Prolog

98 11 0
                                    

.
.
.

Wahai pelangi ku
Pelangi senja ku
Mengapa kau pergi?
Setelah kau usir badai yang menerpa ku
Kau warnai diri ini
Kau beri secercah harapan
Harapan yang ku kira kan abadi
Nyatanya hanya sekedar kejapan mata

Ia mulai mengambil kertas lusuh dibawah nya. Ia perlahan mengusap air mata yang dari tadi menghujani pipi. Dibacanya kertas yang sudah menguning itu perlahan.

Bagi ku, kau adalah langit
Begitu indah, nyaman, nan megah
Sunggu anugerah Tuhan yang tak terhingga
Sungguh indah dipandang mata
Sayang seribu sayang
Kau hanya angan bagi ku
Terlalu jauh untuk ku raih
Terlalu luas untuk ku genggam
Terlalu indah tuk ku gapai
Ku tak bisa lagi meraih mu
Biarkan ku pergi tuk lihat daratan
Karena terlalu sakit bagi ku
Tuk berharap langit

Ia masih duduk termangu di meja belajar kesayangannya. Menggenggam erat dua kertas lusuh yang berisi puisi yang menyayat hati nya perlahan. Beberapa detik setelah selesai membaca puisi itu. Bibir nya yang sedari tadi bergetar mulai memunculkan senyuman pilu. Ia kembali menyeka air mata yang menetes. Tangannya menjalar membuka jendela kayu. Menampilkan langit sore yang baru di basahi hujan. Terlihat pelangi yang sangat indah terlukis di sana. Mata nya yang tadi sendu mulai berbinar.

" Apa kabar Pelangi?"

Angin sejuk menerpa rambut Putri yang indah. Ia menyadari sebagamana hebat Tuhan menciptakan dunia ini termasuk "pelangi".

Putri memang punya kisah tersendiri akan pelangi. Bukan hanya pelangi yang terlukis indah di langit. Namun, pelangi yang terukir di dalam hati nya. Yang ia nanti selama 10 tahun terakhir ini.

"Ting tung"
"Ting tung"
Baru saja matanya menjelajah langit senja dari rumah lamanya. Terdengar suara bell rumah berbunyi.

"Iya tunggu sebentar!"

Kaki nya berjalan lincah menuruni anak tangga. Sejujurnya ia merasa terusik dengan kedatangan tamu. Mengingat ia baru saja sampai di rumah orang tuanya siang hari. Ia masih ingin menikmati kamar ternyamannya.

Ketika ia hendak memutar tuas pintu, entah mengapa jantungnya menjadi berdebar keras tak karuan. Setelah pintu terbuka. Sang tamu yang semula membelakangi Putri mulai membalikan badan dan...

"BLAM"

Wajah ini tak asing bagi nya. Ia adalah Zudah Putra. Sang pelangi yang ia tunggu selama ini. Sang pelangi yang telah menghapus badai yang menghantam langit. Ia disini.

My RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang