S a t u

239 5 0
                                    

"Allicia!! Cepat berdandan, pertebal lipstick mu dan perketat bra mu! Kau sudah dipesan di kamar nomor 13. Kuharap kau bisa merogoh kantongnya lebih banyak Allie." Maureen berteriak ke arah Allice yang kini sedang berada di bar dengan memegang segelas bir. Setelah Maureen pergi Allice hanya bisa memandangi gelasnya saja.

"Beginilah hidupku. Hanya menjadi seorang Sex slave tanpa cinta dan kasih sayang. Entah sudah berapa anak yang aku kandung jika aku menikahi setiap pria yang tidur denganku."

"Sudahlah sayang, jika aku sudah sukses aku berjanji akan mengeluarkanmu dari tempat hina ini."

Brandon. Seorang pelayan bar yang selalu menyemangati Allie untuk pekerjaannya ini. Brandon telah berjanji jika ia sudah sukses kelak ia akan menikahi Allie tak peduli dengan status ke-jalangannya.

Allicia berjalan dengan santai ke arah kamar mandi. Ia memoleskan sedikit makeup dan merapikan rambutnya ke depan.

"Halo pelacur mantan konglomerat." Eleanor. Wanita yang tak kalah jalangnya dengan Allicia, ia selalu memandang rendah Allicia karena ia selalu disewa oleh pengusaha hebat

"Cih. Jauhkan dirimu dari pandanganku Ele, lebih baik kau menyuntik lagi payudara sintalmu itu." Allicia tetap memandang kaca yang berada di depannya, ia melihat ekspresi wajah Eleanor yang mulai memerah karena menahan emosi.

"Diam kau Jalang!"

"Jangan katakan itu sayang. Kau bahkan mau untuk dibayar 1 dolar hanya untuk bisa tidur dengan Alex." Allicia menyunggingkan sedikit senyuman dan berjalan menjauh dari Eleanor yang kini tengah mengepalkan tangannya.

Allicia berjalan menelusuri setiap kamar yang ada. Kamar 13 merupakan kamar VVIP. Dan hanya seorang pria konglomerat lah yang boleh menyewanya. Desahan demi desahan terdengar dari setiap kamar. Entah apa yang mereka lakukan saat ini di dalam sana.

"Dasar manusia sex!" Umpat Allicia memandang pintu yang kini tengah berada di depannya. Ia sudah sampai di kamar itu,entah makhluk seperti apa yang berada di dalam sana. Namun sudah beberapa kali ini Allicia tidak pernah mendapatkan pria dengan paras yang buruk. Ia selalu mendapatkan pria dengan paras seperti dewa yunani.

Ceklek

Allicia sudah masuk ke dalam kamar. Kamarnya gelap seperti tidak ada siapapun di dalamnya. Namun suara gemercik shower terdengar keluar. Sepertinya pelanggan Allicia sedang menyegarkan diri saat ini. Allicia hanya duduk di pinggir ranjang dan mengamati kamar hotel ini.

"Mungkin akan lebih menyenangkan jika aku melakukan percintaan dengan suamiku." Allicia bergumam sambil mendongak ke atas.

"Halo baby. Kau sudah datang rupanya." Sebuah suara serak dan bervolume terdengar dengan pelan. Seorang pria dengan handuk putih yang dililit di pinggangnya tengah berdiri di hadapan Allicia. Pria yang memiliki paras sempurna. Allicia terus memandangi pria itu takjub.

"Ehem. Apakah aku setampan itu?"

"Ma-af. Baiklah tuan kita mulai dari mana? Selesaikan semua ini dengan cepat karena aku tak mau berlama-lama."

"Apakah seorang pelayan harus membatasi pelanggannya. Aku sudah membayarmu mahal nona. Tolong bersikap baiklah." Pria itu kini mendekati wajah Allicia. Pria itu mencium bibir Allicia dengan nafsu. Lidah Pria itu memaksa masuk ke dalam rongga mulut Allicia. Allicia pun tak bisa menolaknya,ia terpaksa membiarkan pria itu menjelajah bibirnya.

Pria itu melepaskan ciuman panasnya. Ia langsung beralih ke leher Allicia dan memberikan kissmark di sana. Tetapi bukan tanda kepemilikan,melainkan hanya sebuah tanda nafsu. Allicia meremas selimut tebal di bawahnya,ia melengkungkan tubuhnya ke depan.

"Mendesahlah sayang,aku tahu kau menahannya." Allicia tetap tidak bersuara,ia hanya mengerang saja.

"Rupanya kau keras kepala." Pria itu memasukkan tangannya ke dalam kaos transparan Allie dan meremas payudaranya.

"Ahhh~" sebuah desahan berhasil lolos dari bibir ranum milik Allie. Pria itu pun kini membuka pengait bra Allie dan melempar seluruh pakaiannya ke sembarang arah. Pria itu langsung menindih Allie dan mendekatkan wajahnya.

"Siapa yang akan mulai nona? Aku atau kau?" Pria itu tersenyum iblis sambil menatap dalam ke arah mata Allie.

Allicia tetap tidak menjawab. Pria itu pun kini membuka handuknya dan itu menampilkan barang privasi miliknya.
Allicia hanya tertegun melihatnya.

"Kenapa? Kau takut huh? Tenang sayang,ini akan sangat nikmat." Pria itu perlahan masuk ke dalam Allicia. Allie hanya bisa mendesah dan melengkungkan tubuhnya. Pria itu menjilat bahkan mencium leher Allie.

"Kau sangat rapat sayang."

"Ahh~ ahh"

"Panggil namaku sayang. Panggil Alex Blake."

"Ahh~ k-au nikmat Al-ex"

Mereka sudah mendapatkan pelepasannya masing-masing. Allicia pun tertidur dengan tubuh yang tertutup selimut putih tebal.
Allicia terbangun dari mimpi buruknya. Seperti biasa ia hanya memimpikan tentang mendiang ayahnya. Allicia membersihkan tubuhnya dan segera memakai pakaiannya yang berserakan akibat pria itu semalam.
Allicia menemukan sebuah mawar,uang,dan catatan.

Kau sangat hebat sayang. Kuharap kau mau menjadi langgananku. Hubungi aku jika kau membutuhkannya.
-Alex Blake

"Dia pikir aku siapa,aku bahkan sama sekali tidak menginginkan bercinta dengan siapapun." Allicia bergumam sambil memegang mawar itu.

***

Tbc. (In slow updating)

Our sad endingWhere stories live. Discover now