E n a m

124 2 2
                                    

"Louisa!" Alex memasuki rumahnya dengan terburu-buru. Matanya bergerak liar ke setiap arah untuk mencari keberadaan Allicia.

"Ya tuan?" Louisa berlari menghampiri Alex yang kini berada di ruang tamu.

"Dimana Allicia?"

"Tadi siang nyonya bilang ia ingin pergi mengantarkan bekal untuk tuan. Hingga saat ini ia belum pulang,kupikir-"

"Bodoh!! Mengapa kau tidak menghubunginya! Dasar tidak berguna!!" Alex berteriak hingga membuat Louisa tersentak dan langsung menatap Alex bingung. Louisa tahu bahwa ada yang tidak beres diantara Allicia dan Alex. Alex bingung ia harus mencari Allicia kemana.

Alex tepikir akan Maureen, Allice pasti pergi menemui germo itu. Kemana lagi Allice akan mengaduh jika bukan ke Maureen. Alex berlari menuju mobilnya, dan langsung menancap gas ke tempat ia pertama kali bertemu dengan Allice.

-/-
Allice berjalan gontai masuk ke dalam Club, suasana Club masih sepi. Hanya ada beberapa pekerja yang sedang merapikan Club. Allicia berjalan menuju bar dan duduk di atas kursi.

"Allicia? Benarkah itu kau?" Allicia membalikan tubuhnya mencari sumber suara itu, ia melihat Maureen yang tengah menatap bingung. Allice langsung berjalan dan memeluk Maureen. Walau Maureen sudah menyewakan tubuhnya, tetap saja bagi Allice Maureen bagaikan seorang ibu.

"Kau sedang tidak baik Allice, aku tahu." Allicia menangis dan memeluk erat Maureen. Maureen melepas pelukannya dan mengajak Allice untuk kembali duduk.

"Ada apa Allie?"
"Kurasa lebih baik menjalang dibanding menjadi istirnya."
"Mengapa dengan Alex? Kurasa ia sangat mencintaimu" Tanpa memperdulikan pertanyaan Maureen, Allicia langsung berdiri dan menatap Maureen.
"Izinkan aku kembali bekerja!" Keinginan bodoh. Maureen langsung membelalakan matanya, tidak mungkin ia memperkerjakan gadis yang sudah menikah.

"Tidak mungkin Allice!! Keinginan bodoh macam apa itu! Aku akan dituntut jika memperkerjakan gadis yang sudah menikah!"
"Kumohon! Alex tidak akan peduli. Untuk satu malam saja, aku butuh uang. Tolong aku Maureen." Maureen tidak bisa menolak, bukan karena ia senang Allice kembali. Tapi ia tidak bisa membiarkan Allice kesusahan. Dengan sulit Maureen menganggukan kepalanya perlahan. Allice langsung tersenyum lebar dan memeluk Maureen "terimakasih banyak Maureen, kau selalu menolongku. Aku harus pulang, aku akan mengambil beberapa pakaianku. Sampai jumpa Maureen" Allicia melambaikan tangannya dan pergi.

Tak lama berselang Alex datang, ia berjalab dengan cepat. Membuat bunyi hentakan yang cukup keras dari sepatu pantopel nya. Maureen langsung membalikan tubuhnya.
"Dimana Allicia?" Tanpa basa-basi Alex langsung melayangkan pertanyaan dengan spontan.

Maureen berjalan menghampiri Alex "Kau mencarinya hanya untuk menyakitinya bukan?" Maureen tersenyum miring kemudian berjalan menuju sofa dan mendudukinya. Maureen menyilangkan kedua tangannya dan menatap Alex.

"Tolong katakan dimana Allicia! Aku bahkan sudah membayarmu Maureen!" Alex kini meninggikan nada suaranya. "Apa yang kau lakukan pada Allie?"
"Itu hanya sebuah kesalahan! Aku tak tahu bila ia melihatku bersama valentine." Maureen menghela nafas kemudian munutup matanya sejenak.

"Dengar Alex. Kau salah bila menganggap Allicia kuat, bisa kau permainkan semaumu. Kau sakiti, atau bahkan kau selingkuhi. Nyatanya, ia sangat rapuh. Tak ada satu orangpun yang bisa menyayanginya dengan tulus. Aku? Aku bahkan tega menyewakan dia pada orang-orang hidung belang itu hanya untuk sebuah keuntungan. Tubuh kecilnya tak sebanding dengan penderitaannya selama ini. Aku tahu kalian menikah karena suatu alasan yang saling menguntungkan. Tapi anggap dia sebagai bagian hidupmu, setidaknya jangan sakiti dia. Karena dia juga tidak menyakitimu." Seakan ada yang mencekik leher Alex, ia merasa sesak mendengar perkataan Maureen yang dalam.

"Baiklah, aku akan memperlakukannya dengan baik. Aku akan lebih menghargainya. Tapi tolong beritahu dimana dia."
"Berjanjilah Alex."
"Aku berjanji!"
"Sebelum kau datang kesini, Allicia lebih dulu mendatangiku. Ia meminta untuk kembali bekerja. Aku tidak bisa menolaknya. Jadi datanglah kesini, bertingkahlah seolah kau adalah penyewa. Nanti akan kupertemukan kalian berdua."
"Baiklah, terimakasih Maureen. Aku pamit."

---
Tbc

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Our sad endingWhere stories live. Discover now