BAB 3

48 6 2
                                    

Hari ini orang tua Putri akan berangkat ke Jepang. Putri mengantar kepergian orang tuanya bersama Shafa, Rama dan Bi Ati. Sedari tadi, ia tak bisa tenang. Hatinya seakan teriris mengingat ia tak akan melihat orang tua nya dalam waktu yang lama. Rama yang melihat kerisauan kekasih nya ingin menenangkannya.

"Kamu kenapa say?"

"Aku takut"

"Gausa takut, kan disini masih ada aku, Shafa, sama Bi Ati" Rama menggenggam erat tangan Putri hingga sampai di bandara.

Mereka semua keluar dari mobil. Pak Sopir mengeluarkan barang-barang dan memarkirkan mobil, sisanya segera bergegas menuju ruang keberangkatan. Saat melihat orang tuanya hendak boarding pass, Putri tak kuasa menahan air matanya.

"Sayang kamu jangan sedih ya, mama akan berusaha sesering mungkin pulang ke sini. Ya kan pa?"

"Iya Putri, jangan jadi gadis cengeng. Apapun yang terjadi, kamu harus jadi gadis yang kuat"

"Iya pa" Putri segera memeluk papa dan mama nya.

"Nanti kalau sudah sampai disana jangan lupa telfon ya ma"

"Pasti sayang. Mama berangkat ya. Jaga diri baik-baik" mama melepaskan pelukannya dari Putri.

"Nak Rama, jaga Putri baik-baik. Jangan sampai dia sedih"

"Siap om"

Tangisan Putri sudah berhenti. Rama mendekapnya dengan lembut. Putri melihat kepergian orang tuanya. Ia melambaikan tangan pada kedua orang yang sangat ia cintai. Selama ini ia jarang terpisah sejauh ini dari orang tuanya. Tangisannya kembali pecah saat orang tuanya menghilang di balik kerumunan.

"Udah dong, jangan nangis mulu. Ntar tambah jelek loh" Ledek Rama.

"Hiiih jahat kamu" balas Putri dengan mencubit lengan pacarnya yang gemuk itu.

Mereka semua pulang. Putri kembali ke kamar nya. Seperti biasa ia ingin mencurahkan semua isi hatinya pada Sang Langit. Semua rasa sedih, takut dan sepi yang ia rasa. Dengan langit mendung sore itu, Putri menyandarkan tubuh kecilnya pada permukaan genting. Perlahan mendung berubah menjadi senja yang indah. Memerlihatkan garis jingga yang indah. Ia bisa melihat matahari terbenam disana. Entah mengapa, hal ini selalu ampuh menenangkan risau hatinya.

oOo

Keesokan harinya Putri pergi kesekolah seperti biasa pada hari sabtu ia harus mengikuti beberapa ekstrakulikuler untuk menambah nilai rapotnya. Tepat pukul tujuh, semua murid mengikuti ekstrakulikuler wajib yaitu pramuka. Walaupun wajib, banyak murid terutama anak laki-laki yang tidak menginkuti karena baginya tidaklah penting. Putri dan Shafa adalah anak yang rajin biarpun tidak ada anak yang masuk mereka tetap menghadiri esktra ini. Bukan cuma karena rajin, mereka masuk juga karena selepas ekstra ini mereka harus mengikuti ekstra robotic.

Pagi ini ada yang berbeda karena dari kejauhan ia melihat Rama memasuki gerbang sekolah. Ia terkejut bukan main melihat pacarnya yang sangat pemalas itu bersedia mengikuti ekstra pramuka. Tak lama kakak pembina membunyikan peluit agar anak-anak berkumpul di lapangan. Dan kegiatan dimulai.

Setelah ekstrakulikuler pramuka usai sebagian murid bergegas pulang dan ada beberapa yang di sekolah untuk mengikuti ekstra selanjutnya atau sekedar nongkrong. Putri dan Shafa segera menepi agar tidak kepanasan.

"Shaf, tau gak? tadi aku liat Rama ikut Pramuka"

"Whaaat? Rama pacar lo yang super males yang kerjaannya cuma nge game itu?" Shafa terlihat kaget hingga minumannya muncrat.

"Ya iyalah siapa lagi coba"

"Eh Put, kayaknya Rama mau nyamperin tuh. Aku cabut dulu yaa byee" Shafa meninggalkan Putri dengan kecepatan kilat.

"Hai say" tiba-tiba Rama sudah duduk di sebelahnya.

"Eh say, emang gak apa apa ngobrol di sini? ini kan masih lingkungan sekolah" Putri bicara dengan suara yang sangat pelan.

"Gapapa gak ada yang liat kok. Aku haus, beli minum yuk"

Belum sempat Putri menjawab, Rama sudah berjalan dulu. Putri hanya bisa mengikutinya sambil menggerutu. Putri mencoba menjaga jaraknya dengan Rama agar tidak menimbulkan kecurigaan. Pada dasarnya teman-temannya sudah mulai mencurigai mereka. Sesampainya di kedai minuman, Rama segera memesan satu gelas minuman. Putri juga sangat haus Karena mingikuti langkah rama yang besar. Saat hendak memesan ia sadar dompetnya tertinggal di dalam tas Shafa. Ia merutuki dirinya sendiri.

"Nih minum" Rama menyodorkan minuman yang ia beli pada Putri.

"Hmm thanks Ram" Putri kaget Rama memberinya minuman. Ia kaget bukan hanya karena itu tapi sikap Rama yang tetap care walaupun Rama tau disana ada teman kelas mereka.

"Wah perhatian cie" ledek Sukma.

"Apa sih ma?" jawab Rama santai. Hal itu membuat Putri merasa Rama mulai mau membuka hubungannya.

Mereka bedua berbincang-bincang cukup lama disana. Rama pun mengajak Putri jalan-jalan di daerah sekolah selagi Putri menunggu jam esktra robotiknya. Putri ingin Rama selamanya begini, perhatian tanpa bersembunyi-sembunyi lagi.

"Say, kakak pembina robotic aku udah dateng nih. Aku balik ke sekolah dulu ya" Putri pamit karena harus menghadiri ekstra robotic.

"Okey, Hati-hati ya"

oOo

Sudah satu minggu Putri menjalani hidupnya jauh dari mama papa. Ia merasa ini tak sesulit yang ia bayangkan sebelumnya. Mungkin, karena sekarang Rama jadi lebih perhatian padanya. Setiap hari Rama meneyempatkan untuk menelfon atau sekedar chat dengan Putri. Setidaknya, itu bisa mengusir rasa sepi yang Putri rasakan. Ia rasa, dia mulai terbiasa dengan keadaan ini.

Pagi itu, ia berangkat dengan pak sopir. Sesampainya di kelas ia mendapar berita bahwa dua minggu lagi akan diadakan ujian akhir semester 1. Banyak anak yang gugup, karena ini memang pertama kalinya mereka melaksanakan UAS di kelas 10. Kelas X-10 MIA yaitu kelas Putri mulai gaduh dengan anak-anak yang risau karena banyak materi yang belum disampaikan. Untungnya Putri selalu belajar di Rumah jadi, ia tak terlalu gelisah.

Ia melihat Rama tampak risau di tempar duduk nya. Dengan memberanikan diri, Putri menghampiri pacarnya. Ia ingin menenangkan Rama. Baru saja ia berdiri di samping Rama anak-anak kelas sudah menyoraki mereka dengan kata-kata "cie". Sejujurnya itulah yang membuat mereka ingin hubungannya backstreet karena mereka tak suka bila ada yang menyoraki seperti tadi. Namun, Putri tak menghiraukannya ia ingin sekali bepacaran seperti orang lain. Sayangnya, Rama tak suka dengan kondisi tersebut.

"Cieee hayo pacaran yaaa?" Ledek sila teman sekelas Putri.

"Apaan sih? Gak lah Sil! Lo juga Put, mau ngapain sih?" Rama pun meninggalkan Putri yang termenung di sampingnya. Ia menerobos kerumunan dan keluar kelas.

"Yaelah gitu doang marah dasar aneh. Udah Put, emang Rama orangnya tempramental. Kalo dia sampek nembak kamu jangan mau deh" Sila menepuk bahu Putri.

Ia masih tak percaya apa yang tadi dilakukan Rama. Sungguh, itu sangat menyakiti hatinya. Akhirnya ia memilih kembali ke tempat duduknya. Ia merasa ada yang aneh. Selama pelajaran ia benar-benar tak bisa berkonsentrasi. Ia ingin menagis tapi ia sadar ia sedang berada di sekolah. Yang jelas Putri sangat sedih dan bingung. Mengapa Rama Berubah lagi? Padahal hari sabtu kemarin ia tak masalah berpacaran di depan umum. Tapi sekarang Rama benar-benar tak mengakui dan mengacuhkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang