aja," semprot cowok itu garang.

"Eh, eh, eh! Kok situ yang marah-marah? Harusnya kan gue yang marah! Bilang gue patung lagi. Kalau patung Liberty sih gue mau, biar obornya bisa gue masukin ke mulut lo biar tahu rasa. Terus kalau gue berdiri kenapa? Lagian ini tuh dipinggir, bukan ditengah! Lo waktu kecil TK nggak sih? Tengah jalan sama pinggir jalan aja nggak tahu!!!" balas Felitha tak kalah garang.

Olivia yang melihat itu sampai terkejut dibuatnya, bukan karena pertengkaran Felitha dan Arva, melainkan melihat Arva yang menurutnya seperti Dewa Yunani.

"Dasar mata empat!" Cowok itu berbalik meninggalkan Felitha dan Olivia.

Refleks Felitha meraba kedua matanya. "Perasaan mata gue cuma dua deh." Ia berbalik menghadap Olivia. "Liv, mata gue cuma dua kan?"

"Gila tuh cowok ganteng bangeee...tt." Olivia bergumam pelan tanpa mempedulikan pertanyaan sahabatnya.

"Lo bilang apa sih?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang